Friday, January 19, 2018

PENGERTIAN SISTEM ORGANISASI KEHIDUPAN

Pengertian Sistem Organisasi Kehidupan
( Diringkas:  Zaman Hurri, S.Ag. M.Pd)



            Organisasi kehidupan dimulai dari yang paling kecil yaitu sel. Felix Durjadin memperhatikan sel yang hidup dan menemukan cairan yang berada tepat ada di dalam sel yang dapat disebut dengan protoplasma. Pada akhirnya terbentuk kumpulan-kumpulan dari sel, jaringan, organ, system organ, dan organisme untuk mencapai tujuan yang sama yaitu membentuk suatu kehidupan. Dalam sistem-sistem tersebut, tidak ada yang bekerja sendiri-sendiri. Tetapi mereka saling bekerja sama sehingga membentuk proses kehidupan dalam organisme.[1]
            Dari pendapat di atas, sistem organisasi kehidupan merupakan suatu perangkat elemen-elemen kehidupan dari struktur yang terkecil sampai yang terbesar berupa sel, jaringan, organ, syistem organ dan organisme yang masing-masing mempunyai tugas dan fungsinya tersendiri untuk menumpang kehidupan. Elemen-elemen tersebut saling berhubungan dan saling mendukung satu-sama lain, jika satu elemen tidak berfungsi maka akan mempengaruhi fungsi elemen yang lain, sehingga membentuk suatu sistem.
            Dalam ruang lingkup Biologi, Campell meneyebutkan bahwa organisme yang dipelajari, khususnya makhluk hidup terdiri atas berbagai tingkatan organisasi kehidupan. Tingkatan organisasi yang dipelajari dimulai dari yang paling sederhana hingga tingkatan yang kompleks. Tingkatan organisasi kehidupan dimulai dari molekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, individu, populasi, ekosistem, hingga ke tingkatan bioma.[2]
            Membicarakan masalah kehidupan berarti berbicara masalah pendukung kehidupan itu sendiri yang membentuk suatu tingkatan organisasi kehidupan. Dalam hal ini, Campell menjelaskan sebagai berikut:

1.        Organisasi Kehidupan Tingkat Molekul
Dalam tingkat molekuler, atom-atom berikatan membentuk molekul. Molekul-molekul tersebut akan menyusun organel-organel sel. Contohnya, membran sel plasma yang tersusun atas molekul-molekul protein, fosfolipid, kolesterol, air, karbohidrat, dan ion-ion lain. Adanya molekul tersebut, memungkinkan membran plasma menjalankan fungsinya sebagai bagian luar sel yang memisahkan sel dengan lingkungan sekitarnya.

2.        Organisasi Kehidupan Tingkat Sel
Setiap makhluk hidup tersusun atas sel. Ada makhluk hidup yang tersusun atas satu sel (uniseluler), dan adapula makhluk hidup yang tersusun atas banyak sel (multiseluler). Sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil dari makhluk hidup. Setiap sel memiliki organel-organel yang mampu menjalankan fungsinya untuk hidup. Organle sel tersebut diantaranya ribosom, mitokondria, badan golgi, retikulum endoplasma, membran plasma, dan vakuola. Seluruh aktivitas organel tersebut dikontrol oleh inti sel (nukleus).

