Monday, February 15, 2021

VIRUS: PENGERTIAN, STRUKTUR TUBUH, KLASFIKASI DAN JENIS

 

VIRUS: PENGERTIAN, STRUKTUR TUBUH, KLASFIKASI DAN JENIS

( OLEH: HASMADIANTI, S.Pd)


A.                Pengertian Virus

Virus biasanya diartikan makhluk sangat kecil yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop yang mampu melihat makhluk melebihi sekecil dari bakteri. Kalau orang menyebutkan kata virus tentu mengkonotasikan dengan kuman yang merugikan manusia dan makhluk hiduplainya. Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya.[1]

Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal).  Kata virus adalah kata bahasa Latin untuk racun dan substansi beracun lainnya, yang pertama kali digunakan di Bahasa Inggris tahun 1392. Definisi "agen yang menyebabkan infeksi penyakit" pertama kali digunakan tahun 1728, sebelum ditemukannya virus sendiri oleh Dmitry Iwanovsky tahun 1892.[2]

Virus merupakan organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri sehingga virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Virus terkecil berdiameter hanya 20 nm (lebih kecil daripada ribosom), sedangkan virus terbesar sekalipun sukar dilihat dengan mikroskop cahaya.[3]

Menurut para ahli biologi, virus merupakan organisme peralihan antara makhluk hidup dan benda mati. Dikatakan peralihan karena virus mempunyai ciri-ciri makhluk hidup, misalnya mempunyai DNA (asam deoksiribonukleat) dan dapat berkembang biak pada sel hidup. Memiliki ciri-ciri benda mati seperti tidak memiliki protoplasma dan dapat dikristalkan. Para penemu virus antara lain D. Iwanoski (1892) pada tanaman tembakau, dilanjutkan M. Beijerinck (1898), Loffern dan Frooch (1897) menemukan dan memisahkan virus penyebab penyakit mulut dan kaki (food and mouth diseases), Reed (1900) berhasil menemukan virus penyebab kuning (yellow fever), Twort dan Herelle (1917) penemu Bakteriofage, Wendell M. Stanley (1935) berhasil mengkristalkan virus mosaik pada tembakau. Pengetahuan tentang virus terus berkembang sampai lahir ilmu cabang biologi yang mempelajari virus disebut virology.[4]

Virus memiliki struktur tubuh dari kepala hingga ekornya. Untuk mengetahui struktur virus secara umum kita gunakan bakteriofage (virus T), strukturnya terdiri dari:

 

1.      Kepala

Kepala virus berisi DNA dan bagian luarnya diselubungi kapsid. Satu unit protein yang menyusun kapsid disebut kapsomer.

 

2.      Kapsid

Kapsid adalah selubung yang berupa protein. Kapsid terdiri atas kapsomer. Kapsid juga dapat terdiri atas protein monomer yang yang terdiri dari rantai polipeptida. Fungsi kapsid untuk memberi bentuk virus sekaligus sebagai pelindung virus dari kondisi lingkungan yang merugikan virus.

 

3.      Isi tubuh

Bagian isi tersusun atas asam inti, yakni DNA saja atau RNA saja. Bagian isi disebut sebagai virion. DNA atau RNA merupakan materi genetik yang berisi kode-kode pembawa sifat virus. Berdasarkan isi yang dikandungnya, virus dapat dibedakan menjadi virus DNA (virus T, virus cacar) dan virus RNA (virus influenza, HIV, H5N1). Selain itu di dalam isi virus terdapat beberapa enzim.

 

4.      Ekor

Ekor virus merupakan alat untuk menempel pada inangnya. Ekor virus terdiri atas tubus bersumbat yang dilengkapi benang atau serabut. Virus yang menginfeksi sel eukariotik tidak mempunyai ekor.

Virus terkecil berdiameter hanya 20 nm (lebih kecil daripada ribosom), sedangkan virus terbesar sekalipun sukar dilihat dengan mikroskop cahaya. Asam nukleat genom virus dapat berupa DNA ataupun RNA. Genom virus dapat terdiri dari DNA untai ganda, DNA untai tunggal, RNA untai ganda, atau RNA untai tunggal. Selain itu, asam nukleat genom virus dapat berbentuk linear tunggal atau sirkuler. Jumlah gen virus bervariasi dari empat untuk yang terkecil sampai dengan beberapa ratus untuk yang terbesar. Bahan genetik kebanyakan virus hewan dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan kebanyakan adalah RNA yang beruntai tunggal.

