HUBUNGAN MINAT DAN
PRESTASI BELAJAR
A.
Minat Belajar
1.
Pengertian
Minat Belajar
Untuk dapat melihat keberhasilan
proses kegiatan belajar mengajar, seluruh faktor-fakor yang berhubungan dengan
guru dan murid harus dapat diperhatikan. Mulai dari perilaku guru dalam
mengajar sampai dengan tingkah laku siswa sebagai hubungan timbal balik dari
hasil sebuah pengajaran.
Tingkah laku siswa ketika
mengikuti proses belajar mengajar dapat mengindikasikan akan ketertarikan siswa
tersebut terhadap pelajaran itu atau sebaliknya, ia merasa tidak tertarik
dengan pelajaran tersebut. Ketertarikan siswa inilah yang merupakan salah satu
tanda-tanda minat.
Di bawah ini akan dikemukakan
pendapat para ahli tentang minat belajar. Di antara beberapa pendapat yang ada,
antara lain : Sukardi mengemukakan bahwa “Minat belajar adalah suatu kerangka
mental yang terdiri dari kombinasi gerak perpaduan dan campuran dari perasaan,
prasangka, cemas dan kecenderungan-kecenderungan, lain yang biasa mengarahkan
individu kepada suatu pilihan tertentu.[1] Selanjutnya
menurut Bob dan Anik Anwar (1984), mengemukakan bahwa minat itu adalah keadaan
emosi yang ditujukan kepada sesuatu.[2]
Menurut M. Alisuf Sabri Minat
adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara
terus menerus, minat ini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu
dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu, orang
yang berminat kepada sesuatu berarti ia sikapnya senang kepada sesuatu.[3]Menurut
Muhibbin Syah Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu.[4]
Menurut Ahmad D. Marimba Minat
adalah .kecenderungan jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan
dengan sesuatu itu, pada umumnya disertai dengan perasaan senang akan sesuatu
itu.[5]
Menurut Drs. Mahfudh Shalahuddin Minat adalah perhatian [6]yang
mengandung unsur-unsur perasaan Dengan begitu minat, tambah Mahfudh, sangat
menentukan sikap yang menyebabkan seseorang aktif dalam suatu pekerjaan, atau
dengan kata lain minat dapat menjadi sebab dari suatu kegiatan.
Abdurrahman juga memberikan
gambaran bahwa minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang
mendorong kita untuk cendrung atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan,
ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu
sendiri.[7]
Dari pendapat di atas,
maka penulis dapat simpulkan bahwa yang dimaksud dengan minat ialah suatu
kondisi kejiwaan seseorang untuk dapat menerima atau melakukan sesuatu objek
atau kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
Dengan penjelasan ini, apabila
seorang guru ingin berhasil dalam melakukan kegiatan belajar mengajar harus
dapat memberikan rangsangan kepada murid agar ia berminat dalam mengikuti
proses belajar mengajar tersebut. Apabila murid sudah merasa berminat mengikuti
pelajaran, maka ia akan dapat mengerti dengan mudah dan sebaliknya apabila
murid merasakan tidak berminat dalam melakukan proses pembelajaran ia akan merasa
tersiksa mengikuti pelajaran tersebut
Sedangkan pengertian
belajar dapat dikemukakan sebagai berikut: Belajar adalah perubahan tingkah
laku sebagai hasil pengalaman kecuali perubahan tingkah laku yang disebabkan
oleh proses menjadi matangnya seseorang atau perubahan yang intensif atau
bersifat temporer.[8]
Pendapat lain seperti
yang dikemukakan oleh Yusuf Djayadisastra ialah: Belajar adalah pada hakekatnya suatu
perubahan, baik sikap maupun tingkah laku kearah yang baik, kuantitatif dan
kualitatif yang fungsinya lebih tinggi dari semula.[9]
Disamping itu Ahmad
Tono juga mengemukakan bahwa: Belajar
terdiri dari melakukan sesuatu yang baru, kemudian sesuatu yang baru tersebut
dicamkan atau dipahami oleh individu kemudian ditampilkan kembali dalam
kegiatan kemudian.[10]
Dengan melihat
berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar itu mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Belajar
membawa pengaruh yang meningkat pada diri seorang siswa.
2.
Perubahan
itu merupakan hasil yang disengaja.
3.
Perubahan
yang dimaksud adalah perubahan segala aspek tingkah laku manusia baik sikap,
pengetahuan dan keterampilan.[11]
Setelah
membahas tentang pengertian minat dan belajar maka yang penulis maksudkan
tentang minat belajar itu ialah kondisi kejiwaan yang dialami oleh siswa untuk
menerima atau melakukan suatu aktivitas belajar.
2. Aspek-aspek
Minat Belajar
Seperti yang telah di kemukakan
bahwa minat dapat diartikan sebagai suatu ketertarikan terhadap suatu objek
yang kemudian mendorong individu untuk mempelajari dan menekuni segala hal yang
berkaitan dengan minatnya tersebut. Minat yang diperoleh melalui adanya suatu
proses belajar dikembangkan melalui proses menilai suatu objek yang kemudian
menghasilkan suatu penilaian-penilaian tertentu terhadap objek yang menimbulkan
minat seseorang.