3.        Organisasi Kehidupan Tingkat Jaringan
  Jaringan merupakan kumpulan sel yang memiliki bentuk, susunan, dan fungsi sama. Kumpulan sel tersebut bekerja sama membentuk dan menjalankan tugasnya sesuai dengan fungsinya. Kajian tentang jaringan dipelajari dalam histologi. Pada makhluk hidup terdapat berbagai macam jaringan, seperti jaringan saraf, jaringan otot, dan jaringan ikat. Jaringan saraf memiliki fungsi menyampaikan rangsang dari luar untuk diteruskan menuju otak. Otak tersebut menanggapi rangsang melalui jaringan saraf untuk meresponnya. Misalnya, saat memegang benda panas, kita akan merespons dengan melepas benda panas tersebut.
4.             Organisasi Kehidupan Tingkat Organ
            Organisasi kehidupan tingkat organ merupakan organisasi hidup dari kumpulan jaringan. Organ merupakan kumpulan beberapa jaringan yang berbeda untuk melakukan suatu pekerjaan yang sama. Suatu organ memiliki tugas untuk menjalankan fungsinya. Organ terdiri atas beberapa jaringan yang berbeda. Contoh organ adalah kulit, jantung, ginjal, dan mata. Organ kulit tersebut oleh beberapa jaringan, yaitu jaringan epitel, jaringan otot, jaringan darah, dan jaringan saraf. Keseluruhan jaringan tersebut bekerja sama menjalankan peran dan fungsinya, seperti melindungi tubuh dari berbagai faktor fisis dan menjadi pertahanan tubuh dari mikroorganisme penyebab penyakit (patogen).
            Di dalam tubuh makhluk hidup, organ-organ yang berbeda akan berkumpul membentuk suatu sistem yang disebut sistem organ. Kumpulan organ-organ tersebut akan menjalankan fungsi dan tugas yang saling berkaitan. Contoh sistem pada organ pada manusia, yaitu sistem pencernaan terdiri atas organ mulut, lidah, gigi, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus.
5.        Organisasi Kehidupan Tingkat Individu
            Individu merupakan organisme yang tersusun oleh kumpulan sistem organ. Kumpulan sistem organ tersebut membentuk individu. Adanya berbagai sistem organ yang memiliki fungsi berbeda, membuat suatu individu mampu melakukan fungsi hidupnya dengan baik. Contoh organisasi kehidupan tingkat individu adalah seekor kucing, seekor ular, dan seorang manusia.
6.                                                                                 Organisasi Kehidupan Tingkat Populasi
            Organisasi kehidupan tingkat populasi terbentuk oleh spesies atau individu yang sejenis. Populasi sendiri merupakan kelompok yang terdiri atas psesies sejenis atau sama dan mendiami suatu habitat. Habitat merupakan tempat hidup suatu makhluk hidup. Di dalam suatu populasi terjadi interaksi atau hubungan antar spesiesnya. Hal tersebut dilakukan guna menjalankan fungsi hidupnya, misalnya berkembang biak, melakukan perkawinan, dan untuk perlindungan satu sama lainnya. contoh organisasi tingkat populasi adalah sekumpulan banteng.
            Dalam Biologi, dikenal pembagian makhluk hidup menjadi beberapa kerajaan atau kingdom. Kingdom yang dipelajari terdapat lima kelompok, yaitu kingdom Monera, kingdom Protista, kingdom Fungsi, kingdom Animalia, dan kingdom Plantae. Setiap kingdom terdiri atas populasi yang berbeda, misalnya kingdom Animalia memiliki populasi banteng, populasi elang jawa, dan populasi harimau jawa.

7.        Organisasi Kehidupan Tingkat Komunitas
            Komunitas merupakan sekelompok populasi yang hidup dalam suatu daerah dan menempati lingkungan yang sama. Komunitas merupakan organisasi kehidupan yang memiliki banyak objek untuk diamati. Contohnya, komunitas sungai terdapat populasi katak, populasi udang, dan populasi plankton.
8.        Organisasi Kehidupan Tingkat Ekosistem
            Ekosistem merupakan beberapa macam populasi yang berinteraksi dengan lingkungannya tempat mereka hidup baik dengan komponen biotik maupun komponen abiotiknya. Di dalam ekosistem, organisasi kehidupan berlangsung sangat kompleks. Antar populasi terdapat suatu hubungan simbiosis serta siklus energi dan materi. Siklus energi ini terjadi melalui suatu peristiwa makan dimakan yang membentuk sebuah rantai makanan. Bahkan terdapat siklus energi yang lebih luas dan rumit dalam suatu jaring-jaring makanan. Di dalam ekosistem, hubungan antara organisme biotiknya tidak dapat terlepas dari faktor abiotiknya. Contohnya, hewan yang memerlukan air untuk minum. Air merupakan salah satu komponen abiotik.

