Sunday, February 14, 2021

HERBARIUM, PENGERTIAN DAN CARA PENBUATAN

 HERBARIUM, PENGERTIAN DAN CARA PENBUATAN



A.                Pengertian Herbarium

Herbarium sering diartikan dengan media pembelajaran dari bahan awetan baik dari tumbuhan. Jelasnya, herbarium adalah tumbuhan utuh yang telah kering. Utuh maksudnya lengkap organ vegetatif dan generatif. Organ vegetatif terdiri dari akar, batang, daun sedangkan organ generatif terdiri dari bunga, buah dan biji. Biasanya herbarium dibuat untuk tumbuhan yang berukuran kecil hingga sedang. Hal ini berhubungan dengan cara pengeringannya yang praktis karena biasanya herbarium dibuat dengan menggunakan buku tebal yang relatif ukurannya kecil.[1] Selanjuntnya juga herbarium diartikan dengan kotak, kamar, atau gedung untuk menyimpan kumpulan contoh tumbuhan yg dikeringkan (diawetkan), disimpan dan diklasifikasikan, digunakan dl penelitian botani.[2]

Ada dua pengertian dari herbarium yaitu sebagai benda awetan dari berbagai macam tumbuhan, juga  herbarium berarti tempat menyimpan, baik berupa kotak, kamar ataupun gedung tempat menyimpan dan pengklasifikasian  berbagai benda tumbuhan yang telah diawetkan yang tujuanya sebagai bahan penelitian dan pembelajaran yang dapat digunakan oleh pelajar, siswa, para ahli dan masyarakat umum lainnya.

Awalnya herbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Turnefor (1700) untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490-1550) seorang Professor Botani di Universitas Bologna, Italia adalah orang pertama yang mengeringkan tumbuhan di bawah tekanan dan melekatkannya di atas kertas serta mencatatnya sebagai koleksi ilmiah (Arber, 1938).

 Pada awalnya banyak specimen herbarium disimpan di dalam buku sebagai koleksi pribadi, tetapi pada abad ke-17 praktek ini telah berkembang dan menyebar di Eropa. Karl von Linne (1707-1778) adalah orang berjasa mengembangkan teknik herbarium. Pada saat ini istilah herbarium digunakan pula untuk menamai lembaga yang mengelola koleksi spesimen tumbuhan, mempelajari keanekaragam spesies tumbuhan dan kedudukan taksonominya, serta membuat pangkalan datanya secara komputerisasi.[3]

Material herbarium yang diambil harus memenuhi tujuan pembuatan herbarium, yakni untuk identifikasi dan dokumentasi. Dalam pekerjaan identifikasi tumbuhan diperlukan ranting, daun, kuncup, kadang-kadang bunga dan buah, dalam satu kesatuan. Material herbarium yang lengkap mengandung ranting, daun muda dan tua, kuncup, bunga muda dan tua yang mekar, serta buah muda dan tua. Material herbarium dengan bunga dan buah jauh lebih berharga dan biasa disebut herbarium fertil, sedangkan material herbarium tanpa bunga dan buah disebut herbarium steril. Untuk keperluan dokumentasi ilmiah dianjurkan agar dibuat material herbarium fertil dan untuk setiap nomor koleksi agar dibuat beberapa spesimen sebagai duplikat (3 spesimen atau lebih per nomor koleksi)[4] 

Selain material herbarium harus lengkap, perlu diperhatikan pula bahwa pada saat pengambilan material herbarium harus dilakukan pula pencatatan data tumbuhannya. Terutama karakter atau sifat yang akan hilang jika diawetkan. Material herbarium tanpa catatan tumbuhannya dianggap sangat tidak ada artinya. Pencatatan data tumbuhan dengan menggunakan buku catatan atau blangko isian/tally sheet. Bersamaan dengan pencatatan identitas tumbuhan tersebut, perlu dengan segera dibuat pula label ganting yang diikat dengan material herbarium. Satu tabel untuk satu spesimen. Pada setiap label gantung ditulis kode (singkatan nama), kolektor (pengumpul), nomor koleksi, nama local (daerah) tumbuhan yang dikumpulkan, lokasi pengumpulan, dan tanggal. Dianjurkan agar untuk penulisan pada label gantung tersebut menggunakan pensil, supaya tulisan tidak larut bila kena siraman alcohol atau spiritus.[5]

