(diringkas:
Oleh Zaman Hurri, S.Ag. M.Pd)
Belajar kreatif telah menjadi
bagian penting dalam wacana peningkatan mutu pembelajaran. Hingga kini
kreativitas telah diterima baik sebagai kompetensi yang melekat pada proses dan
hasil belajar. Inti kreativitas adalah menghasilkan sesuatu yang lebih baik
atau sesuatu yang baru.
Model belajar kreatif berkembang karena adanya konsep
pemikiran kreatif yang mengandung proses mental yang dipergunakan dalam bentuk
berfikir seperti pengalaman, pengikatan kembali dan ekspresi, sedangkan
kreativitas merupakan kegiatan yang mendatangkan hasil yang bersifat:
1.
Baru:
inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan mengejutkan.
2.
Berguna:
lebih enak, praktis, mempermudah, memperlancar, mengembangkan, mendidik
memecahkan masalah, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang baik.
3.
Dapat
dimengerti[1]
Selanjutnya Hamalik dalam
bukunya Metode belajar dan Kesulitan Belajar, mengatakan bahwa kreatif adalah
sebuah pemahaman, sensitivitas dan apresiasi. Sehingga orang yang dikatakan
kreatif adalah memiliki kemampuan kapasitas pemahaman, sensitivitas dan
apresiasi. Hamalik juga mengatakan berfikir kreatif merupakan berfikir devergen
thinking yang memiliki ciri fleksibelitas, originilitas, fluency (keluwesan,
keaslian dan kuantitas out put).[2]
Jeff DeGraff dan Khaterine
mengelompokkan kreativitas dalam beberapa profil individu seperti pada
penjelasan berikut:
1.
Profil
individu imajinif (imagine) memiliki kompetensi dalam mengembangkan kreativitas
bersumber dari daya imajinasinya. Sesungguhnya setiap individu memiliki
kemampuan menghayal, namun individu imajinatif mampu mewujudkan hayalannya
dalam ide dan karya yang unik. Ujung dari hayalnya adalah berkarya. Individu
imajinatif mengeksplorasi ide-ide baru, menciptakan tata artistik baru,
mewujudkan produk baru, membangun pelayanan baru, memecahkan masalah dengan cara-cara baru. Potensinya
akan berkembang jika didukung dengan kultur lingkungan yang menghargai dengan
baik percobaan, melakukan langkah-langkah spekulatif, fokus pada pengembangan
ide-ide baru, bahkan melakukan hal yang tidak dapat dilakukan orang sebelumnya.
2.
Profil
individu penanam modal (invest) menunjukkan daya kompetisi yang kuat, memiliki
kesungguhan dalam berjuang serta intensif dalam mewujudkan keunggulan. Tipe
pribadi ini berani kalah dan siap menang dan siap menanggung resiko.
Kepribadian investor mengembangkan kreasi dengan cepat sebelum kopetitor dapat
melakukannya. Pribadi yang cerdas dan pekerja keras, pikirannya fokus pada
kebaikan yang yang akan diraihnya. Karena itu ia memiliki motivasi yang kuat
untuk mewujudkan keberhasilan. Kelebihannya ditunjukkan dengan kemampuan
merespon dengan cepat tiap perubahan. Berbagai bentuk penemuan baru dalam
bidang teknologi lahir dari tipe orang yang memiliki karakter seperti ini,
kemauannya kuat dan tidak pernah puas dengan hasil kerja yang diraihnya.
3.
Profil
individu pembaharu (improve) ditandai dengan karakter yang kreativitasnya yang
tak pernah surut. Aktivitas meniru sesuatu yang ada, memodifikasi, dan
menyempurnakannya dan merekayasa sesuatu menjadi baru atau lebih baik, hingga
membuat sesuatu berbeda dari sebelumnya. Profil individu pembaharu, seperti
julukannya, memiliki karakter sangat kompleks, tak pernah kehabisan ide,
pejuang sejati, dan selalu berusaha keras tidak gagal. Keunggulannya bemodalkan
keunggulan berpikir yang sistematik, berhati-hati, dan selalu memperbaharui
idenya dengan cepat serta dapat menapilkannya sebagai ide dan karya nyata.
Orang seperti ini akan bekembang optimal jika tumbuh pada kultur yang
berorientasi pada masa depan, fokus pada rencana, mengkreasi sistem dan proses,
Lebih dari itu, konsisten terhadap standar dan peraturan yang dijadikan dasar
pijakan. Karakter seperti ini mendukung proses kerjanya berdisiplin tinggi,
menjujung tingkat kecepatan dan ketepatan yang tinggi. Lebih dari itu,
kepatuhannya pada standar terhindar dari kesalahan.