9.        Organisasi Kehidupan Tingkat Bioma
            Bioma merupakan organisasi kehidupan yang cukup beragam, khususnya jenis makhluk hidup di dalamnya. Bioma adalah satuan daerah daratan yang luas di bumi bercirikan sejenis tumbuhan dominan di daerah tersebut. Contohnya bioma gurun, bioma taiga, bioma hutan hujan tropis, dan bioma tundra.Di dalam bioma, banyak sekali jenis individu ataupun populasi yang terdapat di dalamya. Misalkan pada bioma hutan hujan tropis yang didominasikan oleh tumbuhan tropis, terdapat keaneragaman individu yang tinggi di dalamnya. Indonesia memiliki bioma hutan hujan tropis, khususnya di pulau Sumatra dan Kalimantan.[3]
            Tingkatan kehidupan organisme yang dipelajari dalam ruang lingkup Biologi dipelajari dalam berbagai tingkatan. Setiap tingkatan tersebut memiliki kekhasan mengenai cirinya. Cukup jelas bahwa elemen-elemen pendukung kehidupan  tersebut mempunyai fungsi dan tugas tersendiri yang satu sama lain saling mendukung untuk memberikan kehidupan bagi makhluk hidup.












[1]Ilmupengetahuanalam, organisasi kehidupan (online)(2013)  (http:// ilmupengetahuanalam.com/  organisasi-kehidupa..html diakses pada tanggal 13 September 2013)
[2]Biologipedia, Organisasi Kehidupan (online)(2013) (http://biologipedia. blogspot.com/2010/03/organisasi-kehidupan.html diaksese pada tanggal  12 September 2013)
[3] Biologipedia, Organisasi Kehidupan (online)(2013) (http://biologipedia. blogspot.com/2010/03/organisasi-kehidupan.html diaksese pada tanggal  12 September 2013)

PENDEKATAN BELAJAR KREATIF (CREATIVE LEARNING)






Pendekatan Belajar Kreatif ( Creative Learning )
(diringkas: Oleh Zaman Hurri, S.Ag. M.Pd)