Bahan genetik virus diselubungi oleh suatu lapisan pelindung. Protein yang menjadi lapisan pelindung tersebut disebut kapsid. Bergantung pada tipe virusnya, kapsid bisa berbentuk bulat (sferik), heliks, polihedral, atau bentuk yang lebih kompleks dan terdiri atas protein yang disandikan oleh genom virus. Kapsid terbentuk dari banyak subunit protein yang disebut kapsomer.[5]

Virus memiliki ciri-ciri tertentu, adapun ciri-ciri tersebuat adalah sebagai berikut:

1.      Berukuran ultra mikroskopis

2.      Parasit sejati/parasit obligat

3.      Berbentuk oval, bulat, batang, huruf T, kumparan

4.      Kapsid tersusun dari protein yang berisi DNA saja atau RNA

5.      Dapat dikristalkan

6.      Aktivitasnya harus di sel makhluk hidup.[6]

 

B.                Klasifikasi virus

Menurut Pratiwi, Virus dapat diklasifikasi menurut morfologi, tropisme dan cara penyebaran, dan genomik fungsional.

1.        Klasifikasi virus berdasarkan morfologi

Berdasarkan morfologi, virus dibagi berdasarkan jenis asam nukleat dan juga protein membran terluarnya (envelope) menjadi 4 kelompok, yaitu:

a.          Virus DNA

b.         Virus RNA

c.          Virus berselubung

d.         Virus non-selubung

 

2.    Klasifikasi virus berdasarkan tropisme dan cara penyebaran

Berdasarkan tropisme dan cara penyebaran, virus dibagi menjadi:

a.          Virus Enterik

b.         Virus Respirasi

c.          Arbovirus

d.         Virus onkogenik

e.          Hepatitis virus

 

3.    Klasifikasi virus berdasarkan genomik fungsional

Virus di klasifikan menjadi 7 kelompok berdasarkan alur fungsi genomnya. Klasifikasi ini disebut juga klasifikasi Baltimore yaitu:

a.          Virus Tipe I = DNA Utas Ganda

b.         Virus Tipe II = DNA Utas Tunggal

c.          Virus Tipe III = RNA Utas Ganda

d.         Virus Tipe IV = RNA Utas Tunggal (+)

e.          Virus Tipe V = RNA Utas Tunggal (-)

f.          Virus Tipe VI = RNA Utas Tunggal (+) dengan DNA perantara

g.         Virus Tipe VII = DNA Utas Ganda dengan RNA perantara[7]

Pada tahun 1976 ICTV (International Commite on Taxonomy of Virus) mempublikasikan bahwa virus diklasifikasikan struktur dan komposisi tubuh, yakni berdasarkan kandungan asam. Pada dasarnya virus dibedakan atas dua golongan yaitu virus DNA dan virus RNA.

 

1.      Virus DNA mempunyai beberapa famili:

a.               Famili Parvoviridae seperti genus Parvovirus

b.             Famili Papovaviridae seperti genus Aviadenovirus

c.               Famili Adenoviridae seperti genus Mastadenovirus

d.             Famili Herpesviridae seperti genus Herpesvirus

e.              Famili Iridoviridae seperti genus Iridovirus

f.              Famili Poxviridae seperti genus Orthopoxvirus

2.      Virus RNA mempunyai beberapa famili:

a.       Famili Picornaviridae seperti genus Enterivirus

b.      Famili Reoviridae seperti genus Reovirus

c.       Famili Togaviridae seperti genus Alphavirus

d.      Famili Paramyvoviridae seperti genus Pneumovirus

e.       Famili Orthomyxoviridae seperti genus Influensavirus

f.       Famili Retroviridae seperti genus Leukovirus

g.      Famili Rhabdoviridae seperti genus Lyssavirus

h.      Famili Arenaviridae seperti genus Arenavirus[8]

 

C.                Macam-Macam Virus

1.        Virus RNA

Virus RNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa RNA, kelompok yang tergolong dalam kelompok ini adalah virus kelas III, IV, V, dan VI. Beberapa contoh familia virus yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Retroviridae, Picornaviridae, Orthomixoviridae, dan Arbovirus.

