Tuesday, December 10, 2013

Analisis SWOT dalam pengembangan KTSP

Analisis SWOT dalam pengembangan KTSP                                                       
Dalam strategi pengenmbangan,analisi SWOT dilaksanakan sebagai bagian dari strategi pengembangan.Mengingat stratetgi pengembangan sangat menentukan program pengembangan KTSP di sekolah,maka menjadi hal yang sangat strategis bagi sekolah untuk mengenali,kemampuan yang dimiliki dan hambatan yang di hadapi.
1.   Kekuatan                                                                                                             
Analisis kekuatan dan kelemahan dalam organisasi adalah analisis yang bersifat internal,setiap organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan,kedu aspek ini harus teridentifikasi secara nyata untuk dapat di jadikan telaah dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya.Sedangkan kekuatan merupakan modal utama yang dapat di jadikan sebagai pendorong dalam mencapai tujuan organisasi.Kekuatan organisasi bisa dalam bentuk sumber daya manusia maupun sumber daya fasilitas  dan   sumber daya lain,seperti peraturan.visi.misi,motivasi kultur,dan iklim.Kekuatan yang dimiliki organisasi pendidikan merupakan modal dalam melaksankan seluruh perencanaan yang telah ditetapkan. Kekuatan ini disebut sebagai kekuatan yang bersifat organisatoris. Kekuatan oeganisatoris yang dimaksud adalah adanya rencana stratejik yang harus dilaksankan sebagai bagian dan rencana stratejik organisasi, dan organisasi dengan seluruh potensi yang dimilikinya, dianggap dapat merealisasinya.


2.  Kelemahan                                                                                                           
 Sebagaimana di kemukakan sebelumnya,untuk mengetahuai aktifitas sebuah perencanaan yang bersekala besardan memiliki nilai strategis,perlu dilakukan analisis kekuatan,peluang dan tatangan,setelah dianalisis kekuatan yang dapat mendukung sebuah strategi pengembangan,maka perlu di lakukan analisis kelemahannya.Setelah teridentifikasi kekuatan secara signifikan dapat menerapkan komsep manajemen berbasis sekolah selanjutnya dikemukakan berbagai kemungkinan kelemahan-kelemahannya.Kelemahan-kelemahan ini beragam sifat dan cendrung mengalami kesulitan dalam memecahkannya tampa ada kesadaran berbagai pihak dalam melihat pendidikan sebagai sector strategis.
            Nurkolis ,(2008;142) mengemukakan bahwa: Hambatan yang terjadi           dalam pelaksanaan program di sekolah adalah berbagai pihak yang terkait    harus    bekerja lebih banyak dari pada sebelumnya,kurang efesian             (kegiatan dalam jangka pendek),kinerja sekolah yang tidak merata,meningkatnya kebutuhan pengembangan staf.terjadinya             kebingungan karena peran dan tanggung jawab baru,kesulitan  dala melakukan koordinasi dan masala akutanbilitas.

            Dari kutipan terseebut diatas diasumsikan bahwa masalah lain yang muncul pada otoritas pengambilan keputusan.Sekolah mengingikan dimilikinya otritas dalam  pengambilan kerputusan,numun pemerintah daerah sering kali tetap menginginkan otoritas berada di pihaknya.Penghambat lain yang sering timbul adalah kurangnya pengetahuan  berbagai  pihak  tentang  bagai mana penerapan strategi pengembangan KTSP dapat terlaksana dengan baik.Juga masalah kurang ktrampilan untuk mengambil keputusan,ketidak manpuan dalam berkomunikasi,kurangnya kepercayaan antar pihak,ketidakjelasan peraturan tentang kterlibatan masing-masing pihak,dankeengganan para administrator dan guru untuk memeberikan kepercayaan kepada pihak lain dalam mengambil keputusan.Pemecahan masalah kegagalan diatas merupakan tanggung jawab semua pihakn yang terlibat dalam menerapkan program di sekolah.                       Oleh karena itu, upaya yang dilakukan dalam mensukseskan program, mula-mula sekolah harus mensesuaikan program sesuai dengan kondisi sekolah tuntutan pembangunan dan lingkungannya, serta mampu memberikan kepuasan bagi pengguna jasa pendidikan ,sehingga dalam menjalankan program kepala sekolah harus membuat perencanaan dan agenda berdasarkan persetujuan dan kesepakatan dengan personil-personil yang terlibat dalam perumusan dan penerapan program, dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan asas musyawarah untuk mufakat, dan  transparansi yang harus dilandasi dalam menjalankan program- program harus dilakukan secara serius karena melibatkan waktu yang cukup lama, tenaga dana dan pikiran.
3. Tantangan                                                                                                                         
Tantangan yang dihadapi dalam menerapkan strategi pengembangan KTSP sekolah,  bersifat beragam namun terkait erat dengan isu aktual yang berklaitan dengan konteks pendidikan menjadi isu yang telah mempenguruhi opini masyarakat tentang pendidikan.Isu-isu itu umpamanya antara lain tentang desentralisasi pendidikan,otonimi daerah,otonomi kepala sekolah,pembiayaan pendidikan,dan mutu pendidikan.                                                                                   
1).  Desntralisasi pendidikan                                                                                             Penerapan manajemen berbaisis sekolah adalah sebuah keharusan yang tidak.Penerapan manajemen berbaisis sekolah dari sebatas anjuran menjadi sebuah keharusan,akan memberikan keuntungan bagi sistem penyelenggaraan pendidikan sehingga setiap sekolah dapat mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kebutuhannya masing-maising. Khairuddin,dkk (2006:104) mengatakan :  
            Desentralisasi  pendidkan merupakan tatangan tersendiri bagi dunia            pendidikan.Dunia pendidikan saat ini telah memakai kebijakan    desentraliasi    pendidikan, sebagai upaya untuk mendorong terciptanya      pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan tentang. Pengelola dan          penanggung jawab pendidikan  menjadi tertantang  untuk dapat meningkat           kan  kinerja dengan menjadikan desentralisasi pependidikan sebagai modal             dasar  dalam  mengoprasionalkan manajemen persekolahan.
           