Penilaian-penilaian terhadap objek
yang diperoleh melalui proses belajar itulah yang kemudian menghasilkan suatu
keputusan mengenal adanya ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang
terhadap objek yang dihadapinya.
Hurlock (1978) mengatakan minat
merupakan hasil dari pengalaman atau proses belajar.[12] Lebih
jauh ia mengemukakan bahwa minat memiliki dua aspek yaitu:
a.
Aspek
kognitif
Aspek ini didasarkan atas konsep
yang dikembangkan seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep
yang membangun aspek kognitif di dasarkan atas pengalaman dan apa yang
dipelajari dari lingkungan.
b.
Aspek
afektif
Aspek afektif ini adalah konsep
yang membangun konsep kognitif dan dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan
atau objek yang menimbulkan minat. Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam
memotivasikan tindakan seseorang.[13]
Berdasarkan uraian tersebut, maka
minat terhadap mata pelajaran biologi yang dimiliki seseorang bukan bawaan
sejak lahir, tetapi dipelajari melalui proses penilaian kognitif dan penilaian
afektif seseorang yang dinyatakan dalam sikap. Dengan kata lain, jika proses
penilaian kognitif dan afektif seseorang terhadap objek minat adalah positif
maka akan menghasilkan sikap yang positif dan dapat menimbulkan minat.
3. Indikator
Minat Belajar
Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia indikator adalah alat pemantau (sesuatu) yang dapat memberikan
petunjuk / keterangan.[14] Kaitannya
dengan minat siswa maka indikator adalah sebagai alat pemantau yang dapat
memberikan petunjuk ke arah minat. Ada beberapa indikator siswa yang memiliki
minat belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar dikelas
maupun dirumah.
a.
Perasaan
Senang
Seorang siswa yang memiliki
perasaan senang atau suka terhadap pelajaran biologi misalnya, maka ia harus
terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan biologi. Sama sekali tidak ada
perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.
b.
Perhatian
dalam Belajar
Adanya perhatian juga menjadi
salah satu indikator minat. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa
kita terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan yang
lain dari pada itu. Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka
dengan sendirinya dia akan memperhatikan objek tersebut. Misalnya, seorang
siswa menaruh minat terhadap pelajaran biologi, maka ia berusaha untuk
memperhatikan penjelasan dari gurunya.
c.
Bahan
Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik
Tidak semua siswa menyukai suatu
bidang studi pelajaran karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan
minatnya terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya, teman
sekelas, bahan pelajaran yang menarik. Walaupun demikian lama-kelamaan jika
siswa mampu mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran niscaya ia
bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa yang
berkemampuan rata-rata. Sebagaimana dikemukakan oleh Brown yang dikutip oleh
Ali Imran sebagai berikut:
Tertarik kepada guru, artinya
tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh, tertarik kepada mata pelajaran yang
diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama
kepada gur, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitas
dirinya diketahui oleh orng lain, tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam control
diri, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu
terkontrol oleh lingkungannya.[15]
d.
Manfaat
dan Fungsi Mata Pelajaran
Selain adanya perasaan senang,
perhatian dalam belajar dan juga bahan pelajaran serta sikap guru yang menarik.
Adanya manfaat dan fungsi pelajaran (dalam hal ini pelajaran biologi ) juga
merupakan salah satu indikator minat. Karena setiap pelajaran mempunyai manfaat
dan fungsinya. Seperti contoh misalnya pelajaran biologi banyak memberikan
manfaat kepada siswa bila biologi tidak hanya dipelajari di sekolah tetapi juga
dipelajari sebaliknya bila siswa tidak membaca pelajaran biologi maka siswa
tidak dapat merasakan manfaat yang terdapat dalam pelajaran biologi tersebut.
B.
Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Minat Belajar
Minat
belajar seseorang tidaklah selalu stabil, melainkan selalu berubah. Olehnya itu
perlu diarahkan dan dikembangkan kepada sesuatu pilihan yang telah ditentukan
melalui faktor-faktor yang mempengaruhi minat itu.
1.
Faktor Internal
a.
Fisiologis
Secara
umum kondisi fisiologis anak seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan
capai, tidak dalam keadaan cacat jasmani, seperti kakinya atau tangannya dan
sebagainya, akan membantu dalam proses dan hasil belajar.
b.
Psikologis
Sebagai
mana yang kita ketahui mengenai dasar-dasar psikologi belajar, dimana setiap
manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang
berbeda-beda (terutama dalam hal kadar bukan dalam hal jenis), maka sudah tentu
perbedaan-perbedaan itu sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seperti
minat yang rendah, tentu hasilnya akan lain jika dibandingkan dengan anak yang
belajar dengan minat yang tinggi.