 

a.       Retroviridae

Retroviridae merupakan virus berbentuk ikosahedral. Virus ini memiliki genom RNA berjumlah dua buah yang keduanya identik dan memiliki polaritas positif yang nantinya akan diekspresikan menjadi enzim polimerase yang unik yaitu reverse traskriptase yang berguna untuk mengubah RNA menjadi DNA. DNA yang dihasilkan nantinya akan berintegrasi ke dalam DNA sel inang sebagai provirus. Virus ini termasuk ke dalam virus yang ganas, dapat menyebabkan penekanan sistem kekebalan tubuh dan juga tumor. Sifatnya yang ganas tersebut disebabkan salah satunya karena virus ini mudah mengalami mutasi. Salah satu genus dari famili ini yang paling terkenal adalah genus Lentivirus, yang contoh spesiesnya adalah HIV 1 dan 2.

b.      Picornaviridae

Picornaviridae merupakan berukuran kecil. Virus ini memiliki genom RNA dengan polaritas positif sehingga termasuk virus kelas IV dalam klasifikasi Baltimore. Virus dalam famili ini mampu menyebabkan banyak penyakit pada manusia, di antaranya adalah penyakit polio yang disebabkan oleh Poliovirus dan flu ringan yang disebabkan oleh Rhinovirus.

 

c.       Orthomixoviridae

Orthomoxoviridae merupakan virus yang memiliki selubung dengan materi genetik RNA bersegmen berpolaritas negatif sehingga virus ini termasuk dalam kelas V dalam klasifikasi Baltimore. Ciri khan dari virus ini adalah virus ini memiliki protein permukaan yang merupakan antigen utama yaitu Hemmaglutinin (HA) dan Neuraminidase (NA). Hemmaglutinin merupakan bagian virus yang menempel pada sel target oleh sebab itu antibodi terhadap hemmaglutinin dapat melindung dari infeksi virus. Neuraminidase berperan untuk melepaskanvirion dari sel oleh sebab itu antibodi terhadap NA dapat menekan tingkat keparahan infeksi virus.  Virus ini di klasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu :

1.                   Influenza tipe A

2.                   Influenza tipe B

3.                   Influenza tipe C

4.                   Tick-Borne Influenza

 

 

d.      Arboviruses

Arbovirus merupakan singkatan dari Arthropoda-Borne virus yaitu virus yang berasal dari kelompok Arthropoda. Arbovirus dibagi menjadi empat famili yaitu :

1.                   Togaviridae

contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah Rubellavirus.

2.                   Flaviviridae

contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah Hepatitis C virus dan Denguevirus yang penyebabkan penyakit demam berdarah dengue.

3.             Bunyaviridae
contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah California encephalitis virus (CE) yang menyebabkan penyakit 
encephalitis pada manusia.

4.            Reoviridae
contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah 
reovirus yang menyebabkan Colorado tick fever dan Rotavirus yang menyebabkan diare epidemik pada anak-anak.

 

2.        Virus DNA

Virus DNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa DNA, kelompok yang tergolong dalam kelompok ini adalah virus kelas I, II, VII. Beberapa contoh familia virus yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Herpesviridae, Parvoviridae, dan Poxviridae.

a.       Herpesviridae

Herpesviridae merupakan kelompok virus berukuran besar dengan materi genetik DNA utas ganda sehingga dikelompokkan ke dalam kelas 1 dalam klasifikasi baltimore. Virus dalam kelompok ini dapat menyebabkan penyakit ganas dan juga dapat menyebabkan kelainan pasca kelahiaran pada bayi. Herpesviridae terbagi ke dalam beberapa genus, yaitu :

1.        Alpha Herpesvirus

Virus yang termasuk dalam kelompok Alpha herpesvirus biasanya menyebabkan penyakit yang akut dengan gejala yang muncul saat itu juga. Infeksi virus ini bersifat laten persisten disebabkan karena kemampuan genom virus ini untuk berintergrasi dengan sel inang. Jika kondisi inang sedang lemah, maka ada kemungkinan penyakit dapat muncul kembali pada tempat yang sama.
contoh dari virus ini adalah 
Herpes simplex tipe 1 dan 2 dan Varicella zoster(VZ) virus.