2).  Otonomi sekolah                                                                                       
Diberlakunya otonomi sekolah,telah merobah dinamika sekolah secara menyeluruh.Personil sekolah secara aktif bahka proaktif dalam menetukan berbagai kebijakan untuk kepentingan sekolah,seperti adanya komite sekolah yang secara langsung terlibat dalam berbagai kebijakan sekolah,walaupun keterlibatan itu bersifat propersional.                                                                                                   
Manajemen pendidikan berbasis sekolah,memang menuntut diberlakukannya otonomi sekolah agar sekolah dapat mengelola dirinya secara mandiri,kreatif, dinamis, memiliki inisiatif dan inovatif dalam menjacapai tujuan sekolah.

3).   Otonomi kepala sekolah                                                                          
Pemberian otonomi kepala sekolah,sebagai kosekuensi otnomi sekolah, mengharuskan kepala sekolah meningkatkan kemanpuan intelegensi manajerialnya.otonomi sekolah secara terang-terangan menbutuhkan kepala sekolah yang terampil memanfaatkan kecerdasan intelegensi manajerialnya.Sagian,(2007:29) mengatakan :
            Intelegensi manajerial adalah kecerdasan memimpin dan terampil    mengelola Organisasi,dengan memanfaatkan berbagai sumber daya             yang ada atau yang  tersedia,  sehingga dengan seluruh perangkat yang               dimiliki organisasi menciptakan sinerjik,diarahkan untuk menuju      kepada pencapaian tujuan organisasi secara maksimal dan optimal.
           
            Otonomi diberikan kepada kepala sekolah,merupakan tantang yang mengharuskan kepala sekolah melakukan perubahan dalam meminpin.Jika selama ini kepala sekolah hanya sebagai pelaksana kebijakan dan satuan atasan,saat ini harus mampu memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada untuk kepentingan sekolah.Bahkan merupakansuatu keharusan agar kepala sekolah mencari sumber daya yang lain dengan melakukan kerja sama dengan siapa saja,terutama dengan masyarakat yang tergabung dengan komite sekolah dan dunia usaha.sebagai tantangan,pemberian otonomi itu menuntut kepala sekolah yang memiliki wawasan yang luas.

4).  Pembiayaan pendidikan                                                                                        
Implikasi diterapkannya manajemen pendidikan berbasis sekolah ,adalah pemberian wewenang kepada sekolah untuk mengelola dana sendiri.Sekolah di beri wewenang  untuk mencari dana dan megunakannya dengan prinsip akuntabilitas dan transparansi.Dengan kewenagan tersebut,maka setiap sekolah berupaya memperoleh dana dari masyarakat (orang tua peserta didik) maupun anggota masyarakat dan dunia usaha tetapi bersifat tidak mengikat.                                                Keberasilan sekolah mendapatkan bantuan dari warga masyarakat, merupakan upaya yang dapat mengurangi pengeluaran dana sekolah.Dana tersebut dapat digunakan untuk kepentingan lain .yang  meningkatkan  aktivitas  sekolah.
5).  Mutu dalam Pendidikan                                                                           
Pencapaian tujuan sekolah yang sesuai dengan tuntutan kinerja sekolah, disebut sebagai proses mutu.Mutu proses akan menghasilkan mutu hasil atau produk, dan untuk mendapatkan proses dan hasil yang bermutu,diperlukan adnya upaya dari manjemen sekolah untuk memenuhi tuntutan mutu,karena memang itulah yang menjadi harapan dan keinginan masyarakat pengguna jasa pendidikan.Keinginan masyarakat terhadap pendidikan yang bermutu merupakan tantangan bagi sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu                                    Pretasi yang diraih sekolah sebagai akibat dari proses balajr mengajar dan manajemen sekolah yang baik berupa keluaran prestasi akademik,maupu komponen kemanpuan non akademik.Ouput akademik seperti; hasil ujian nasional,lomba mata pelajaran.lomba karya ilmiah remaja.Sedangkan ouput non akademik misalnya, kerajinan,prestasi olah raga,kesenian,kepramukaan.
4.  Peluang                                                                                                                 
Peluang di sekolah dapat dilihat dari keinginan pemerintah memberikan otonomi yang seluas-luasnya kepada daerah dan sekolah dalam memenuhi kebutuhannya sebagai bagian dari diterapkannya otonomi pendidikan dan otonomi sekolah. Otonomi pendidikan bearti otonomi yang di berikan kepada sekolah untuk mengurus dirinya sendiri tampa harus keluar dari koridor sistem pendidikan nasional.
            Khairuddin,dkk (2006:97) mengatakan:Adanya otonomi sekolah maka       peluang bagi setiap sekolah untuk dapat menjalankan misinya dapat       terealisir           tampa harus tergantung dan terikat secara biroktratis denga             dengan satuan             atasannya.Hal ini adalah peluang yang memungkimkan        setiap kepala             sekolah,tertama kepala sekolah berstatus negeri untuk           mengembangkan kreativitasnya secara inovatif dengan inisiatif yang   tinggi.