Banyak faktor yang termasuk aspek
psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan
pembelajaran siswa. Diantaranya adalah tingkat intelegensi siswa, sikap
siswa,bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.
1.
Intelegensi Siswa
Tingkat kecerdasan merupakan
wadah bagi kemungkinan tercapainya hasil belajar yang diharapkan. Jika tingkat
kecerdasan rendah, maka hasil belajar yang dicapai akan rendah pula. Helen
mengemukakan bahwa .hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh
kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.[16] Sehingga
tidak diragukan lagi bahwa tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan
belajar siswa.
2.
Sikap Siswa
Sikap merupakan gejala internal
yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi dengan cara relatif
tetap terhadap objek, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang
positif terutama kepada guru dan mata pelajaran yang diterima merupakan tanda
yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya, sikap negatif yang diiringi
dengan kebencian terhadap guru dan mata pelajarannya menimbulkan kesulitan
belajar siswa tersebut, sehingga prestasi belajar yang di capai siswa akan
kurang memuaskan.
3.
Bakat Siswa
Sebagaimana halnya intelegensi,
bakat juga merupakan wadah untuk mencapai hasil belajar tertentu. Secara umum
bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat juga diartikan sebagai kemampuan
individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya
pendidikan dan latihan. Peserta didik yang kurang atau tidak berbakat untuk
suatu kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan dalam belajar.
4.
Minat Siswa
Minat berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi
kualitas pencapaian hasil belajar siswa. Siswa yang menaruh minat besar
terhadap bidang studi tertentu akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari
pada siswa lain, sehingga memungkinkan siswa tersebut untuk belajar lebih giat dan
pada akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
5.
Motivasi Siswa
Tanpa motivasi yang besar,
peserta didik akan banyak mengalami kesulitan dalam belajar, karena motivasi
merupakan faktor pendorong kegiatan belajar. Motivasi dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat
mendorongnya melakukan tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal
keadaan yang datang dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan
kegiatan belajar. Motivasi yang dipandang lebih esensial adalah motivasi
intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan
atau pengaruh orang lain.
2. Faktor
eksternal
a.
Keluarga
Keadaan
keluarga juga sangat mempengaruhi minat belajar anak, seperti dorongan dan perhatian orang tua terhadap belajar,
perceraiaan, ekonomi orang tua, banyak saudara, kekerasan dalam rumah tangga.
b.
Lingkungan
Kondisi
lingkungan juga mempengaruhi minat belajar siswa, seperti letak sekolah terlalu
jauh dari rumah, tempat keramaian dan sebagainya.
c.
Faktor
Instrumen
Faktor keberadaan
dan penggunaanya dirancang untuk mempengaruhi hasil dan minat belajar,
seperti gedung sekolah, alat-alat sekolah, kurikulum dsb.[17]
Disamping
faktor-faktor yang telah penulis sebutkan diatas, namun ada beberapa faktor lain
yang dapat mempengaruhi besar atau kecil minat seorang siswa terhadap belajar.
Adapun faktor tersebut adalah :
1.
Motivasi
Minat seseorang akan semakin
tinggi bila disertai motivasi, baik yang bersifat internal ataupun eksternal.
Menurut D.P.Tampubolon minat merupakan perpaduan antara keinginan dan kemampuan
yang dapat berkembang jika ada motivasi.[18]siswa
yang ingin memperdalam Ilmu Pengetahuan tentang tafsir misalnya, tentu akan
terarah minatnya untuk membaca buku-buku tentang tafsir, mendiskusikannya, dan
sebagainya.
2.
Belajar
Minat dapat diperoleh melalui
belajar, karena dengan belajar siswa yang semula tidak menyenangi suatu
pelajaran tertentu, lama kelamaan lantaran bertambahnya pengetahuan mengenai
pelajaran tersebut, minat pun tumbuh sehingga ia akan lebih giat lagi
mempelajari pelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Singgih D.
Gunarsa dan Ny. Singgih D.G bahwa minat akan timbul dari sesuatu yang diketahui
dan kita dapat mengetahui sesuatu dengan belajar, karena itu semakin banyak
belajar semakin luas pula bidang minat.[19]
3.
Bahan
Pelajaran dan Sikap Guru
Faktor yang dapat membangkitkan
dan merangsang minat adalah faktor bahan pelajaran yang akan diajarkan kepada
siswa. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, akan sering dipelajari oleh siswa
yang bersangkutan. Dan sebaliknya bahan pelajaran yang tidak menarik minat
siswa tentu akan dikesampingkan oleh siswa,sebagaimana telah disinyalir oleh
Muhibbin bahwa minat mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap belajar,
karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa,
maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya
tarik baginya.[20]
Guru juga salah satu obyek yang
dapat merangsang dan membangkitkan minat belajar siswa. Menurut Kurt Singer bahwa
guru yang berhasil membina kesediaan belajar murid-muridnya, berarti telah
melakukan hal-hal yang terpenting yang dapat dilakukan demi kepentingan
murid-muridnya.[21]
Guru yang pandai, baik, ramah , disiplin, serta disenangi murid sangat besar
pengaruhnya dalam membangkitkan minat murid. Sebaliknya guru yang memiliki
sikap buruk dan tidak disukai oleh murid, akan sukar dapat merangsang timbulnya
minat dan perhatian murid.