2.        Beta Herpesvirus

Virus yang termasuk dalam kelompok beta herpesvirus biasanya menyebabkan penyakit yang akut akan tetapi tidak ditemukan gejala pada carrier. Virus ini menyebabkaninfeksi pada bayi dan perkembangan abnormal (penyakit kongenital). contoh dari virus ini adalah Cytomegalovirus.

3.          Gamma Herpesvirus

Virus yang termasuk dalam kelompok ini mampu menyebabkan penyakit limphopoliperatif jinak dan ganas, contoh dari virus ini adalah Epstein-Barr virus.

b.      Parvoviridae

Parvoviridae merupakan virus dengan DNA utas tunggal polaritas positif atau negatif sehingga termasuk dalam kelas II dalam klasifikasi Baltimore. Virus ini tidak memiliki selubung virus dan merupakan virus manusia yang berukuran paling kecil. Virus merupakan virus yang tidak sempurna sehingga perlu berasosiasi dengan adenovirus sehingga sering disebutAdeno-Associated Virus(AAV). Salah satu contoh kelompok ini adalah virus B-19 yang dapat menyebabkan cacat atau keguguran pada janin.

 

c.       Poxviridae

            Poxviridae merupakan virus dengan materi genetik DNA untai ganda sehingga virus ini di termasuk dalam kelas I dalam klasifikasi Baltimore. Ciri khas dari virus ini adalah virus ini memiliki morfologi besar dan kompleks. Virus yang terkenal dalam kelompok ini adalah Smallpox. Smallpox cukup terkenal karena menimbulkan pandemik yang sangat besar diseluruh dunia,  sekarang virus Smallpox sudah dimusnahkan.[9]

an yan



[1] Poberson Naibaho, Pengertian Virus, sejarah, ciri-ciri anatomi, reproduksi dan kalsifikasnya,(online)(2011)http://pobersonaibaho.wordpress.com/2011/02/22/pengertian-virus-sejarah-ciri-ciri-anatomi-reproduksi-klasifikasi/ddiakses tanggal 10 Nopember 2011

 

[2] Wikipedia,Virus,(online)(2011)http://id.wikipedia.org/wiki/Virus, diaksese tanggal 10 Nopember 2011

[3] Ibid.

 

[4] Poberson Naibaho, Pengertian Virus, sejarah, ciri-ciri anatomi…,

[5] Ibid

 

[6] Wikipedia,Virus,…,

 

[7] Pratiwi, Biologi untuk SMA.(Jakarta. Erlangga:2002),hal. 78

 

 

[8] Poberson Naibaho, Pengertian Virus, sejarah, ciri-ciri anatomi…,

 

 

[9] Wikipedia,Virus,…,

 

Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning

 

Konsep Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching Learning

( Diisusun oleh: Zaman Hurri, S.Ag.M.Pd)

 

Seperti yang sudah dijelaskan terdahulu bahwa pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang memungkinkan dikembangkannya strategi belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Pembelajaran kontekstual (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu siswa menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk siswa belajar dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru kepada siswa.

Pemanduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa di dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang kuat dan mendalam sehingga siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara penyelesaiannya.

Dalam hal ini siswa perlu mengerti makna belajar dan manfaatnya bagi kehidupan dan bagaimana cara mencapainya. Mereka harus sadar bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya. Sehingga mereka dapat menempatkan diri sendiri untuk membekali diri di dalam hidupnya. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya mencapainya. Dalam upaya ini, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.