Peluang lainya yang diperoleh dengan diterapkannya manajemen pendidikan berbasis sekolah,adalah masyarakat melalui komite sekolah dapat dimanfaatkan untuk mnecari pepecahan masalah,namun,komite sekolah dapat dimanfaatkan untuk mneyutujui dam memberiakan rekomendasi terhadap perencanaan   sekolah,  sekaligus   memudahkan  sekolah   untuk merealisasinya.                       Hal ini yang dapat dilihat sebagai peluang adalah,isu globa tentang pendidikan ,isu global itu menyangkut dengan perlunya demokratisasi di mulai dari sekolah.Isu ini mengharuskan lembaga pendidikan menerapkan nilai-nila demokrasi dalam pendidikan.Khairuddin,dkk ( 2006;97 ) mengemukakan yang dimaksud dengan nilai-nilai demokrasi anatara lain adalah:
1.      Sekolah harus lebih terbuka kepada pelanggan atau pengguna jasa
2.      Menpermudah akses bagi siapa saja untuk mnehetahui kebijakan sekolah secara oprasional
3.      Melakukan pendekatan denagan dunia usaha
4.      Mengetahui keburtuhan dan kepetingan stakeholders
5.      Beririentasi pada akuntabilitas publik
6.      Trasparan dalam menggunakan dana pendidikan sekolah
7.      Berorientasi pada pemuasan lapangan atau pengguna jasa pendidikan
8.      Menjadikan stakeholders diri untuk melakukan perobahan

Sekolah-sekolah harus dibiasakan manpu mencari peluang dan  mengindentifikasi peluang itu secara kreatif.Peluang sekolah dalam menerapkannya, akan berasil jika mareka menperoleh berbagai informasi.Strategi yang dilakukan adalah dengan mendorong kepala sekolah beserta sumber daya lainnya agar memaksimalkan peluang itu.            Mtivasi kerja yang tinggi antara lain ditandai oleh suatu kondisi ketika seseorang memiliki kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya,serta mempunyai kesempatan untuk berkembang dalam rangka meningkatkan kemanpuannya.                                                                       


Friday, December 6, 2013

Pengertian Manajemen Stratejik





A.  Pengertian  Manajemen
Dari segi bahasa, kata “manajemen” berasal dari bahasa latin yaitu dari asal kata “manus” yang berarti tangan dan “agere” yang berarti melakukan. Kata- kata tersebut digabung menjadi kata kerja “managere” yang artinya menangani. Dalam bahasa Inggris “managere” dalam bentuk kata kerja yakni “to manage” dan kata benda management”, dan “manager” untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Sementara itu, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi “manajemen” atau “pengelolaaan” (Husaini Usman, dalam http//www.dunianita.blogspot.com)
Sedangkan dari segi istilah manajemen berarti proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dengan menggunakan sumber daya organisasi lainnya, agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (siswanto,2006:12).
  Selanjutnya ada beberapa pendapat para ahli yang mendifinisikan tentang manajemen. Nanang Fattah (2002: 9 ) mendefinisikan manajemen sebagai ilmu, kiat dan profesi. Manajemen dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick ( Nanang Fattah 2002: 7 ) karena manajemen dipandang sebagai suatu biang pengetahuan yang sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama.
Menurut prof. Dr. H. Arifin abdulrachman ( 2006 : 43 )dalam buku kerangka pokok- pokok management dapat diartikan :
a. Kegiatan-kegiatan/aktivitas-aktivitas
b. Proses,  yakni kegiatan  dalam  rentetan  urutan- urutan;
c. Insitut/ orang – orang yang melakukan kegiatan atau proses kegiatan-kegiatan
Dari pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa manjemen berarti  suatu aktifitas yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan yang melibatkan sumber daya manusia dan prosedur untuk mencapai tujuan suatu organisasi.