Bentuk-bentuk kepribadian gurulah
yang dapat mempengaruhi timbulnya minat siswa. Oleh karena itu dalam proses
belajar mengajar guru harus peka terhadap situasi kelas. Ia harus mengetahui
dan memperhatikan akan metode-metode mengajar yang cocok dan sesuai dengan
tingkatan kecerdasan para siswanya, artinya guru harus memahami kebutuhan dan
perkembangan jiwa siswanya.
4.
Keluarga
Orang tua adalah orang yang
terdekat dalam keluarga, oleh karenanya keluarga sangat berpengaruh dalam
menentukan minat seorang siswa terhadap pelajaran. Apa yang diberikan oleh
keluarga sangat berpengaruhnya bagi perkembangan jiwa anak. Dalam proses perkembangan
minat diperlukan dukungan perhatian dan bimbingan dari keluarga khususnya orang
tua.
5.
Teman
Pergaulan
Melalui pergaulan seseorang akan
dapat terpengaruh arah minatnya oleh teman-temannya, khususnya teman akrabnya.
Khusus bagi remaja, pengaruh teman ini sangat besar karena dalam pergaulan itulah
mereka memupuk pribadi dan melakukan aktifitas bersama-sama untuk mengurangi
ketegangan dan kegoncangan yang mereka alami.
6.
Lingkungan
Melalui pergaulan seseorang akan
terpengaruh minatnya. Hal ini ditegaskan oleh pendapat yang dikemukakan oleh
Muhibbin bahwa minat dapat diperoleh dari kemudian sebagai dari pengalaman
mereka dari lingkungan di mana mereka tinggal.[22]
Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan
adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik,
masyarakat tempat bergaul, juga tempat bermain sehari-hari dengan keadaan alam
dan iklimnya, flora serta faunanya. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu
sendiri serta jasmani dan rohaninya.[23]
7.
Cita-cita
Setiap manusia memiliki cita-cita
di dalam hidupnya, termasuk para siswa. Cita-cita juga mempengaruhi minat
belajar siswa, bahkan cita-cita juga dapat dikatakan sebagai perwujudan dari
minat seseorang dalam prospek kehidupan di masa yang akan datang. Cita-cita ini
senantiasa dikejar dan diperjuangkan, bahkan tidak jarang meskipun mendapat
rintangan, seseorang tetap berusaha untuk mencapainya.
8.
Bakat
Melalui bakat seseorang akan
memiliki minat. Ini dapat dibuktikan dengan contoh: bila seseorang sejak kecil
memiliki bakat menyanyi, secara tidak langsung ia akan memiliki minat dalam hal
menyanyi. Jika ia dipaksakan untuk menyukai sesuatu yang lain, kemungkinan ia
akan membencinya atau merupakan suatu beban bagi dirinya. Oleh karena itu,
dalam memberikan pilihan baik sekolah maupun aktivitas lainnya sebaiknya
disesuaikan dengan bakat dimiliki.
9.
Hobi
Bagi setiap orang hobi merupakan
salah satu hal yang menyebabkan timbulnya minat. Sebagai contoh, seseorang yang
memiliki hobi terhadap matematika maka secara tidak langsung dalam dirinya
timbul minat untuk menekuni ilmu matematika, begitupun dengan hobi yang
lainnya. Dengan demikian, faktor hobi tidak bisa dipisahkan dari faktor minat.
10.
Media
Massa
Apa yang ditampilkan di media
massa, baik media cetak ataupun media elektronik, dapat menarik dan merangsang
khalayak untuk memperhatikan dan menirunya. Pengaruh tersebut menyangkut istilah,
gaya hidup, nilai-nilai, dan juga perilaku sehari-hari. Minat khalayak dapat
terarah pada apa yang dilihat, didengar, atau diperoleh dari media massa.
11.
Fasilitas
Berbagai fasilitas berupa sarana
dan prasarana, baik yang berada di rumah, di sekolah, dan di masyarakat
memberikan pengaruh yang positif dan negatif. Sebagai contoh, bila fasilitas
yang mendukung upaya pendidikan lengkap tersedia, maka timbul minat anak untuk
menambah wawasannya. Tetapi apabila fasilitas yang ada justru mengikis minat pendidikannya,
seperti merebaknya tempat-tempat hiburan yang ada di kota-kota besar, tentu hal
ini berdampak negatif bagi pertumbuhan minat tersebut.
C.
Cara Membangkitkan
Minat Dalam Belajar
1.
Cara Membangkitkan Minat Belajar di Lingkungan
Keluarga.
Yang
akan dikemukakan bagaimana cara orang tua dalam mengembangkan minat belajar
anaknya adalah sebagai berikut:
a.