Belajar kreatif telah menjadi bagian penting dalam wacana peningkatan mutu pembelajaran. Hingga kini kreativitas telah diterima baik sebagai kompetensi yang melekat pada proses dan hasil belajar. Inti kreativitas adalah menghasilkan sesuatu yang lebih baik atau sesuatu yang baru.
Model belajar kreatif berkembang karena adanya konsep pemikiran kreatif yang mengandung proses mental yang dipergunakan dalam bentuk berfikir seperti pengalaman, pengikatan kembali dan ekspresi, sedangkan kreativitas merupakan kegiatan yang mendatangkan hasil yang bersifat:
1.         Baru: inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan mengejutkan.
2.         Berguna: lebih enak, praktis, mempermudah, memperlancar, mengembangkan, mendidik memecahkan masalah, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang baik.
3.         Dapat dimengerti[1]
Selanjutnya Hamalik dalam bukunya Metode belajar dan Kesulitan Belajar, mengatakan bahwa kreatif adalah sebuah pemahaman, sensitivitas dan apresiasi. Sehingga orang yang dikatakan kreatif adalah memiliki kemampuan kapasitas pemahaman, sensitivitas dan apresiasi. Hamalik juga mengatakan berfikir kreatif merupakan berfikir devergen thinking yang memiliki ciri fleksibelitas, originilitas, fluency (keluwesan, keaslian dan kuantitas out put).[2]
Jeff DeGraff dan Khaterine mengelompokkan kreativitas dalam beberapa profil individu seperti pada penjelasan berikut:
1.      Profil individu imajinif (imagine) memiliki kompetensi dalam mengembangkan kreativitas bersumber dari daya imajinasinya. Sesungguhnya setiap individu memiliki kemampuan menghayal, namun individu imajinatif mampu mewujudkan hayalannya dalam ide dan karya yang unik. Ujung dari hayalnya adalah berkarya. Individu imajinatif mengeksplorasi ide-ide baru, menciptakan tata artistik baru, mewujudkan produk baru, membangun pelayanan baru, memecahkan  masalah dengan cara-cara baru. Potensinya akan berkembang jika didukung dengan kultur lingkungan yang menghargai dengan baik percobaan, melakukan langkah-langkah spekulatif, fokus pada pengembangan ide-ide baru, bahkan melakukan hal yang tidak dapat dilakukan orang sebelumnya.
2.      Profil individu penanam modal (invest) menunjukkan daya kompetisi yang kuat, memiliki kesungguhan dalam berjuang serta intensif dalam mewujudkan keunggulan. Tipe pribadi ini berani kalah dan siap menang dan siap menanggung resiko. Kepribadian investor mengembangkan kreasi dengan cepat sebelum kopetitor dapat melakukannya. Pribadi yang cerdas dan pekerja keras, pikirannya fokus pada kebaikan yang yang akan diraihnya. Karena itu ia memiliki motivasi yang kuat untuk mewujudkan keberhasilan. Kelebihannya ditunjukkan dengan kemampuan merespon dengan cepat tiap perubahan. Berbagai bentuk penemuan baru dalam bidang teknologi lahir dari tipe orang yang memiliki karakter seperti ini, kemauannya kuat dan tidak pernah puas dengan hasil kerja yang diraihnya.
3.      Profil individu pembaharu (improve) ditandai dengan karakter yang kreativitasnya yang tak pernah surut. Aktivitas meniru sesuatu yang ada, memodifikasi, dan menyempurnakannya dan merekayasa sesuatu menjadi baru atau lebih baik, hingga membuat sesuatu berbeda dari sebelumnya. Profil individu pembaharu, seperti julukannya, memiliki karakter sangat kompleks, tak pernah kehabisan ide, pejuang sejati, dan selalu berusaha keras tidak gagal. Keunggulannya bemodalkan keunggulan berpikir yang sistematik, berhati-hati, dan selalu memperbaharui idenya dengan cepat serta dapat menapilkannya sebagai ide dan karya nyata. Orang seperti ini akan bekembang optimal jika tumbuh pada kultur yang berorientasi pada masa depan, fokus pada rencana, mengkreasi sistem dan proses, Lebih dari itu, konsisten terhadap standar dan peraturan yang dijadikan dasar pijakan. Karakter seperti ini mendukung proses kerjanya berdisiplin tinggi, menjujung tingkat kecepatan dan ketepatan yang tinggi. Lebih dari itu, kepatuhannya pada standar terhindar dari kesalahan.