B.   Teori Manajemen Dan Prinsip Manajemen
Menurut Nanang Fattah (2002 : 11) teori manajemen mempunyai peran (role) atau membantu menjelaskan perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan (satisfaction). Karakteristik teori manajemen secara garis besar dapat dinyatakan:
a) mengacu pada pengalaman empirik,
b) adanya keterkaitan antara satu teori dengan dengan teori yang lain,
c) mengakui kemungkinan adanya penolakan.
Dalam perkembangan teori manajemen, dikenal tiga teori manajemen, yaitu; teori klasik, tori neo klasik, dan teori modern. Di kutip dari buku karangan Nanang Fattah (2002: 22-32) menjelaskan bahwa :
a. Teori klasik, berasumsi bahwa para pekerja atau manusia itu sifatnya rasional, berfikir logik, dan kerja merupakan suatu yang diharapkan. Beberapa pelopor teori klasik antara lain; Frederik W Taylor (1956-1915) dengan teori manajemen ilmiah (scientific management), Henri Fayol (1916) dengan teori 5 pedoman manajemen, Gulick dan Urwick (1930) dengan teori akronim POSDCORB, dan Max Weber (1947) dengan teori birokrasinya.
b. Teori neo klasik, berasumsi bahwa manusia itu makhluk sosial dengan mengaktualisasikan dirinya. Pelopor teori neo klasik ini, antara lain; Elton Mayo dengan studi hubungan antar manusia (studi Hawthorne), Douglas McGregor, menyatakan bahwa manajemen akan mendapatkan manfaat besar bila ia menaruh perhatian pada kebutuhan sosial dan aktualisasi diri karyawan, Vromm (1976) dengan teori harapan (ekspektasi), McClelland dengan teori prestasinya, dan Porte dan Lawler (1968) dengan teori yang dibangun atas dasar teori ekspektasi.
c. Teori modern, pendekatan modern berdasarkan hal-hal yang sifatnya situasional, artinya orang menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi dan mengambil keputusan sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan. Asumsinya bahwa orang itu berlainan dan berubah baik kebutuhannya, reaksinya, tindakannya yang semuanya bergantung pada lingkungan. Teori modern dengan pandangan sistem memandang organisasi itu terbuka (open system) dan kompleks. Tiga unsur pokok, yaitu analisis sistem, rancangan sistem, dan manajemen memberi petunjuk dalam mengoperasionalkan pendekatan sistem.
Menurut Nanang Fattah (2002: 12) prinsip-prinsip manajemen penting dalam menentukan cara/ metode kerja, pemilihan pekerja dan pengembangan keahliannya, pemilihan prosedur kerja, menentukan batas-batas tugas, mempersiapkan dan membuat spesifikasi tugas, melakukan pendidikan dan latihan, dan menentukan sistem dan besarnya imbalan. Semuanya dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas, esiensi, dan produktivitas kerja.
Adapun prinsip-prinsip manajemen tersebut banyak dikemukakan oleh para ahli, namun pada hakikatnya memiliki kesamaan. Fayol mengemukakan sejumlah prinsip, yaitu; pembagian kerja, kejelasan dalam wewenang dan tanggung jawab, disiplin, kesatuan komando, kesatuan arah, lebih memprioritaskan kepentingan umum/ organisasi dari pada kepentingan pribadi, pemberian kontra prestasi, sentralisasi, rantai skalar, tertib, pemerataan, stabilitas dalam menjabat, inisiatif, dan semangat kelompok. Semua prinsip di atas dijadikan patokan dalam praktik manajerial yang memiliki orientasi tertentu. Berdasarkan orientasinya, dikenal 4 prinsip manajemen yaitu; manajemen berdasarkan sasaran, manajemen berdasarkan orang, manajemen berdasarkan struktur, dan manajemen berdasarkan informasi. ( Nanang fatah,2002: 13)

C.  Manajemen Stratejik
Manajemen strategi terdiri dari dari dua kata ; manajemen dan strategi. Manajemen seperti yang telah dibahas di atas berarti  pengaturan atau pengelolaan. Sedangankan strategi, menurut  bahasa strategi yang berasal dari bahasa Yunani strategos atau strategeus dengan kata jamak strategi. Strategos berarti jenderal, namun dalam Yunani kuno sering berarti perwira negara (state officer) dengan fungsi yang luas (Salusu 2003 :85 ).
Manajemen strategi adalah suatu proses pengambilan keputusan dan tindakan yang mengarah kepada pengembangan strategi yang efektif atau yang membantu perusahaan mencapai tujuannya ( Johanes:2011). Manajemen strategis sangat berkaitan dengan keputusan startegis pula. Johanes (2011) menyatakan bahwa Keputusan strategi adalah  berkaitan dengan definisi bisnis, produk dan pasar yang akan dilayani, fungsi yang akan dilaksanakan, dan kebijakan utama.
Sedangkan Siagian (2004) mendefinisikan manajemen stratejik sebagai: Serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut.
Menurut Hadari Nawawi (2005:148-149) menyatakan bahwa-
“Manajemen strategik adalah perencanaan berskala besar (disebut Perencanaan Strategik) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut VISI), dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut MISI), dalam usaha menghasilkan sesuatu (Perencanaan Operasional) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut Tujuan Strategik) dan berbagai sasaran (Tujuan Operasional) organisasi”

Pengertian yang cukup luas ini menunjukkan bahwa manajemen strategik merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak ke arah yang sama pula. Komponen pertama adalah Perencanaan Strategik dengan unsur – unsurnya yang terdiri dari Visi, Misi, Tujuan Strategik organisasi. Sedang komponen kedua adalah Perencanaan Operasional dengan unsur – unsurnya adalah Sasaran atau Tujuan Operasional, Pelaksanaan Fungsi – fungsi manajemen berupa fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan situasional, jaringan kerja Internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan balik.

