Thursday, December 5, 2013

BIMBINGAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR

BIMBINGAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI




A.                Bimbingan Belajar
       a.  Pengertian Belajar Dan Bimbingan Belajar
Menurut Hilgard dan Bower, dalam bukunya Theories of Learning yang dikutip oleh Purwanto mengemukakan:"Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi ini, dimana perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan, respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang."[1] Hal lain dikemukakan oleh Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno bahwa: "belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya."[2]
Definisi lain seperti yang diungkapkan Mudzakir tentang pengertian belajar, yaitu: "belajar merupakan suatu bentuk perubahan perilaku yang dapat diamati yang terjadi melalui hubungan rangsangan, jawaban menurut prinsip-prinsip yang mekanistik"[3] Ditambah oleh Mulyono Abdurrahman bahwa belajar dapat diartikan sebagai: "suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap."[4] Belajar juga merupakan proses pengumpulan atau penghafalan suatu fakta dalam bentuk informasi atau materi pelajaran, demikianlah sebagian orang menafsirkan arti belajar.[5]
 Menurut Gagne yang dikutip Nurdin Ibrahim, memaparkan bahwa : Belajar sebagai suatu perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia. Perubahan dalam menunjukkan kinerja (perilaku) berarti belajar itu menentukan semua keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai yang diperoleh siswa. Dalam belajar dihasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan, seperti pengetahuan sikap, keterampilan, kemampuan, informasi, dan nilai.[6]
Sementara Wittig seperti dikutip oleh Muhibin Syah mengemukakan bahwa belajar : merupakan perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai pengalaman.[7] Perubahan yang menyangkut seluruh aspek psikofisik organisme yang didasarkan pada kepercayaan bahwa tingkah laku lahiriyah organisme itu sendiri bukan indikator adanya peristiwa belajar, karena proses belajar itu tidak dapat diobservasi langsung.[8]
Belajar adalah proses perubahan perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan latihan. Perilaku dikategorikan menjadi tiga yaitu:
a. Kognitif (kecerdasan berfikir)
b. Afektif (sikap, perasaan, emosi)
c. Psikomotorik (skill, ketrampilan)
            Dari pengertian di atas bahwa belajar atau kegiatan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru atau seseorang dalam rangka mengupayakan perubahan tingkah laku peserta didik kepada perubahan kognitif yaitu kecerdasan, afektif yaitu adanya perubahan pada sikap perasaan dan emosional dan terakhir perubahan psikomotorik yaitu setelah proses aktifitas guru siswa mempunyai skill, keahlian dan ketrampilan tentang ilmu yang diajarkan tersebut.
Purwanto mengemukakan mengemukakan bahwa belajar adalah : "Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi ini, dimana perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan, respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang."[9]
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa belajar adalah suatu kegiatan untuk merobah tingkah laku, pengetahuan, sikap dan ketrampilan peserta didik kearah yang lebih baik. Sedangkan kegiatan belajar adalah segala aktifitas yang berhubungan dengan proses perubahan tingkah laku tersebut.
Dalam proses tersebut kadang timbul masalah dan problema yang menghalangi untuk tercapainya tujuan belajar seperti yang diinginkan. Problema tersebut bisa jadi ketinggalan dalam mencapai sasaran kurikulum pembelajaran. Untuk  menghadapi itu semua perlu adanya suatu bimbingan belajar atau les yang dikemas secara baik dan terorganisir.
Bimbingan belajar adalah suatu kegiatan bantuan belajar kepada siswa atau peserta didik yang bertujuan agar siswa mendapat mencapai prestasi belajar secara optimal.[10] Kegiatan ini juga berupa suatu bimbingan di sekolah yang merupakan aspek program pendidikan  berkenaan dengan bantuan terhadap para siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya dan untuk merencanakan masa depannya sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan sosialnya yang tujuannya untuk membantu prestasi siswa.  Prestasi setiap siswa dalam balajar sangat penting dan merupakan salah satu indikator terhadap berhasil atau tidaknya proses pembelajaran di sekolah.
Bimbingan adalah suatu proses membantu yang diberikan dimaksudkan agar peserta didik mencapai perkembangan diri yang optimal dan tidak mengalami kesulitan dalam belajar. Prinsip – prinsipnya diantaranya :  bimbingan yang diperuntukkan bagi semua peserta didik dan diberikan kepada individu yang sedang dalam proses perkembangan. Dan harus peduli terhadap semua segi petumbuhan peserta didik. Dan berdasarkan kepada pengakuan atas kemampuan individu atas kemampuan individu untuk menemukan pilihan yang benar dan merupakan yang sangat dari keseluruhan proses pendidikan kemudian dan diarahkan untuk membantu peserta didik. Merealisasikan dan mewujudkan diri.
Keberadaan bimbingan di sekolah merupakan sisi lain dari proses pendidikan yang kepedulian intruksional dengan fokus intervensinya terletak pada dunia kehidupan individu peserta didik. Sama halnya dengan pendidikan. Bimbingan selalu berhadapan dengan individu yang sedang ada dalam proses perkembangan. Dan bimbingan peduli terhadap semua aspek perkembangan individu peserta didik baik aspek intelektual sosial, emosional, maupun nilainya.[11]
Jadi maksud dari penelitian ini adalah bimbingan belajar yang menyeluruh termasuk bimbingan kesulitan belajar dan penambahan bahan ajar pada anak didik sehingga tercapai prestasi yang diinginkan. Kegiatan bantuan belajar ini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah. Kegiatan ini biasanya dilakukan diluar jam kegiatan belajar-mengajar yang telah menjadi rutinitas di sekolah. Umumnya kegiatan ini  dilakukan di siang hari setelah jam belajar usai atau pada hari libur sekolah yaitu pada hari minggu. Karena kegiatannya demikian rupa maka umumnya dikenal dengan les belajar.
            Dalam pelaksanaannya, di beberapa sekolah di Nagan Raya ,bimbingan belajar telah dilakukan dengan perencanaan dan terorganisir. Hal ini dapat dilihat dari jadwal kegiatan yang telah ada beserta dengan mata pelajaran yang menjadi materi bimbingan belajar, pengajar atau pembimbing disusun menurut mata pelajaran masing-masing. Waktu masuk secara teratur dan bergilir sesuai dengan hari dan jam yang telah ditentukan . Mata pelajaran yang menjadi materi bimbingan umumnya pelajaran eksata seperti, Matematika , IPA, Biologi, Fisika dan Bahasa Inggris, dan pelajaran umum lainya seperti Bahasa Indonesia.
            Peserta bimbingan belajar umumnya adalah siswa kelas III bagi sekolah SMP dan SMA, serta bagi sekolah  tingkat dasar peserta les adalah kelas VI. Siswa tersebut adalah siswa-siswa yang akan mengahadapi ujian akhir. Ada bebarapa sekolah yang peserta lesnya dari seluruh kelas atau kelas inti. Sebagai contoh adalah SMAN 1 Jeuram peserta les adalah kelas inti, dari seluruh kelas mulai kelas I sampai kelas III.