4.      Profil pengeram (incubate) adalah orang yang mematangkan atau mengeram ide-ide inovatif dalam dirinya sebelum gagasan direalisasikan. Profil  memiliki karakter bekerja dengan penuh keyakinan dan sepenuh hati. Jika ia seorang pembisnis maka keyakinan terhadap pekerjaannya lebih daripada bisnis itu sendiri. Ia menghayati kedalamannya. Ia meyakini dengan dilandasi dengan nilai-nilai hidup yang menjadi dasar hidupnya.  Karakter pribadinya selalu mendapat tempat dalam kegiatan belajarnya maupun dalam pekerjaannya.
5.      Profil penggagas memiliki komitmen yang kuat terhadap komunitasnya, fokus membangun kekuatan yang menghargai ide bersama, menjunjung kebersamaan dan efektif berkomunikasi. Kekuatannya didukung pula dengan kebiasaannya tak pernah berhenti belajar, tumbuh kuat dalam kebersamaan, kompeten dalam membangun dukungan, memahami bagaimana belajar dan membangun kekuatan, memahami baik situasi dan kondisi, dan memilih tindakan yang tepat tanpa harus menunggu keputusan yang terlalu lama. Profil penggagas ini tumbuh dalam interaksi kelompok, menyadari pentingnya meningkatkan kekuatan individu melalui kelompok, menghargai sumber daya manusia, melakukan pelatihan, dan meningkatkan efektivitas fungsi organisasi. Dengan demikian setiap tahap kegiatannya teroganisasi dengan baik.[3]
Dari beberapa pengertian tentang kreatif, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kreatif lebih menitik beratkan pada pembelajaran yang mendorong siswa kearah belajar yang  kreatif, baik berpikir maupun bertindak.
Indrawati dalam tulisannya berjudul Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan Untuk Guru SD menjelaskan pembelajaran kreatif, yaitu pembelajaran yang menstimulasi siswa untuk mengembangkan gagasannya dengan memanfaat sumber belajar yang ada. Strategi mengajar untuk mengembangkan kreativitas siswa adalah :
1.      Memberi kebebasan pada siswa untuk mengembangkan gagasan dan pengetahuan baru
2.      Bersikap respek dan menghargai ide-ide siswa
3.      Penghargaan pada inisiatif dan kesadaran din siswa
4.      Penekanan pada proses bukan penilaian hasil akhir karya siswa.[4]
Sementara itu dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19, ayat (1) dinyatakan bahwa: “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi siswa”[5].
Amanat perundang-undangan mengenai penyelenggaraan pendidikan tersebut sering kita dengar dengan istilah PAKEM  (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Untuk dapat melaksanakan amanat perundang­undangan tersebut, guru hendaknya mengubah paradigma mengenai mengajar siswa menjadi membelajarkan siswa. Di samping itu, guru harus memahami hakikat PAKEM dan menguasai berbagai strategi/model pembelajaran yang berorientasi pada PAKEM.
Pembelajaran kreatif merupakan bagian dari pembelajaran PAKEM, yang merupakan pembelajaran yang menjadi primadona sekarang ini di seluruh sekolah baik dari tingkat dasar sampai dengan pergutuan tinggi. Pembelajaran kreatif ini dipadukan dengan pembelajaran yang bersifat aktif, efektif dan menyenangkan. Dengan perpaduan ini diharapkan kegiatan belajar mengajar akan berlansung dengan baik dan tujuan pembelajaran tercapai seperti diharapkan.