D.  Daftar Pustaka

1.      Hadari Nawawi (2005).Manajemen Strategik, Gadjah Mada Pers : Yogyakarta
2.      Johanes,manajemen strategis. Tersedia: http://johannessimatupang.wordpresscom. diakses tanggal 15 oktober 2011
3.      Siagian P. Sondang (2004), Manajemen Stratejik, Bumi Aksara, Jakarta
4.      Nanang Fattah ( 2002 ). Landasan Manjemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya
Husaini Usman, Landasan Teori Ekonomi dan Manjemen tersedia: http://wwwdunianita.blogspot.com
Arifin abdulrachman ( 2006 ). Kerangka Pokok- Pokok Managemen, Jakarta:Renka Cipta.



Thursday, December 5, 2013

BIMBINGAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR

BIMBINGAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI




A.                Bimbingan Belajar
       a.  Pengertian Belajar Dan Bimbingan Belajar
Menurut Hilgard dan Bower, dalam bukunya Theories of Learning yang dikutip oleh Purwanto mengemukakan:"Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi ini, dimana perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan, respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang."[1] Hal lain dikemukakan oleh Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno bahwa: "belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya."[2]
Definisi lain seperti yang diungkapkan Mudzakir tentang pengertian belajar, yaitu: "belajar merupakan suatu bentuk perubahan perilaku yang dapat diamati yang terjadi melalui hubungan rangsangan, jawaban menurut prinsip-prinsip yang mekanistik"[3] Ditambah oleh Mulyono Abdurrahman bahwa belajar dapat diartikan sebagai: "suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap."[4] Belajar juga merupakan proses pengumpulan atau penghafalan suatu fakta dalam bentuk informasi atau materi pelajaran, demikianlah sebagian orang menafsirkan arti belajar.[5]
 Menurut Gagne yang dikutip Nurdin Ibrahim, memaparkan bahwa : Belajar sebagai suatu perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia. Perubahan dalam menunjukkan kinerja (perilaku) berarti belajar itu menentukan semua keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai yang diperoleh siswa. Dalam belajar dihasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan, seperti pengetahuan sikap, keterampilan, kemampuan, informasi, dan nilai.[6]
Sementara Wittig seperti dikutip oleh Muhibin Syah mengemukakan bahwa belajar : merupakan perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai pengalaman.[7] Perubahan yang menyangkut seluruh aspek psikofisik organisme yang didasarkan pada kepercayaan bahwa tingkah laku lahiriyah organisme itu sendiri bukan indikator adanya peristiwa belajar, karena proses belajar itu tidak dapat diobservasi langsung.[8]
Belajar adalah proses perubahan perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan latihan. Perilaku dikategorikan menjadi tiga yaitu:
a. Kognitif (kecerdasan berfikir)
b. Afektif (sikap, perasaan, emosi)
c. Psikomotorik (skill, ketrampilan)
            Dari pengertian di atas bahwa belajar atau kegiatan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru atau seseorang dalam rangka mengupayakan perubahan tingkah laku peserta didik kepada perubahan kognitif yaitu kecerdasan, afektif yaitu adanya perubahan pada sikap perasaan dan emosional dan terakhir perubahan psikomotorik yaitu setelah proses aktifitas guru siswa mempunyai skill, keahlian dan ketrampilan tentang ilmu yang diajarkan tersebut.
Purwanto mengemukakan mengemukakan bahwa belajar adalah : "Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi ini, dimana perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan, respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang."[9]
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa belajar adalah suatu kegiatan untuk merobah tingkah laku, pengetahuan, sikap dan ketrampilan peserta didik kearah yang lebih baik. Sedangkan kegiatan belajar adalah segala aktifitas yang berhubungan dengan proses perubahan tingkah laku tersebut.
Dalam proses tersebut kadang timbul masalah dan problema yang menghalangi untuk tercapainya tujuan belajar seperti yang diinginkan. Problema tersebut bisa jadi ketinggalan dalam mencapai sasaran kurikulum pembelajaran. Untuk  menghadapi itu semua perlu adanya suatu bimbingan belajar atau les yang dikemas secara baik dan terorganisir.