Pembelajaran kontekstual/CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Ada tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual yang efektif, yaitu konstruktifisme (constructivism), bertanya (question), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), dan penilaian sebenarnya (authentic assesment)[1]

Di kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Tugas guru lebih banyak berkaitan dengan strategi daripada memberi informasi, mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas. Pengetahuan dan keterampilan dapat ditemukan oleh siswa, bukan dari apa kata guru. Pendekatan kontekstual merupakan strategi pembelajaran yang mendekatkan pengetahuan yang diperoleh siswa dengan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan kontekstual mempunyai tujuh komponen yang terintegrasi dalam suatu rencana pembelajaran.

Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal, kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan , kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi. Untuk itu diperlukan strategi belajar yang baru yang lebih memberdayakan siswa. Melalui landasan filosofis konstruktivisme, CTL dipromosikan menjadi alternative strategi belajar yang baru. Melalui pendekatan CTL , siswa diharapkan belajar melalui ‘mengalami” bukan “menghafal”.[2]. Ada beberapa komponen yang berkaitan dengan CTL sebagai berikut :

 

a.         Konstruktivisme

Teori belajar tentang konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus membangun pengetahuan di dalam benak mereka sendiri. Setiap pengetahuan dapat dikuasai dengan baik jika siswa secara aktif mengkontruksi pengetahuannya

di dalam pikirannya. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir atau filosofis pendekatan kontekstual. Kontekstual yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Pengetahuan bukan seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil atau diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Oleh karena itu pengetahuan menjadi proses mengkontruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam pandangan konstruktivisme, strategi lebih diutamakan daripada seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan:

1.      menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,

2.      memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri,

3.      menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

 

b.        Menemukan (inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil menemukan sendiri. Guru selalu merangsang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan apapun materi yang diajukan. Siklus inquiry yaitu merumuskan masalah, observasi, bertanya, mengajukan dugaan (hipotesis), pengumpulan data dan penyimpulan.

Adapun langkah-langkah kegitan belajar dalam kegiatn menemukan           ( inquiri) adalah sbb :

a.    Merumuskan masalah.

b.    Mengamati atau melakukan observasi.

c.    Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar laporan, bagan, tabel, atau karya lainya.

d.   Mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audiensi yang lain.

 

c.         Bertanya (Questioning)

Questioning atau bertanya adalah salah satu strategi pembentukan pendekatan kontekstual. Bagi guru, bertanya dipandang sebagai kegiatan untuk mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, membimbing dan menilai kemampuan siswa. Bagi siswa, bertanya merupakan kegiatan penting dalam melaksanakan pembelajaran

berbasis inquiry.

Dalam sebuah pembelajaran yang produtif, kegiatan bertanya berguna untuk :

a.    Menggali informasi baik administrasi maupun akademis.

b.    Mengecek pemahaman siswa.

c.    Membangkitkan respons kepada siswa.

d.   Mengetahui sejauh mana keingintauhan siswa.

e.    Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa.

f.     Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa.

g.    Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru.

h.    Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa.

i.      Untuk menyegarkan kembali pengetahuan.

 

d.        Permodelan (Modelling)

Modelling atau permodelan adalah kegiatan pemberian model dengan tujuan untuk membahasakan gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar atau melakukan sesuatu yang kita inginkan. Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu selalu ada model yang dapat dicontoh dan diamati siswa. Guru memberi model tentang “bagaimana cara belajar” misalnya guru member contoh tentang cara belajar sesuatu, sebelum siswa melaksanakan tugas.

Dalam pendekatan CTL guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirangsang dengan melibatkan siswa-siswa ditunjuk untuk memberi contoh temannya mendemonstrasikan keterampilan.

 

e.         Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing dengan teman, antar kelompok, antara yang tahu dengan yang belum tahu. Dalam kelas kontekstual guru selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya heterogen.

Praktik motode ini dalam pembelajaran terwujud dalam :

a.    Pembentukan kelompok kecil

b.    Pembentukan kelompok besar.

c.    Mendatangkan ahli ke kelas.

d.   Bekerja dengan kelas sederajat.

e.    Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya.

f.     Belajar dengan masyarakat.

 

f.          Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan. Siswa menyimpan apa yang telah dipelajari sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengatahuan yang baru diterima. Implementasi pada akhir pembelajaran guru memberi waktu sebentar agar siswa melakukan refleksi berupa:

1.      peryataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu,

2.      catatan atau jurnal di buku siswa,

3.      kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu,

4.      diskusi,

5.      hasil kerja.