Melengkapi alat-alat dan bahan belajar
anak.
b. Memberi makan yang bergizi.
c.
Memberikan kesempatan belajar yang
cukup .
d.
Tinggalkan segala disiplin yang kaku
e.
Jangan terlalu banyak menuntut dari
anak.
Sejalan
apa yang dikemukakan di atas, maka Campble (1989) berpendapat:
“Bahwa
usaha yang dapat dilakukan untuk membina minat anak agar menjadi lebih
produktif dan efektif adalah sebagai berikut:
1.
Memperkaya
ide atau gagasan.
2.
Memberikan
hadiah yang merangsang.
3.
Berkenalan
dengan orang-orang yang kreatif.
4.
Petualangan
dalam arti berpetualangan ke alam sekeliling secara sehat.
5.
Mengembangkan
fantasi.
6.
Melatih
sikap positif.[24]
Untuk memupuk dan meningkatkan minat belajar
anak dapat dilakukan sebagai berikut:
1.
Perubahan
dalam lingkungan, kontak, bacaan, hobbi dan olahraga, pergi berlibur ke lokasi
yang berbeda-beda. Mengikuti pertemuan yang dihadiri oleh orang-orang yang
harus dikenal, membaca artikel yang belum pernah dibaca dan membawa hobbi dan
olahraga yang beraneka ragam, hal ini akan membuat lebih berminat.
2.
Latihan
dan praktek sederhana dengan cara memikirkan pemecahan-pemecahan masalah khusus
agar menjadi lebih berminat dalam memecahkan masalah khusus agar menjadi lebih
berminat dalam memecahkan persoalan-persoalan.
3.
Membuat
orang lain supaya lebih mengembang diri yang pada hakekatnya mengembangkan diri
sendiri.[25]
Dari
kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa minat anak tergantung dari
lingkungannya yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan keluarga dalam
hal ini peranan orang tua sangat
menentukan.
2. Cara Menarik Minat di Sekolah
Sekarang
penulis akan menguraikan tentang bagaimana cara Menarik minat di lingkungan
persekolahan. Karena keduanya saling terkait dalam pencapaian hasil belajar
anak.
Berbagai
cara yang dapat ditempuh antara lain sebagai berikut:
1.
Penggunaan metode
pengajaran yang bervariasi.
2.
Penggunaan alat peraga
menarik dan bervariasi
3.
Sikap guru
4.
Memberikan penghargaan
dan pujian kepada anak
5.
Membawa anak ke
lingkungan
6.
Situasi kelas dan
lingkungannya yang menarik dan kondusif
7.
Adanya motivasi atau reinforcement
Untuk timbulnya minat
dan fokus pada belajar perlu adanya mengembangkan sikap perhatian anak terhadap
sesuatu atau pelajaran. Perhatian adalah
merupakan penyelesaian terhadap stimulus yang diterima oleh individu yang
bersangkutan, dengan demikian dapat dipahami bahwa apa yang diperhatikan itu
betul-betul disadari oleh individu, sehingga antara perhatian dan kesadaran
merupakan korelasi positif[26].
Artinya makin diperhatikan sesuatu objek, maka akan makin disadari objek itu
sehingga dengan sendirinya akan menimbulkan minat terhadap objek tersebut.
Semua persoalan hidup
bagaimanapun keadaannya, pasti diperoleh dengan perhatian. Oleh karena itu
setiap kita menggunakan perhatian, baik secara terpusat maupun secara
terbagi-bagi sangat dipengaruhi oleh stimulus dan keadaan atau suasana yang
bersangkutan. Sehingga untuk dapat menyadari sesuatu haruslah memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
1.
Adanya objek yang diamati.
2.
Harus
ada alat indera cukup baik sebagai alat untuk mengangkap stimulus yang mengenainya.
3.
Harus
ada pula saraf sensoris yang baik sebagai alat untuk meneruskan stimulus itu ke
pusat susunan saraf pusat yaitu otak[27].
Berdasarkan dari penjelasan
tersebut di atas, maka dapatlah dipahami bahwa perhatian adalah merupakan sifat
selektif yang khas pada kehidupan mental terhadap stimulus.
Dalam kehidupan sehari-hari kita
terkadang tidak membedakan antara minat dan perhatian, walaupun dasarnya
keduanya berbeda, tetapi memang antara minat dan perhatian sangat erat
hubungannya , sehingga orang yang tidak mempunyai minat terhadap mata pelajaran
biologi misalnya, maka dengan sendirinya perhatian mereka tidak ada. Dalam pada
itu dengan melihat uraian tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa
berdasarkan realitas yang ada perhatian itu timbul disebabkan oleh beberapa
faktor sebagai berikut :
a. Adanya Kecenderungan
Menarik Untuk Perhatian.
Dalam hal ini dapat kita lihat
pada seorang yang pada saat ia berada dalam kesendirian, sangat malas untuk
menjalankan tugas misalnya belajar. Jika tidak ada yang melihatnya ia akan
malas, tetapi karena adanya kecenderungan untuk diperhatikan tadi akhirnya ia
rajin belajar dengan tendensi untuk mendapat perhatian.