Bimbingan belajar adalah suatu kegiatan bantuan belajar kepada siswa atau peserta didik yang bertujuan agar siswa mendapat mencapai prestasi belajar secara optimal.[10] Kegiatan ini juga berupa suatu bimbingan di sekolah yang merupakan aspek program pendidikan  berkenaan dengan bantuan terhadap para siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya dan untuk merencanakan masa depannya sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan sosialnya yang tujuannya untuk membantu prestasi siswa.  Prestasi setiap siswa dalam balajar sangat penting dan merupakan salah satu indikator terhadap berhasil atau tidaknya proses pembelajaran di sekolah.
Bimbingan adalah suatu proses membantu yang diberikan dimaksudkan agar peserta didik mencapai perkembangan diri yang optimal dan tidak mengalami kesulitan dalam belajar. Prinsip – prinsipnya diantaranya :  bimbingan yang diperuntukkan bagi semua peserta didik dan diberikan kepada individu yang sedang dalam proses perkembangan. Dan harus peduli terhadap semua segi petumbuhan peserta didik. Dan berdasarkan kepada pengakuan atas kemampuan individu atas kemampuan individu untuk menemukan pilihan yang benar dan merupakan yang sangat dari keseluruhan proses pendidikan kemudian dan diarahkan untuk membantu peserta didik. Merealisasikan dan mewujudkan diri.
Keberadaan bimbingan di sekolah merupakan sisi lain dari proses pendidikan yang kepedulian intruksional dengan fokus intervensinya terletak pada dunia kehidupan individu peserta didik. Sama halnya dengan pendidikan. Bimbingan selalu berhadapan dengan individu yang sedang ada dalam proses perkembangan. Dan bimbingan peduli terhadap semua aspek perkembangan individu peserta didik baik aspek intelektual sosial, emosional, maupun nilainya.[11]
Jadi maksud dari penelitian ini adalah bimbingan belajar yang menyeluruh termasuk bimbingan kesulitan belajar dan penambahan bahan ajar pada anak didik sehingga tercapai prestasi yang diinginkan. Kegiatan bantuan belajar ini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah. Kegiatan ini biasanya dilakukan diluar jam kegiatan belajar-mengajar yang telah menjadi rutinitas di sekolah. Umumnya kegiatan ini  dilakukan di siang hari setelah jam belajar usai atau pada hari libur sekolah yaitu pada hari minggu. Karena kegiatannya demikian rupa maka umumnya dikenal dengan les belajar.
            Dalam pelaksanaannya, di beberapa sekolah di Nagan Raya ,bimbingan belajar telah dilakukan dengan perencanaan dan terorganisir. Hal ini dapat dilihat dari jadwal kegiatan yang telah ada beserta dengan mata pelajaran yang menjadi materi bimbingan belajar, pengajar atau pembimbing disusun menurut mata pelajaran masing-masing. Waktu masuk secara teratur dan bergilir sesuai dengan hari dan jam yang telah ditentukan . Mata pelajaran yang menjadi materi bimbingan umumnya pelajaran eksata seperti, Matematika , IPA, Biologi, Fisika dan Bahasa Inggris, dan pelajaran umum lainya seperti Bahasa Indonesia.
            Peserta bimbingan belajar umumnya adalah siswa kelas III bagi sekolah SMP dan SMA, serta bagi sekolah  tingkat dasar peserta les adalah kelas VI. Siswa tersebut adalah siswa-siswa yang akan mengahadapi ujian akhir. Ada bebarapa sekolah yang peserta lesnya dari seluruh kelas atau kelas inti. Sebagai contoh adalah SMAN 1 Jeuram peserta les adalah kelas inti, dari seluruh kelas mulai kelas I sampai kelas III.

b.  Tujuan dan Fungsi pelaksanaan Bimbingan Belajar

Ada beberapa tujuan dari kegiatan les atau bimbingan belajar sebagai berikut :
1.                  Untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan para siswa sesuai dengan yang dimuat dalam mata pelajaran tertentu. Melakukan usaha-usaha pengayaan materi yang relevan.
2.                  Untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan siswa tentang cara memecahkan masalah, mengatasi kesulitan atau hambatan agar mampu membimbing diri sendiri.
3.                  Untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang cara belajar Mandiri dan menerapkannya pada masing-masing pelajaran yang sedang dipelajari.
            Sementara fungsi dari bimbingan belajar adalah seperti digambarkan oleh Abu Ahmadi sebagai berikut :

1.                  Kurikuler yakni sebagai pelaksana kurikulum dan silabus atau GBPP
2.                  Instruksional, melaksanakan proses pembelajaran agar para siswa aktif belajar mandiri melalui kegiatan bimbingan belajar.
3.                  Diagnosis bimbingan, yakni membantu siswa yang mengalami kelemahan, kelambatan dan hasil belajar yang kurang maksimal.
4.                  Ekstrakurikuler, juga mambantu siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler pada seperti kegiatan ketrampilan dan sebagainya.[12]