[1] D. Campbell dikutip dalam Juhernaidi.wordpress.com, ”Pembelajaran Kreatif”(Online)(2011), http://juhernaidi.wordpress.com/2011/07/23/hakikat-pembelajaran-kreatif/ diaksese tanggal 16 Desember 2011
[2] Hamalik, Oemar, Drs. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. ( Bandung : Tarsito.2001 ) hal.179

[3] Jeff Degraff &Katherine A. Lawrence.. Creativity at Work: Developing the Right Practices to Make Innovation Happen,(Michigan: University of Michigan Business School Management Series, Jossey-Bass a Wiley Company. San,2002) hal. 49

[4] Indrawati, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan Untuk Guru SD,( Jakarta:PPPPTK IPA,2009)hal. 67

[5] Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19, ayat (1)

PENGERTIAN MINAT BELAJAR

Pengertian Minat  Belajar
(diringkas Oleh: Zaman Hurri, S.Ag. M.Pd)



Untuk dapat melihat keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar, seluruh faktor-fakor yang berhubungan dengan guru dan murid harus dapat diperhatikan. Mulai dari perilaku guru dalam mengajar sampai dengan tingkah laku siswa sebagai hubungan timbal balik dari hasil sebuah pengajaran.
Tingkah laku siswa ketika mengikuti proses belajar mengajar dapat mengindikasikan akan ketertarikan siswa tersebut terhadap pelajaran itu atau sebaliknya, ia merasa tidak tertarik dengan pelajaran tersebut. Ketertarikan siswa inilah yang merupakan salah satu tanda-tanda minat.
Di bawah ini akan dikemukakan pendapat para ahli tentang minat belajar. Di antara beberapa pendapat yang ada, antara lain : Sukardi mengemukakan bahwa “Minat belajar adalah suatu kerangka mental yang terdiri dari kombinasi gerak perpaduan dan campuran dari perasaan, prasangka, cemas dan kecenderungan-kecenderungan, lain yang biasa mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.[1]Minat  belajar siswa sangat tergantung pada kedaan fisik dan mental siswa, serta keadaan fasilitas sekolah dan juga cara seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Selanjutnya menurut Bob dan Anik Anwar (1984), mengemukakan bahwa minat itu adalah keadaan emosi yang ditujukan kepada sesuatu.[2] Emosi merupakan suasan persaan yang sedang dialami oleh seorang siswa, baik itu marah, senang, bahagia, dan juga sedih, emosi juga sangat berpengaruh dalam peningkatan minat belajar siswa.
Menurut M. Alisuf Sabri Minat adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus, minat ini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu, orang yang berminat kepada sesuatu berarti ia sikapnya senang kepada sesuatu.[3] Agar siswa mudah dalam mengingat suatu materi yang disampaikan oleh guru, maka siswa harus terlebih dahulu merasa senang terhadap guru tersebut, bila siswa merasa senang maka minat belajarnya pun tinggi. Menurut Muhibbin Syah Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.[4] Kegairahan dan keinginan siswa dalam belajar harus mampu diciptakan oleh seorang pendidik agar minat belajar siswa dapat tumbuh, sehingga proses PBM nya bisa optimal.
Menurut Ahmad D. Marimba Minat adalah .kecenderungan jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu, pada umumnya disertai dengan perasaan senang akan sesuatu itu.[5]Jiwa dan perasaan merupakan hal yang agak sulit dipahami, tapi hal inilah yang dapat mengsuksesan suatu sistem pendidikan bagi siswa, jadi pendidik harus memperhatikan benar-benar hal tersebut. Menurut Drs. Mahfudh Shalahuddin Minat adalah perhatian. [6] Perhatian merupakan hal dimana siswa dapat mempusatkan pikiran dan perasaannya kepada hal yang sedang dilakukannya, dalam hal ini adalah belajar. Yang mengandung unsur-unsur perasaan Dengan begitu minat, tambah Mahfudh, sangat menentukan sikap yang menyebabkan seseorang aktif dalam suatu pekerjaan, atau dengan kata lain minat dapat menjadi sebab dari suatu kegiatan.
Abdurrahman juga memberikan gambaran bahwa minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita untuk cendrung atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.[7]
Dari pendapat di atas, maka penulis dapat simpulkan bahwa yang dimaksud dengan minat ialah suatu kondisi kejiwaan seseorang untuk dapat menerima atau melakukan sesuatu objek atau kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
Dengan penjelasan ini, apabila seorang guru ingin berhasil dalam melakukan kegiatan belajar mengajar harus dapat memberikan rangsangan kepada murid agar ia berminat dalam mengikuti proses belajar mengajar tersebut. Apabila murid sudah merasa berminat mengikuti pelajaran, maka ia akan dapat mengerti dengan mudah dan sebaliknya apabila murid merasakan tidak berminat dalam melakukan proses pembelajaran ia akan merasa tersiksa mengikuti pelajaran tersebut
Sedangkan pengertian belajar dapat dikemukakan sebagai berikut: Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman kecuali perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses menjadi matangnya seseorang atau perubahan yang intensif atau bersifat temporer.[8]
Pendapat lain seperti yang dikemukakan oleh Yusuf Djayadisastra  ialah: Belajar adalah pada hakekatnya suatu perubahan, baik sikap maupun tingkah laku kearah yang baik, kuantitatif dan kualitatif yang fungsinya lebih tinggi dari semula.[9]
Disamping itu Ahmad Tono  juga mengemukakan bahwa: Belajar terdiri dari melakukan sesuatu yang baru, kemudian sesuatu yang baru tersebut dicamkan atau dipahami oleh individu kemudian ditampilkan kembali dalam kegiatan kemudian.[10]
Dengan melihat berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.       Belajar membawa pengaruh yang meningkat pada diri seorang siswa.
2.       Perubahan itu merupakan hasil yang disengaja.
3.       Perubahan yang dimaksud adalah perubahan segala aspek tingkah laku manusia baik sikap, pengetahuan dan keterampilan.[11]
Setelah membahas tentang pengertian minat dan belajar maka yang penulis maksudkan tentang minat belajar itu ialah kondisi kejiwaan yang dialami oleh siswa untuk menerima atau melakukan suatu aktivitas belajar.





[1] Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan, (Surabaya;Usaha Nasional. 2007 ) hal.21

[2] Bob dan Anik Anwar,  Pedoman Pelaksanaan Menuju … … hal. 6

[3] M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan..,hal.84

[4] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan…,hal. 136

[5] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung:Alma arif, 2006)  hal. 79
[6] Mahfudh Shahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu, 2006) hal. 95
[7] Abd. Rachman Abror, Psykologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 2004) hal. 112

[8] Oemar Hamalik,  Metode Belajar dan Kesulitan Belajar, (Bandung: Tarsito. 2008) hal. 18
[9] Djayadisastra Yusuf, , Psikologi Perkembangan, ( Bandung, BPGT. 2009) hal. 23

[10] Achmad Tono, Metode Pengajaran, (Jakarta: Sinar Baru,2008) hal. 36
[11] Ibid,  hal. 49