Namun
demikian hal-hal seperti ini harus juga diakui bahwa tidak sedikit juga membawa
dampak positif oleh karena secara tidak langsung hal yang dilakukan orang-orang
seperti ini, adalah termasuk dalam kategori pembiasaan yang tentunya dengan
kebiasaan-kebiasaan yang tadinya hanya dimotivasi oleh adanya kecenderungan
untuk mencari perhatian, sehingga penulis merasa berkeyakinan bahwa lambat atau
cepat nantinya akan dapat menjadikan kebiasaan itu sebagai suatu kewajiban.
Walaupun tadinya pelaksanaannya hanya karena ada tendensi lain.
b. Adanya Kecenderungan
Untuk Meniru Orang Lain.
Dalam hal ini barangkali dapat
dirasakan atau akan dapat kita lihat realitas yang ada bahwa melihat orang
sukses pada sekolah umum misalnya. Sehingga oleh kita timbul perhatian itu
untuk meniru tanpa lebih banyak berfikir, apakah kita akan berhasil atau hanya
memperoleh kegagalan jika ambisi yang lahir tiba-tiba itu akan dituruti.
Sebaliknya tidak adanya perhatian pada sekolah kejuruan misalnya, sebab tidak
pernah melihat sesuatu keberhasilan dalam realitas kehidupannya.
Orang seperti yang
digambarkan di atas, tidak dapat kita bayangkan bilamana melihat suatu
keberhasilan pada orang-orang yang bersekolah pada sekolah kejuaraan, yang
tentunya akan membuat tragedi baru dalam proses kehidupannya. Hal ini tidak
lain disebabkan karena perhatian orang tersebut semata-mata karena meniru
keberhasilan orang lain.
Barangkali
perlu dipahami bahwa untuk terjadinya suatu proses peniruan terhadap satu macam
kelakuan maka harus ada dua macam cara pula, yaitu: adanya keinginan untuk
meniru dan adanya kemampuan untuk meniru. Adapun meniru itu mempunyai dua unsur
yaitu: keinginan atau dorongan dan kemampuan atau kesediaan. Disamping itu ada
unsur ketiga yang biasanya bertemu dengan kedua unsur tersebut yaitu tujuan.
Sebab tujuan daripada meniru bagi seseorang itu ialah tidak lain untuk mencapai
tujuan.
c. Adanya rasa ingin tahu atau rasa ingin
mengenal.
Sebagaimana
diketahui bahwa semua orang yang bernama manusia selalu mempunyai
keinginan-keinginan, atau ringkasnya tidak seorangpun manusia di dunia ini yang
hanya tinggal diam saja. Ketika berhadapan dengan sesuatu yang samar-samar, ia
ingin tahu. Dan dari rasa keingintahuan itulah memotivasi manusia untuk
berusaha mempelajari hal yang samar-samar tadi sampai kemudian mendapat jawaban
dari hal yang menjadi pertanyaan atau keraguan dalam jiwanya. Kebutuhan akan
mengenai itulah yang menimbulkan perhatian.
Selanjutnya, seperti yang telah
penulis uraikan tadi bahwa salah satu penyebab timbulnya perhatian adalah
dengan pengalaman. Pengalaman disini yang penulis maksudkan adalah baik di
rumah, di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Hal ini biasanya terjadi
setelah anak melalui masa pertumbuhannya yang pertama dalam keluarga dimana
setelah didapatinya pengalaman yang akan terjadi pada bagian pribadinya yang
bertumbuh itu.[28]
Dengan uraian di atas maka
tidaklah mengherankan, manakala guru di sekolah mendapatkan tugas yang sangat
berat. Sebab dengan berbedanya pengalaman yang diterima anak dalam keluarga,
dengan sendirinya akan menuntut guru di sekolah untuk menghadapi anak didiknya
di dalam proses transfer nilai-nilai pendidikan kepada muridnya.
Bertolak dari pemikiran tersebut
di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa jika seorang pendidik ingin sukses
haruslah memperhatikan ketiga faktor tersebut di atas. Pemahaman seorang guru
terhadap faktor-faktor tersebut di atas yang dapat mempengaruhi perhatian, maka
dengan sendirinya tentu dapat diperoleh suatu alternatif untuk menerapkan
metode yang dianggap kondisional dalam proses belajar mengajar.
Sudah tentu pula guru dalam hal
ini harus memahami benar-benar eksistensinya, dimana seorang guru dituntut
untuk memiliki kompetensi serta memahami bagaimana kode etik guru itu sendiri,
agar di dalam proses belajar mengajar dapat tercipta suasana yang wajar. Atau
dengan kata lain tujuan pendidikan itu dapat terwujud.
D.
Pengertian Prestasi
Belajar
Prestasi belajar merupakan
istilah yang tidak asing lagi dalam dunia pendidikan. Istilah tersebut lazim
digunakan sebagai sebutan dari penilaian dari hasil belajar. Dimana penilaian
tersebut bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan
materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar.