Ada beberapa manfaat dari herbarium, adapun manfaat tesebut adalah:

1.      Sebagai alat peraga dalam kegiatan pembelajaran.

2.      Sebagai media penelitian.

3.      Sebagai alat bantu identifikasi.

4.      Dapat digunakan untuk pertukaran herbarium antar daerah dan negara.

5.      Sebagai bukti adanya keanekaragaman.

6.        Sebagai specimen acuan untuk mempublikasikan specimen baru.[6]

 

B.                Jenis-Jenis Herbarium

Secara umum herbarium ada dua macam yaitu herbarium kering dan herbarium basah. Pengelompokan ini didasarkan dari cara pembuatan herbarium itu sendiri. Kalau cara basah dilakukan setelah material herbarium diberi label gantung dan dirapikan, kemudian dimasukkan kedalam lipatan kertas Koran. Satu lipatan kertas koran untuk satu spesimen (contoh). Tidak dibenarkan menggabungkan  beberapa spesimen di dalam satu lipatan kertas. Selanjutnya, lipatan kertas koran berisi material herbarium tersebut ditumpuk satu  di atas lainnya. Tebal tumpukan disesuaikan dengan daya muat kantong plastik (40 x 60 cm) yang akan digunakan. Tumpukan tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik dan disiram alkohol 70 % atau spiritus hingga seluruh bagian tumbukan disiram secara merata, kemudian kantong plastik ditutup rapat dengan isolatip atau hekter supaya alcohol atau spiritus tidak menguap diluar kantong.[7]

Sedangkan cara kering menggunakan 2 macam proses, yaitu pengeringan langsung dan pengeringan bertahap, pada pengeringan langsung, yakni tumpukan material herbarium yang tidak terlalu tebal di pres didalam sasak, kemudian  dikeringkan diatas tungku pengeringan dengan panas yang diatur atau di dalam oven (suhu 800c selama 48 jam). Kalau pengeringan bertahap, yakni material herbarium dicelup terlebih dahulu di dalam air mendidih sekitar 3 menit, kemudian dirapikan dimasukkan ke dalam lipatan kertas Koran. Selanjutnya ditumpuk dan di pres, dijemur atau dikeringkan di atas tungku pengeringan. Selama proses pengeringan material herbarium itu harus sering diperiksa dan diupayakan agar pengeringan nya merata. Setelah kering material herbarium dirapikan kembali dan kertas koran bekas pengeringan tadi diganti dengan kertas yang baru. Kemudian material herbarium dapat dikemas untuk diidentifikasi.[8]

 

C.                Cara Pembuatan Herbarium

Sebelum pembuatan herbarium ada beberapa hal yanh harus diperhatikan oleh siswa dan guru. Diantaranya yaitu bahan, alat dan material herbarium itu sendiri. Adapun alat dan bahan adalah sebagai berikut:

1.      Alat untuk mengambil material herbarium: a.l. parang, kapak, pisau, gunting stek, galah berpisau, dan kadang-kadang ketapel. Untuk terna perlu sekop, dan untuk rotan diperlukan sarung tangan anti duri.

2.      Alat pembungkus material herbarium: kertas koran, karung plastik besar, kantong plastik (40 x 60 cm, dan ukuran lebih kecil), tali plastik dan hekter. Alat pengepres: sasak dari kayu atau bambu (30 x 50 cm)

3.      Alat tulis: label gantung (3 x 5 cm, dari manila karton), balngko isianitally sheet, pensil, buku catatan dan alat tulis lain

4.      Alkohol 70 % atau spiritus (1 liter untuk 30 — 50 spesimen) Alat pelengkap: kamera dan perlengkapannya, altimeter, teropong, pita ukur, dll.[9]

Dalam pemilihan material herbarium, sebaiknya  memenuhi beberapa ketentuan,  yang pertama, material herbarium yang diambil harus memenuhi tujuan pembuatan herbarium, yakni untuk identifikasi dan dokumentasi. Dalam pekerjaan identifikasi tumbuhan diperlukan ranting, daun, kuncup, kadang-kadang bunga dan buah, dalam satu kesatuan. Material herbarium yang lengkap mengandung ranting, daun muda dan tua, kuncup, bunga muda dan tua yang mekar, serta buah muda dan tua. Material herbarium dengan bunga dan buah jauh lebih berharga dan biasa disebut dengan Herbarium fertil. Sedang kan herbarium yang tanpa bunga dan buah disebut Herbarium steril.  Untuk keperluan dokumentasi ilmiah dianjurkan agar dapat membuat material herbarium fertil dan untuk setiap nomor koleksi agar dibuat beberapa specimen sebagai duplikat dan 3 spesimen atau lebih per nomor koleksi.