c.  Kegiatan Bimbingan Belajar ( Les )
Seperti kegiatan pembelajaran kurikuler biasa, kegiatan bimbimbingan belajar juga harus direncanakan dan dimanajemen sedemikian rupa supaya kegiatan tersebut berjalan seperti diharapkan dan mempunyai hasil yang baik.
Dalam beberapa kejadian dilapangan memang kegiatan bimbingan atau les yang dilakukan sekolah kadang gagal memperoleh hasil yang baik, kontrol kepala terhadap pelaksanaan les atau bimbingan belajar kurang, piket kurang bekerja, guru tidak masuk atau kurang maksimal dalam penyajian materi, dana kurang memadai.
Untuk terlaksana kegiatan tersebut dengan baik ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan sebagai berikut :
1.         Perencanaan
            Perencanaan kegiatan harus dilakukan kepala sekolah . Adapun kegiatan perencanaan tersebut adalah :
·         Rapat dengan komite, guru dan wali murid tentang pelaksanaan les atau bimbingan belajar
·         Merencanakan penggunaan dana, darimana dana di dapat  dan penggunaan dana harus di perkirakan sedetil mungkin
·         Peserta bimbingan belajar atau les. Harus sudah ditentukan kelas yang jadi peserta bimbingan atau les, seluruh siswa, perkelas, atau siswa tertentu berupa kelas inti atau pun privat les.
·         Penentuan waktu bimbingan belajar atau les. Penentuan waktu sangat penting direncanakan, pada waktu jam kosong disekolah, atau telah usai jam sekolah.
·         Tempat bimbingan belajar, dilakukan dimana bimbingan tersebut, di sekolah atau tempat lain.
·         Guru atau tutor les. Pemilihan tutor harus dipilih yang sesuai dengan bidang studi bimbingan belajar juga harus diperhatikan karakter guru les.

2.         Pelaksanaan Bimbingan belajar.
Setelah kegiatan perencanaan dilakukan dengan matang, kegiatan selanjutnya adalah pelaksanaan kegiatan diantaranya sebagai berikut :
·      Adanya panitia pelaksana kegiatan untuk memgkoordinir seluruh kegiataan seperti penanggungjawab, ketua, sekretaris, bendahara, dan piket.
·      Buku pelajaran atau buku penunjang lainya.
·      Jadwal pelaksanaan les yang disusun dengan baik.
·      Buku batas dan absen tutor dan absen murid.
·      Pengaturan snak dan minum tutor atau guru bimbingan belajar yang tepat biasa dikoordinir oleh piket.
·      Pengaturan  bel petukaran jam yang tepat
·      Tutor harus mempersiapkan perangkat pengajaran seperti RPP , Buku dan Media.
·      Pemberian Tes baik pre test maupun post test sebagai  evaluasi terhadap siswa.

3.         Kegiatan Akhir
Adapun kegiatn akhir yang dapat dilakukan adalah :
·         Evalusi terhadap keberhasilan pelaksanaan bimbingan belajar atau les
·         Pengambilan kuputusan bimbingan dilanjutkan atau di hentikan.
·         Pemberian insentif pada turor les dan panitia secara tepat dan layak
·         Pelaporan.
d.   Kendala-Kendala Pelaksanaan Bimbingan Belajar
Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan belajar terdapat beberapa kendala yang ditemukan. Kendala atau problema yang dihadapi tersebut mulai dari kegiatan perencanaan sampai pada pelaksanaan bimbingan belajar. Adapun kendala tersebut adalah sebagai berikut :
·         Penyusunan jadwal , pada penyusunan jadwal pihak pengelola sering menemukan kesulitan pada peyesuaian waktu tutor dengan waktu pelaksanaan bimbingan.
·         Biaya pelaksanaan, biaya pelakasanaan merupakan kendala yang sering dihadapi ,karena kalau tidak biaya dari sekolah maka biaya tersebut harus diambil dari peserta bimbingan, pengambilan biaya harus disesuaikan dengan tingkat ekonomi peserta bimbingan. Pengutipan biaya yang terlampau rendah, akan berefek rendahnya insentif tutor. Hal ini akan menyebabkan penurunan kinerja para tutor.
·         Pemilihan turor yang ahli atau skill dalam bidangnya. Pada suatu sekolah  kadang guru yang ahli sulit diperoleh, apalagi guru bidang eksata.pengambilan  tutor dari sekolah lain tentu akan membebani anggaran, terkendala pada penyusunan jadwal.
·         Karakteristik peserta bimbingan, berbagai macam sifat, intelektual, dan tingkat sosial ekonomi peserta bimbingan merupakan kendala tersendiri dalam pelaksanaan bimbinga, sebagai contoh siswa yang nakal, siswa yang bekerja membantu orang tua sepulang jam sekolah dsb.
·         Manajemen les. Manajemen yang kurang baik dan terlampau tertutup sering dijumpai dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah. Hal ini sangat mempengaruhi kegiatan tersebut. Kadang akibat manajemen ambaradur pemberian insentif  tutor sering  terabaikan. Hal ini justru berakibat buruk pada kegiatan bimbingan atau less.