Prestasi belajar digunakan untuk menunjukkan hasil yang optimal dari suatu
aktivitas belajar sehingga artinya pun tidak dapat dipisahkan dari pengertian
belajar .
Kata prestasi berasal dari bahasa
Belanda “pretitie” yang artinya apa yang telah diciptakan atau hasil pekerjaan.
Dalam ekonomi perhitungan yang dimaksudkan dengan prestasi adalah produk yang
telah dicapai seseorang atau daya kerja seseorang dalam jangka waktu tertentu[29].
Prestasi merupakan hasil
yang telah dicapai dari usaha yang telah dilakukan dan dikerjakan.[30]atau
dalam definisi yang lebih singkat bahwa prestasi adalah hasil yang telah di
capai (dilakukan dan dikerjakan).[31] Senada
dengan pengertian di atas, prestasi adalah hasil yang telah di capai dari apa
yang dikerjakan/ yang sudah diusahakan.[32]
Menurut Mas.ud Khasan Abdul Qahar,
prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang
menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.[33]Tidak
jauh dari pengertian yang dikemukakan oleh Mas.ud, Syaiful Bahri Djamarah menyatakan
bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja, baik
secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.[34]
Sedangkan belajar adalah merupakan
aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri seseorang yang belajar, baik
aktual maupun potensial, perubahan-perubahan mana pada pokoknya adalah
didapatkannya kemampuan baru yang bertahap dalam waktu relatif lama, dimana
perubagahan tersebut terjadi karena adanya usaha pada individu yang belajar.[35]
Karena prestasi belajar merupakan
suatu ukuran berhasil tidaknya murid setelah menempuh pelajaran di suatu
sekolah, dan untuk mengetahui tingkat keberhasilannya maka akan dilakukan
penilaian atau pengukuran berupa tes.
Ambo Enre Abdullah mengemukakan bahwa “Prestasi belajar adalah
kecakapan nyata yang dapat diukur langsung dengan suatu alat dalam hal ini tes.
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai murid dalam suatu mata pelajaran
tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan
seorang siswa”[36].
Dengan demikian, dapat dinyatakan
beberapa rumusan dari pengertian prestasi belajar, diantaranya bahwa prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau materi yang dikembangkan oleh mata pelajaran.[37] Hasil
belajar menurut Nana Sudjana adalah kemampuan yang dimiliki siswa, setelah ia
menerima pengalaman belajarnya.[38]
Sedangkan menurut Hadari Nawawi prestasi belajar adalah .tingkat keberhasilan
murid untuk mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam
bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi.[39]
Dalam dunia pendidikan, bentuk
penilaian dari suatu prestasi biasanya dapat dilihat atau dinyatakan dalam
bentuk simbol huruf atau angka-angka. Jadi, prestasi belajar adalah hasil yang
diraih oleh peserta didik dari aktivitas belajarnya yang ditempuh untuk
memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat diwujudkan dengan adanya
perubahan sikap dan tingkah laku dan pada umumnya dinyatakan dalam bentuk
simbol huruf atau angka-angka. Prestasi belajar yang didapatkan oleh seorang
siswa bersifat sementara kadang kala dalam suatu tahapan belajar, siswa yang
berhasil secara gemilang dalam belajar, sering pula dijumpai adanya siswa yang
gagal. Seperti angka raport rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir
dan sebagainya.
Berdasarkan
pengertian prestasi dan belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksudkan prestasi belajar Biologi dalam penelitian, adalah
kemampuan-kemampuan tentang Biologi yang telah dimiliki oleh siswa-siswa MTsN
Keude Linteung Kecamatan Keude Linteung
Kabupaten Nagan Raya yang bersifat konkretif setelah siswa selesai belajar
biologi yang meliputi : ingatan, pemahaman, penerapan, analisa dan sintesis.
E.
Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Prestasi Belajar
Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar dapat ditinjau dari dalam diri siswa dan dari
luar diri siswa yang berbentuk interaksi timbal balik antar keduanya.
a.
Faktor-faktor
dari dalam diri siswa
b.
Siswa
yang melaksanakan proses belajar, dapat diperiksa hasil-hasilnya melalui
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa.[40] Hal ini dapat diketahui antara lain dengan
membandingkan tingkat penguasaan siswa antara sebelum dan sesudah terjadi
proses belajar.
Faktor utama yang terdapat pada diri
siswa ialah faktor fisik atau jasmani dan faktor psikis. Faktor fisik meliputi
keadaan jasmani dan panca indera, sedang psikis meliputi, minat, intelegensi,
bakat, motif dan sebagainya.
b. Faktor
dari luar diri siswa
Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses belajar siswa dari ketiga lingkungan belajar yaitu, lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dimana lingkungan keluarga
meliputi; cara orang tua mendidik, relasi antar keluarga, suasana keluarga, dan
keadaan ekonomi keluarga. Sedangkan lingkungan sekolah meliputi; metode
mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa dan sebagainya.[41]
Adapun lingkungan masyarakat meliputi; kegiatan siswa dalam masyarakat, mass
media, tempat bergaul, bentuk kehidupan masyarakat dan sebagainya.