Selanjutnya, Material herbarium dari pohon berdiameter besar maupun kecil agar dipilih ranting yang berbunga dan berbuah. Apabila hal ini sulit dilakukan, cukup diambil ranting dengan  daun-daun dan kuncup  utuh dalam satu kesatuan. Material herbarium dari tumbuhan  terna dan rumput-rumputan, batang dan akarnya harus dikumpulkan pula. Demikian pula hal nya dengan bambu, material herbariumnya tidak hanya berupa ranting daun berbunga, tetapi ruas batang  dan pelepahnya harus disertakan  pula. Material herbarium rotan sangat sulit dikumpulkan karena selain berdaun  majemuk bersirip yang panjang nya lebih dari 1 m, bahkan ada yang mencapai 4 m (termasuk sirus) misalnya rotan manau, harus disertakan pula dengan batang dan pelepahnya yang banyak durinya itu. Beberapa jenis rotan tidak memiliki sirus pada ujung daun, namun mempunyai salur berduri pada ujung pelepah yang disebut flagel yang panjangnya dapat mencapai 5 m, seperti pada rotan kesur.

Terakhir, Selain material herbarium harus lengkap, perlu diperhatikan pula bahwa pada saat pengambilan material herbarium harus dilakukan pula pencatatan data tumbuhannya. Terutama karakter atau sifat yang akan hilang jika diawetkan. Material herbarium tanpa catatan tumbuhannya dianggap sangat tidak ada artinya. Pencatatan data tumbuhan dengan menggunakan buku catatan atau blangko isian/tally sheet. Bersamaan dengan pencatatan identitas tumbuhan tersebut, perlu dengan segera dibuat pula label ganting yang diikat dengan material herbarium. Satu tabel untuk satu spesimen. Pada setiap label gantung ditulis kode (singkatan nama), kolektor (pengumpul), nomor koleksi, nama local (daerah) tumbuhan yang dikumpulkan, lokasi pengumpulan, dan tanggal. Dianjurkan agar untuk penulisan pada label gantung tersebut menggunakan pensil, supaya tulisan tidak larut bila kena siraman alcohol atau spiritus.[10]

                Proses selanjutnya adalah dilakukan pengolahan dan pengawetan bahan-bahan material herbarium tersebut. Kegiatan ini dapat dilakukan dilokasi pengumpulan dan ditempat penyimpanan atau koleksi herbarium. Pada lokasi pengumpulan Ada dua cara yang memungkinkan dalam pembuatan herbarium,yaitu cara basah dan cara kering.

1.      Cara basah

Setelah material herbarium diberi label gantung dan dirapikan, kemudian dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Satu lipatan kertas koran untuk satu spesimen (contoh). Tidak dibenarkan menggabungkan beberapa spesimen di dalam satu lipatan kertas.

Selanjutnya, lipatan kertas koran berisi material herbarium tersebut ditumpuk satu di atas lainnya. Tebal tumpukan disesuaikan dengan daya muat kantong plastik (40 x 60 cm) yang akan digunakan. Tumpukan tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik dan disiram alkohol 70 % atau spiritus hingga seluruh bagian tumbukan tersiram secara merata, kemudian kantong plastik ditutup rapat dengan isolatip atau hekter supaya alkohol atau spiritus tidak menguap ke luar kantong.