 

g.         Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberi gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran itu perlu diperoleh guru agar dapat memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar. Apabila data yang dikumpulkan guru untuk mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar.

Penilaian dilakukan bersama secara terintegrasi dari kegiatan pembelajaran. Data yang dikumpulkan harus dari kegiatan yang nyata yang dikerjakan siswa pada proses pembelajaran. Jika guru ingin mengetahui perkembangan siswa, maka guru harus mengumpulkan data dari kegiatan nyata saat siswa melakukan kegiatan atau percobaan. Penilaian autentik didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa. Karakteristik penilaian sebenarnya dilakukan sebagai berikut.

1.      Dilaksanakan selama dan sesudah pembelajaran

2.      Dapat digunakan untuk formatif atau sumatif

3.      Yang diukur adalah keterampilan dan performannya bukan mengingat fakta

4.      Berkesinambungan

5.      Terintegrasi

6.      Dapat digunakan sebagai feed back[3]

 



[1] Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Jakarta. Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas.2002) hal. 10

[2] Yatim Riyanto, Paradigma baru …, hal. 161

[3] Nurhadi. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) dan Penerapannya dalam KBK.( Malang: Universitas Negeri Malang Press. 2003) hal. 23-27

 

Sunday, February 14, 2021

Vegetasi dan Analisis Vegetasi

 

   Vegetasi dan Analisis Vegetasi



1.                  Vegetasi

Vegetasi merupakan salah satu macam sumber yang paling erat hubungannya dengan kehidupan manusia dan hewan  di seluruh dunia. Untuk mempertahankan  kondisi kualitas lingkungan hidup manusia, vegetasi atau tumbuhan harus tetap dominan dimana-mana. Mueller- Dombois dan Ellenberg menjelaskan “ Komunitas tumbuhan merupakan indikator dari kedaan linkungan. Komunitas tersebut bereaksi bukan saja terhadap satu faktor lingkungan  yang paling berinteraksi. Komunitas tumbuhan mengintegrasi semua pengaruh dan bereaksi dengan berbagai tekanan perubahan   lingkungan.”[1]

Komunitas tumbuhan merupakan produsen primer dalam berbagai ekosistim yang menetukan keanekaragaman jenis yang dapat hidup didalamnya. Karena itu, pengetahuan dan pengkajian yang rinci tentang strukur dan komposisi tumbuhan suatu daerah sangat penting untuk memahami hubungan antara berbagai tingkat organisasi pada suatu ekosistem.

Ekosistem merupakan satuan fungsi dasar dalam ekologi kerena ekosistim meliputi makhluk hidup dan lingkungan organisasi ( komunitas biotik ) dan linkungan abiotik, masing-masing saling berinteraksi untyuk memelihara kehidupan sehingga terjadi keseimbangan. Keselarasan dan keserasian alam di bumi ini.[2]

2.                  Analisis Vegetasi

Kegiatan ini merupakan kegiatan  menganalisa tumbuh-tumbuhan dalam suatu lingkungan atau ekosistem meliputi kegiatan menemukan indeks keanekaragaman jenis, indeks simillarity, Nilai penting dari jenis tumbuhan, komposisi jenis dan dominasi suku jenis.

2.1.Indeks Keanekaragaman Jenis

Keanekaragaman jenis dapat dihitung untuk menandai jumlah jenis dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah jenis diantara jumlah total individu dari seluruh jenis yang ada, hubungan dapat dinyatakan sebagai indeks keanekaragaman jenis. Jumlah jenis dalam suatau komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keanekaragaman jenis tampaknya bertambah bila komunitas menjadi semakin stabil, akan tetapi bila terjadi gangguan-gangguan linkungan, maka akan terjadi penurunan yang nyata dalam keanekaragaman.[3]

Setiadi dan Tjondronegoro menyatakan “Keanekaragaman jenis tumbuhan dari suatu komunitas dikendalikan oleh faktor lingkungan seperti habitat yang mempunyai potensi untuk mendukung jumlah setiap jenis tumbuhan. Perkembangan tumbuhan di dalam berbagai komunitas pada ekosistem merupakan hasil dari suatu proses suksesi yang berjalan sangat lambat”.[4]