B.                 Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda “pretitie” yang artinya apa yang telah diciptakan atau hasil pekerjaan. Dalam ekonomi perhitungan yang dimaksudkan dengan prestasi adalah produk yang telah dicapai seseorang atau daya kerja seseorang dalam jangka waktu tertentu[13].
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.[14] Selanjutnya juga Syaiful Bahri Djamarah menyatakan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.[15]
Jadi bila dihubungkan dengan dunia pendidikan khususnya belajar, maka prestasi merupakan hasil maksimal yang diperoleh siswa dalam jangka waktu tertentu dalam hubungannya dengan proses pembelajaran siswa itu sendiri.
            Sedangkan belajar adalah merupakan aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri seseorang yang belajar, baik aktual maupun potensial, perubahan-perubahan mana pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru yang bertahap dalam waktu relatif lama, dimana perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha pada individu yang belajar.[16]                     
            Oleh karena prestasi belajar merupakan suatu ukuran berhasil tidaknya seseorang setelah menempuh pelajaran di suatu sekolah, dan untuk mengetahui tingkat keberhasilannya maka akan dilakukan penilaian atau pengukuran berupa tes. Ambo Enre Abdullah  mengemukakan bahwa “Prestasi belajar adalah kecakapan nyata yang dapat diukur langsung dengan suatu alat dalam hal ini tes. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai murid dalam suatu mata pelajaran tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan seorang siswa”[17].
Dalam dunia pendidikan, bentuk penilaian dari suatu prestasi biasanya dapat dilihat atau dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau angka-angka. Jadi, prestasi belajar adalah hasil yang diraih oleh peserta didik dari aktivitas belajarnya yang ditempuh untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang dapat diwujudkan dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku dan pada umumnya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau angka-angka. Prestasi belajar yang didapatkan oleh seorang siswa bersifat sementara kadang kala dalam suatu tahapan belajar, siswa yang berhasil secara gemilang dalam belajar, sering pula dijumpai adanya siswa yang gagal. Seperti angka rapor rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir dan sebagainya.
            Berdasarkan pengertian prestasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan prestasi belajar Biologi dalam penelitian, adalah kemampuan-kemampuan tentang Biologi yang telah dimiliki oleh siswa-siswa SMAN 1 Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya yang bersifat konkretif setelah siswa selesai belajar biologi yang meliputi : ingatan, pemahaman, penerapan, analisa dan sintesis.

C.                Faktor Mempengaruhi Prestasi Belajar
            Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat ditinjau dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa yang berbentuk interaksi timbal balik antar keduanya.

a.  Faktor-faktor dari dalam diri siswa
            Siswa yang melaksanakan proses belajar, dapat diperiksa hasil-hasilnya melalui perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa.[18]  Hal ini dapat diketahui antara lain dengan membandingkan tingkat penguasaan siswa antara sebelum dan sesudah terjadi proses belajar. Faktor utama yang terdapat pada diri siswa ialah faktor fisik atau jasmani dan faktor psikis. Faktor fisik meliputi keadaan jasmani dan panca indera, sedang psikis meliputi, minat, intelegensi, bakat, motif dan sebagainya. Faktor-faktor dalam diri siswa tentu memberikan pengaruh besar bagi prestasi belajar. Sebagai contoh kemampuan intelejensi siswa sangat erat kaitanya dengan kemampuan penguasaan materi pelajaran yang  diberikan oleh seorang guru.

b.  Faktor dari luar diri siswa
            Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa dari ketiga lingkungan belajar yaitu, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dimana lingkungan keluarga meliputi; cara orang tua mendidik, relasi antar keluarga, suasana keluarga, dan keadaan ekonomi keluarga. Sedangkan lingkungan sekolah meliputi; metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa dan sebagainya.[19] Adapun lingkungan masyarakat meliputi; kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, tempat bergaul, bentuk kehidupan masyarakat dan sebagainya



[1] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), hal.  82.
[2] Ahmad Mudzakir, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Setia, 2001), hal. 34.
[3] Ibid, hal. 36.
[4] Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 28
[5] Mulyadi Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal.  64.
[6] Nurdin Ibrahim, Hasil Belajar Fisika SLTP Terbuka Tanjung Sari Sumedang Jawa Barat,(Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 031, Tahun ke-7, September 2001), hal.  487.
[7] Muhibin Syah, M.Ed Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT.Remaja Rosda Karya, 2006), hal.  90.
[8] Mulyadi Syah, Psikologi…, hal.66

[9] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), hal.  82.               
[10] Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar (Bandung;Pustaka setia,2005 ) hal.168
[12]Ibid, hal.169-170


[13] Oemar Hamalik, Metode Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan… hal. 52

[14] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional,2001), hal.20
[15] Ibid. hal.23

[16] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Cet.I, ( Jakarta: Bina Aksara, 2001.) hal. 16
[17] Abdullah A.E, Prinsip-Prinsip Layanan dan Bimbingan Belajar, (U.Pandang, FIP IKIP, 2001).hal. 45
[18] Abdurrahman, Pengelolaan Pengajaran, Cet.VI, (U. Pandang; CV. Bintang Selatan, 2001).hal. 78

[19] Ibid. hal. 89