 

2.      Cara kering

Cara kering menggunakan 2 macam proses, yaitu:

a.          Pengeringan langsung, yakni tumpukan material herbarium yang tidak terlalu tebal di pres di dalam sasak, kemudian dikeringkan di atas tungku pengeringan dengan panas yang diatur atau di dalam oven (suhu 80°C selama 48 jam). Pengeringan hams segera dilakukan karena jika terlambat akan mengakibatkan material herbarium rontok daunnya dan cepat menjadi busuk.

b.         Pengeringan bertahap, yakni material herbarium dicelup terlebih dahulu di dalam air mendidih sekitar 3 menit, kemudian dirapikan lalu dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Selanjutnya ditumpuk dan dipres, dijemur atau dikeringkan di atas tungku pengeringan. Selama proses pengeringan material herbarium itu hams sering diperiksa dan diupayakan agar pengeringannya merata.

Setelah kering, material herbarium dirapikan kembali dan kertas koran bekas pengeringan tadi diganti dengan kertas yang bam. Kemudian material herbarium dapat dikemas untuk diidentifikasi.

Dilokasi tempat penyimpanan atau koleksi herbarium, ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:

a.       Material basah harus segera dikeluarkan dari kantongnya, kemudian dirapikan tumpukannya dan bila perlu kertasnya diganti dengan kertas baru.

b.      Selanjutnya, tumpukan material herbarium dipres di dalam sasak, kemudian dimasukkan ke dalam tungku pengeringan atau oven dengan suhu 80°C selama 48 jam.

c.       Material yang sudah kering diidentifikasi nama botaninya. Biasanya secara berturut­-turut material tersebut termasuk suku apa, marga dan jenis apa.

d.      Hasil identifikasi ini ditulis pada label identifikasi yang telah disiapkan. Dalam hal ini harus diperhatikan agar nomor koleksi yang ditulis pada label identifikasi sesuai dengan nomor koleksi pada label gantung.

e.       Material herbarium yang telah diidentifikasi kemudian diawetkan dengan cara sebagai berikut:

·           material dicelupkan ke dalam lamtan sublimat, yakni campuran alkohol 96 % dan tepung sublimat dengan perbandingan 50 gram sublimat dalam 1 liter alkohol.

·           Pada proses pengawetan ini dianjurkan agar digunakan sarong tangan dan kain kasa penutup hidung untuk menghindari cairan dan uap sublimat.

·           material yang sudah dicelup (sekitar 2 menit) di dalam lamtan sublimat dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran, kemudian beberapa material ditumpuk menjadi satu dan ditaruh di antara 2 sasak, lalu diikat kecang.

·           sasak yang berisi material tersebut dimasukkan ke dalam tungku pengeringan dan dijemur sampai material menjadi kering.

·           material yang telah kering ini siap untuk diproses lebih lanjut sebagai koleksi herbarium yang tahan terhadap serangan jamur maupun hama.

f.       Material herbarium kering kemudian diplak atau ditempelkan pada kertas gambar yang kaku dan telah disterilkan. Bersamaan dengan pengeplakkan dilakukan pula pemasangan label identifikasi yang telah diisi. Dalam hal ini, perlu diperhatikan agar tidak terjadi salah pasang antara label identifikasi dengan nomor koleksi herbarium yang bersangkutan

g.      Material herbarium kering yang sudah diplak dan memiliki label identifikasi selanjutnya bisa disimpan di ruangan herbarium.[11]



[1] Artikata, Herbarium,(2011)(online) http://www.artikata.com/arti-87894-herbarium.html, diakses tanggal 23 Nopember 2011.

 

[2] ibid

[3] Steenis, C.G.G.J van, Flora Untuk Sekolah di Indonesia, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2001)  hal. 6

[4] Forman, L. & Bridson, D. The herbarium handbook.( Washington DC: Royal

Botanic Gardens Kew,2003)hal. 46

[5] Sutisna, U.T. Kalima dan purnadjaja. Pedoman pengenalan pohon hutan di Indonesia. ( Bogor: Yayasan PROSEA, 2008) hal.3

 

[6] Winsfamily.Herbarium (2011)(online)http://windisfamily.blogspot.com/2010/06/blog-post.html. diakses tanggal 23 nopember 2011.

 

[7] Forman, L. & Bridson, D. The herbarium handbook,…,hal. 5

 

[8] Rugayah, Retnowati. 2004. Pedoman penumpulan data keanekaragaman flora. Pusat penelitian Biologi – lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia. (Jakarta : LIPI,2004) hal.3

 

[9] Rugayah, Retnowati. 2004. Pedoman penumpulan data keanekaragaman ,...,hal.13

 

[10] Sutisna, U.T. Kalima dan purnadjaja. Pedoman pengenalan pohon ,...,hal.1

 

[11] Winsfamily.Herbarium (2011)(online)(http://windisfamily.blogspot.com/2010/06/blog-post.html. diakses tanggal 23 nopember 2011).