F.
Hubungan Minat Dan
Prestasi Belajar
Prestasi
belajar siswa merupakan hasil dari proses belajar. Baik buruknya prestasi
tersebut tergantung bagaimana proses belajar berlangsung dan tanggapan siswa
dari proses tersebut. Apabila proses tersebut berlangsung seperti yang diharap
kan tanpa ada gangguan baik internal atau eksternal siswa maka hasil belajar
akan berhasil seperti yang diharapkan, dan sebaliknya kalau terdapat gangguan
maka hasilnyapun jauh dari harapan.
Seperti
yang digambarkan atau dipaparkan diatas bahwa salah satu faktor keberhasilan siswa adalah faktor intern, minat
siswa terhadap belajar merupakan bagian dari faktor intern. Jadi bila minat
siswa terhadap belajar , khususnya biologi tinggi, maka prestasi belajar
biologi akan seperti yang diharapkan.
Dalam
hal ini, juga tidak terlepas dari faktor eksternal yang mempengaruhi minat
siswa terhadap biologi, umpanya guru yang mengajar biologi, menarik atau tidak
dari segi penampilan, gaya mengajar, pemilihan metode tidak monoton, pengaturan
ruang belajar, pemilhan meteri dan sebagainya.
Jadi kalau kita lihat beberpa
pendapat diatas bahwa minat dapat mendorong seseorang siswa untuk dapat belajar
dengan baik. Siswa yang mempunyai minat belajar yang tinggi akan menghasilkan prestasi
belajar yang tinggi pula. Dimana siswa memperlihatkan adanya rasa senang dan
melalui mau belajar tanpa ada pengaruh dari siapapun. Karena mereka melakukan
semua itu didasari atas niat yang suci dan ikhlas.
Dari keterangan di atas dapat
disimpulkan bahwa seseorang yang berminat dalam belajar dapat dilihat dalam
kegiatan belajarnya, adanya rasa senang, dapat dilihat dari frekwensi
belajarnya.
Hubungan minat dengan prestasi
belajar dapat digambarkan sebagai berikut:
Minat Proses belajar
Perhatian
Hasil belajar
Rasa senang
Frekwensi belajar
Siswa yang berminat dalam
pelajaran akan merasa senang dan penuh perhatian dalam belajar, ia akan dengan
suka rela aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa yang demikian sudah
barang tentu akan menguasai materi pelajaran dengan baik sehingga prestasi
belajarnya pun akan meningkat pula.[42]
[3] M. Alisuf Sabri, Psikologi
Pendidikan..,hal.84
[4]
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan…,hal. 136
[5]
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung:Alma
arif, 1980) hal. 79
[6]
Mahfudh Shahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu,
1990) hal. 95
[8] Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan Belajar, (Bandung:
Tarsito. 1983) hal. 18
[10]
Achmad Tono, Metode Pengajaran, (Jakarta: Sinar Baru,1978) hal. 36
[11]
Ibid, hal. 49
[12] Hurlock, Psikologi
Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1990) hal. 422
[13] Ibid, hal 426
[16] Helen, Bimbingan
dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) hal. 130
[18] D.P.
Tampubolon, Mengembangkan Minat Membaca Pada Anak, (Bandung: Angkasa,
1993) hal.41
[19]
Singgih D.G. dan Ny. SDG, Psikologi Perawatan, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1989) hal. 68
[20] Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan dengan pendekatan …,hal.187
[21] Kurt
Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, (Terj. Bergman Sitorus),
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 1987) hal. 93
[23] M. Dalyono, Psikologi
Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997) hal. 130
[24]
Campbell, Mengembangkan Kreativitas
Anak, disadur oleh Mangharjana A.M, (Yogyakarta: Carnesium. 1989) hal. 3
[29] Oemar Hamalik, Metode Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan…
hal. 52
[30] Tim
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997) hal. 787
[31]
W.J.S. Purdamimta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1987) hal. 768
[32] J.S.
Badudu dan Sultan M. Zein, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Pustaka SinarHarapan, 1994) hal. 1088
[33]
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya:
Usaha Nasional,1994), hal.20
[34] Ibid. hal.21
[35]
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor … …hal. 16
[36]
Abdullah A.E, Prinsip-Prinsip Layanan dan Bimbingan Belajar, (U.Pandang,
FIP IKIP, 1985).hal. 45
[37]
Habeyh, Kamus Populer, (Jakarta: Centre, 1974) hal. 139
[38] Nana
Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1992) hal. 22
[39]
Hadari Nawawi, Pengaruh Hubungan Manusia dikalangan Murid terhadap Prestasi
Belajardi SD, (Jakarta: Analisa Pendidikan, 1981) hal. 100
[41] Ibid. hal. 89
No comments:
Post a Comment