            Komunitas  setiap tempat dapat dianalisis berdasarkan pada perubahan lokasi atau ketinggian tempat di suatu lokasi. Umumnya makin curam suatu tempat, maka makin besar perbedaan antar komunitas yang bersangkutan. Michael menjelaskan bahwa :

“Perbandingan antara jumlah jenis dan total jumlah individu di dalam suatu komunitas dikenal sebagai keanekaragaman jenis atau species diversity. Ini erat hubungannya dengan stabilitas lingkungan yang bersangkutan dan berbeda-beda untyk setiap komunitas. Mengenai keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas adalah sangat penting dalam menetukan kerusakan yang terjadi”[5].

 

            Sebagai komunitas tumbuhan memiliki ciri khas yang dapat diukur dan dipelajari antara lain keanekargaman jenisnya, bentuk pertumbuhan dan strukturnya , dominasi beberapa jenis di dalamnya, kelimpahan relatif dari jenis yang berbeda, hubungan jenis-jenis makanan dan suksesi dari komunitas. Selain itu aspek penting dalam ekologi suatu komunitas yaitu dengan cara mengumpulkan data kualitatif, dan .mengkaji data struktur tegakan komposisi dan tingkat organisasi dari komunitas.[6]

 

2.2.Indeks Simillarity ( Kesamaan )

Indeks kesamaan digunakan untuk membandingkan kesamaan jenis yang ditemukan suatu musim dengan musim yang lain. [7] Indeks-indeks  kualitatif sering kali gagal memperlibatkan keberadaan suatu asosiasi bilamana sedikit sampel yang mengandung sejumlah besar dua jenis yang hadir bersamaan, dan sejumlah besar sampel dimana hanya satu diantara dua jenis yang hadir. Dalam kasus yang ekstrim ini suatu indeks yang didasarkan pada total kedua jenis yang hadir bersamaan sebagai suatu proporsi dari jumlah total individu.[8]

 

2.3.Nilai Penting ( NP )

Menurut Krebs “Nilai dai kerapatan relative, dominasi relative, dan frekwensi relative dijumlahkan untuk memperoleh nilai penting tiap-tiap jenis.[9] Nilai penting tersebut ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

 

NP=KR + FR + DR

Keterangan :

NP   = Nilai Penting

KR  = Kerapatan relative

FR   = Frekwensi relative

DR  = Dominasi Relatif.[10]

            Agar nilai penting dapat ditafsirkan maknanya maka nilai tersebut perlu diklasifikasikan atas tiga kelompaok yaitu tinggi, sedang dan rendah. Dalam perhitungan ini digunakan rumus :

NT    + NTR

3

 


NP =

Keterangan :

NP  = Nilai Penting

NT  = Nilai penting Tertinggi

NTR= Nilai Penting Terendah[11]



         [1] Muller-Dombois dan Ellenberg, Aims and Methode…Hal:280

 

          [2] Odum, E.P. Dasar-Dasar….hal. 43

 

[3] Michael.P, Metode Ekologi untuk Penyelidikan…Hal:244

 

[4] Setiadi dan P.D. Tjondronegoro, Dasar-dasar Ekologi,.( Bogor: IPB. 2009) Hal:80

 

[5] Michael.P, Metode Ekologi untuk Penyelidikan…Hal:250

 

[6] Setiadi dan P.D. Tjondronegoro, Dasar-dasar …Hal:85

 

[7] Heddy.S, Biologi Pertanian,.( jakarta: CV. Rajawal,2005),Hal:16

[8] Michael.P, Metode Ekologi untuk Penyelidikan…Hal:255-276

 

            [9] Kreb, CJ, Ecology: The Experiment Analysis of Distribution and Abudance.(New York: Haper & Row Publisher, 1978) Hal:389

 

           [10] Cox. GW: Laboratory Manual of General …Hal:37

      [11] Djufri. Penentuan Pola Distibusi , Asosiasi Dan Interaksi…, hal. 3