 

Tehnik Pembelajaran Belajar Kreatif

 

Tehnik Pembelajaran  Belajar Kreatif



Penerapan belajar kreatif dapat diwujudkan dengan mengaplikasikanya pada siswa didalam kelas dengan beberapa teknik pembelajaran yang berkaitan dengan pembelajaran kreatif. Teknik pembelajaran tersebut dapat diciptakan oleh guru didalam kelas, atau memang menggunakan teknik pembelajaran yang telah ada. Adapun teknik pembelajaran tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

 

1.      Picture And Picture

Langkah-langkahnya adalah:

a.          Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

b.         Menyajikan materi sebagai pengantar

c.          Guru menunjukkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi

d.         Guru menunjuk siswa secara bergantian mengurutkan gambar menjadi urutan logis

e.          Guru menanyakan dasar pemikiran urutan gambar tersebut

f.          Dari alasan urutan gambar guru memulai menanamkan konsep sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

g.         Kesimpulan/rangkuman

 

2.      Mind Mapping

Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

a.    Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

b.    Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa

c.    Membentuk kelompok

d.   Setiap kelompok menginventarisasi alternatif jawaban hasil diskusi

e.    Setiap kelompok membacakan hasil diskusinya dan guru mencatat di papan tulis serta mengelompokkan sesuai kebutuhan guru

f.     Data data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru

 

3.      Make- a Match

Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

a.         Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang sesuai untuk sesi riviu, sebaliknya satu kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban

b.        Setiap siswa mendapat satu lembar kartu

c.         Setiap siswa memikirkan jawaban/soal kartu yang dipegang

d.        Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal-jawaban)

e.         Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin

f.         Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya

g.        Demikian seterusnya

h.        Kesimpulan/penutup

4.      Snowball Throwing

Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

a.       Guru menyampaikan materi yang akan disajikan

b.      Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil wakil kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi

c.       Wakil kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru

d.      Masing-masing siswa diberikan satu le4mbar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh guru

e.       Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari siswa ke siswa yang lain

f.       Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa untuk menjawab pertanyaan tertulis dalam bola kertas secara bergantian

g.      Penutup

 

5.      Course Review Horay

Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

a.       Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

b.      Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi

c.       Memberi kesempatan bertanya kepada siswa

d.      Siswa menyiapkan sebuah kotak dan beberapa lembar kertas kertas yang sudah diberi nomor-nomor

e.       Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawaban di kertas-kertas tersebut sesuai nomor yang disebutkan oleh guru dan langsung didiskusikan, jika benar diberi tanda (v) dan jika salah diisi tanda (x)

f.       Siswa yang sudah mendapat tanda v harus berteriak horay… atau yel-yel lainnya

g.      Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay

h.      Penutup

 

6.      Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC)

 

Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

a.       Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang heterogen

b.      Guru memberikan wacana/kliping sesuai topik pembelajaran

c.       Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana kliping dan ditulis pada selembar kertas

d.      Mempresentasikan/membacakan hasil kerja kelompok

e.       Guru membuat kesimpulan bersama

f.       Penutup

 

7.      Berpikir-Berpasangan-Berbagi (Think-Phare-Share ) TPS

TPS dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok-kelompok kecil.

Tahap 1: thinking, guru memberikan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, siswa diminta memikirkan jawabannya sendiri.

Tahap 2: pairing, siswa berpasangan untuk mendiskusikan yang dipikirkan pada tahap 1.

Tahap 3: sharing guru meminta pasangan siswa berbagi dengan seluruh kelas tentang yang mereka diskusikan. Dilakukan bergiliran.

 

8.      Penomoran-Berpikir-Bersama ( Numbered-Head-Together ) NHT

Struktur empat langkah NHT adalah:

Tahap 1: penomoran, guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok, setiap kelompok diberi nomor.

Tahap 2: mengajukan pertanyaan, guru memberikan pertanyaan kepada masing-masing siswa.