4.
Profil
pengeram (incubate) adalah orang yang mematangkan atau mengeram ide-ide
inovatif dalam dirinya sebelum gagasan direalisasikan. Profil memiliki karakter bekerja dengan penuh
keyakinan dan sepenuh hati. Jika ia seorang pembisnis maka keyakinan terhadap
pekerjaannya lebih daripada bisnis itu sendiri. Ia menghayati kedalamannya. Ia
meyakini dengan dilandasi dengan nilai-nilai hidup yang menjadi dasar
hidupnya. Karakter pribadinya selalu
mendapat tempat dalam kegiatan belajarnya maupun dalam pekerjaannya.
5.
Profil
penggagas memiliki komitmen yang kuat terhadap komunitasnya, fokus membangun
kekuatan yang menghargai ide bersama, menjunjung kebersamaan dan efektif
berkomunikasi. Kekuatannya didukung pula dengan kebiasaannya tak pernah
berhenti belajar, tumbuh kuat dalam kebersamaan, kompeten dalam membangun
dukungan, memahami bagaimana belajar dan membangun kekuatan, memahami baik
situasi dan kondisi, dan memilih tindakan yang tepat tanpa harus menunggu
keputusan yang terlalu lama. Profil penggagas ini tumbuh dalam interaksi
kelompok, menyadari pentingnya meningkatkan kekuatan individu melalui kelompok,
menghargai sumber daya manusia, melakukan pelatihan, dan meningkatkan
efektivitas fungsi organisasi. Dengan demikian setiap tahap kegiatannya
teroganisasi dengan baik.[3]
Dari
beberapa pengertian tentang kreatif, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kreatif lebih menitik beratkan pada pembelajaran yang mendorong siswa kearah
belajar yang kreatif, baik berpikir
maupun bertindak.
Indrawati dalam tulisannya
berjudul Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan Untuk Guru SD
menjelaskan pembelajaran kreatif, yaitu pembelajaran yang menstimulasi siswa
untuk mengembangkan gagasannya dengan memanfaat sumber belajar yang ada.
Strategi mengajar untuk mengembangkan kreativitas siswa adalah :
1.
Memberi
kebebasan pada siswa untuk mengembangkan gagasan dan pengetahuan baru
2.
Bersikap
respek dan menghargai ide-ide siswa
3.
Penghargaan
pada inisiatif dan kesadaran din siswa
4.
Penekanan
pada proses bukan penilaian hasil akhir karya siswa.[4]
Sementara
itu dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal
19, ayat (1) dinyatakan bahwa: “Proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang
gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi siswa”[5].
Amanat
perundang-undangan mengenai penyelenggaraan pendidikan tersebut sering kita
dengar dengan istilah PAKEM (Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Untuk
dapat melaksanakan amanat perundangundangan tersebut, guru hendaknya mengubah
paradigma mengenai mengajar siswa menjadi membelajarkan siswa. Di samping itu, guru
harus memahami hakikat PAKEM dan menguasai berbagai strategi/model pembelajaran
yang berorientasi pada
PAKEM.
Pembelajaran kreatif
merupakan bagian dari pembelajaran PAKEM, yang merupakan pembelajaran yang
menjadi primadona sekarang ini di seluruh sekolah baik dari tingkat dasar
sampai dengan pergutuan tinggi. Pembelajaran kreatif ini dipadukan dengan
pembelajaran yang bersifat aktif, efektif dan menyenangkan. Dengan perpaduan
ini diharapkan kegiatan belajar mengajar akan berlansung dengan baik dan tujuan
pembelajaran tercapai seperti diharapkan.
[1] D. Campbell dikutip dalam
Juhernaidi.wordpress.com, ”Pembelajaran Kreatif”(Online)(2011), http://juhernaidi.wordpress.com/2011/07/23/hakikat-pembelajaran-kreatif/
diaksese tanggal 16 Desember 2011
[2] Hamalik, Oemar, Drs. Metode
Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. ( Bandung : Tarsito.2001 ) hal.179
[3] Jeff Degraff &Katherine A. Lawrence.. Creativity at Work: Developing the Right
Practices to Make Innovation Happen,(Michigan: University of Michigan
Business School Management Series, Jossey-Bass a Wiley Company. San,2002) hal.
49
[4]
Indrawati, Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, Dan Menyenangkan Untuk Guru SD,(
Jakarta:PPPPTK IPA,2009)hal. 67
[5] Peraturan Pemerintah No. 19
tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19, ayat (1)
No comments:
Post a Comment