Tahap 3: berpikir bersama, siswa berdisksusi tentang jawaban pertanyaan.

Tahap 4: menjawab, guru memanggil suatu nomor tertentu. Siswa nomornya sesuai dapat menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.[1]

Pada dasarnya kegiatan pembelajaran kreatif ini dibagi menjadi empat langkah. Setiap langkah dapat dikembangkan lebih lanjut oleh para guru / dosen dengan berpegang pada hakekat setiap langkah. Langkah-langkah tersebut yaitu:

1.    Orientasi

Kegiatan pembelajaran diawali dengan orientasi untuk mengkomunikasikan dan menyepakati tugas dan langkah pembelajaran. Guru mengemukakan tujuan, materi, waktu, langkah, hasil akhir yang diharapkan dari siswa serta penilaian yang diterapkan. Siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya. Dengan negosiasi tersebut diharapkan akan terjadi kesepakatan antara guru dan siswa.

2.    Eksplorasi

Pada tahap ini, siswa melakukan eksplorasi terhadap masalah / konsep yang akan dikaji. Eksplorasi dapat dilakukan dengan membaca, observasi, wawancara, menonton satu pertunjukan, melakukan percobaan,browsing lewat internet dsb. Kegiatan ini dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Agar eksplorasi menjadi terarah, sebaiknya guru memberikan panduan singkat yang memuat tujuan, materi, waktu, cara kerja, serta hasil akhir yang diharapkan.

3.    Interpretasi

Dalam tahap interpretasi, hasil eksplorasi diinterpretasikan melalui kegiatan analisis, diskusi, Tanya-jawab, atau bahkan berupa percobaan kembali, jika memang diperlukan.

4.    Re-kreasi

Pada tahap rekreasi, siswa ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu yang mencerminkan pengalamannya terhadap konsep / topic / masalah yang sedang dikaji menurut kreasinya masing-masing. Misalnya siswa dapat diminta membuat satu scenario drama dari novel yang sedang dikajinya. Rekreasi dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Hasil rekreasi merupakan produk kreatif yang dapat dipresentasikan, dipajang atau ditindaklanjuti.

5.    Evaluasi

Evaluasi belajar dilakukan selama proses pembelajaran dan pada alkhir pembelajaran. Selaqma proses pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap dan kemampuan berpikir siswa. Evaluasi pada akhir pembelajaran adalah evaluasi terhadap produk kreatif yang dihasilkan siswa. Kriteria penilaian dapat disepakati bersama pada waqktu orientasi.[2]  

Didalam mengaplikasinya didepan kelas guru dapat memilih teknik pembelajaran yang tepat dengan materi pelajaran dan sesuai dengan keadaan siswa, sehingga suasana kelas akan tercipta dengan kondisi  yang layak untuk penyajian materi pelajaran tersebut, kususnya pelajaran bilogi atau IPA.

Untuk mengembangkan siswa yang kreatif diperlukan guru-guru yang memiliki kompetensi sebagai berikut:

a.       berpengetahuan tentang karakater dan kebutuhan siswa kreatif.

b.      terampil mengembangkan  kemampuan berpikir tingkat tinggi.

c.       terampil mengembangkan kemampuan siswa memecahkan masalah.

d.      mampu mengembangkan bahan ajar untuk sehingga  menantang siswa lebih kreratif.

e.       mengembangkan strategi pembelajaran individual dan kolaboratif.

f.       memberi toleransi dan memberi kebebasan sekali pun hal itu tidak dikehendakinya jika ternyata prilaku berbeda  itu menghasilkan produk belajar yang lebih kreatif.

Di samping kebutuhan kompetensi guru,  pengembangan kreativitas siswa melalui pembelajaran memerlukan iklim atau kultur yang menunjang. Ada kebiasaan-kebiasaan yang baik yang guru tumbuhkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prilaku siswa kreatif tidak selalu seperti prilaku yang guru harapkan sehingga sering terjadi guru tidak menujang tumbunya kreativitas siswa.

Menurut hasil studi Utami Munandar (1997) ciri-ciri siswa kreatif adalah;

a.       terbuka terhadap pengalaman baru.

b.      kelenturan dalam sikap

c.       kebebasan dalam ungkapan diri

d.      menghargai fantasi

e.       minat dalam kegiatan kreatif.

f.       memiliki tingkat kepercayaan diri terhadap gagasan sendiri.

g.      mandiri dan menunjukkan inisiatif.

h.      kemandirian dalam memberi pertimbangan.[3]



[1] Shvoong, Model Pembelajaran Kreatif, (online)(2011)(http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2011382-model-pembelajaran-kreatif/#ixzz1eoPbM8Ob, diaksese pada tanggal 16 Desember 2011)

 

[2] Direktorat Ketenagaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional,  Pembelajaran Kreatif Produktif (Jakarta, Depdiknas,2007)hal. 68

[3] Utami Munandar. Kreativitas dan Keberbakatan, ( Jakarta:PT Gramedia Utama, 2002) hal. 105

Konsep Belajar Menurut Tokoh Islam

 

  Konsep Belajar Menurut Tokoh - Tokoh Islam



a.       Menurut Al-Ghazali

Menurut Gazali, konsep belajar dalam mencari ilmu dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu ta’lim insani dan ta’lim robbani. Ta’lim insani adalah belajar dengan bimbingan manusia. Konsep ini biasa dilakukan oleh manusia pada umumnya, dan biasanya dilakukan dengan menggunkan alat - alat indrawi. Proses ta’lim insani dibagi menjadi dua. Pertama, dalam proses belajar mengajar hakikatnya terjadi aktivitas mengekplorasi pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan - perubahan prilaku. Seorang pendidik mengeksplor ilmu yang dimilikinya untuk diberikan kepada peserta didik, sedangkan peserta didik menggali ilmu dari pendidik agar ia mendapatkan ilmu.

Al-Ghazali menganalogikan menuntut ilmu dengan menggunakan proses belajar mengajar. Dalam proses ini, peserta didik akan mengalami proses mengetahui, yaitu proses abstraksi. Kemudian Al-Ghazali membagi tahap-tahap abstraksi pada dua tahapan, yaitu :

  • Indra menangkap suatu objek, ia harus pada jarak terten tu dari objek dan situasi tertentu
  • Terjadi alkhayyal menangkap objek tanpa melihat,tetapi tangkapan - tangkapan masih meliputi aksiden - aksiden dan atribut-atribut tambahan seperti kualitas dan kuantitas

Agar proses belajar mengajar dapat efektif dan mendapatkan hasil yang optimal ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh peserta didik, antara lain :

  • Mendahulukan kebersihan jiwa dari akhlak yang kotor. Karena hati sebagai sentral dalam jasad manusia dan sangat berpengaruh terhadap segala aktivitas pekembangannya
  • Mengurangi kesenangan duniawi agar hati terpusat pada ilmu dan pelajaran.
  • Sederhana dalam hal makanan, karena bila terlalu kenyang dapat mengakibatkan keras hati, mengganggu ketangkasan dan kecerdikan serta malas, dan lain sebagainya
  • Belajar ilmu sampai tuntas.
  • Bersikap rendah diri jangan meremehkan orang lain termasuk kepada gurunya.
  • Mengenal nilai - nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu yang bermanfaat, membahagiakan, mensejahterakan dan memberi keselamatan dunia dan akhirat

Kedua yang terkait dengan ta’lim insani adalah tafakur. Tafakur diartikan sebagai proses belajar dengan mengamati kejadian alam dan peristiwa - peristiwa yang terjadi di alam ini. Tafakur ini dapat dilakukan dengan mengosongkan jiwa dan hati yang suci. Selanjutnya konsep belajar dengan pendekatan ta’lim robbani. Pada tahapan ini seorang manusia belajar dengan bimbingan Tuhan.[1]

b.      Menurut Al-Zarnuji

Zarnuji mengungkapkan bahwa konsep belajar mengajar adalah meletakan hubungan pendidik dan peserta didik pada tempat sesuai porposinya, seorang siswa adalah seorang yang harus selalu tekun dalam belajar, senantiasa menghormati ilmu pengetahuan dan menghormati pendidik, karena kalau siswa sudah menghormati guru dan menghormati ilmunya.[2]



[1] DelsaJoesafira blogspot, konsep belajar dan pembelajaran, (2011)(online) (http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/konsep-belajar-dan-pembelajaran.html diaksese tanggal 4 Desember 2011)

 

[2] Ibid