b.  Tujuan dan Fungsi pelaksanaan Bimbingan Belajar

Ada beberapa tujuan dari kegiatan les atau bimbingan belajar sebagai berikut :
1.                  Untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan para siswa sesuai dengan yang dimuat dalam mata pelajaran tertentu. Melakukan usaha-usaha pengayaan materi yang relevan.
2.                  Untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan siswa tentang cara memecahkan masalah, mengatasi kesulitan atau hambatan agar mampu membimbing diri sendiri.
3.                  Untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang cara belajar Mandiri dan menerapkannya pada masing-masing pelajaran yang sedang dipelajari.
            Sementara fungsi dari bimbingan belajar adalah seperti digambarkan oleh Abu Ahmadi sebagai berikut :

1.                  Kurikuler yakni sebagai pelaksana kurikulum dan silabus atau GBPP
2.                  Instruksional, melaksanakan proses pembelajaran agar para siswa aktif belajar mandiri melalui kegiatan bimbingan belajar.
3.                  Diagnosis bimbingan, yakni membantu siswa yang mengalami kelemahan, kelambatan dan hasil belajar yang kurang maksimal.
4.                  Ekstrakurikuler, juga mambantu siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler pada seperti kegiatan ketrampilan dan sebagainya.[12]

c.  Kegiatan Bimbingan Belajar ( Les )
Seperti kegiatan pembelajaran kurikuler biasa, kegiatan bimbimbingan belajar juga harus direncanakan dan dimanajemen sedemikian rupa supaya kegiatan tersebut berjalan seperti diharapkan dan mempunyai hasil yang baik.
Dalam beberapa kejadian dilapangan memang kegiatan bimbingan atau les yang dilakukan sekolah kadang gagal memperoleh hasil yang baik, kontrol kepala terhadap pelaksanaan les atau bimbingan belajar kurang, piket kurang bekerja, guru tidak masuk atau kurang maksimal dalam penyajian materi, dana kurang memadai.
Untuk terlaksana kegiatan tersebut dengan baik ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan sebagai berikut :
1.         Perencanaan
            Perencanaan kegiatan harus dilakukan kepala sekolah . Adapun kegiatan perencanaan tersebut adalah :
·         Rapat dengan komite, guru dan wali murid tentang pelaksanaan les atau bimbingan belajar
·         Merencanakan penggunaan dana, darimana dana di dapat  dan penggunaan dana harus di perkirakan sedetil mungkin
·         Peserta bimbingan belajar atau les. Harus sudah ditentukan kelas yang jadi peserta bimbingan atau les, seluruh siswa, perkelas, atau siswa tertentu berupa kelas inti atau pun privat les.
·         Penentuan waktu bimbingan belajar atau les. Penentuan waktu sangat penting direncanakan, pada waktu jam kosong disekolah, atau telah usai jam sekolah.
·         Tempat bimbingan belajar, dilakukan dimana bimbingan tersebut, di sekolah atau tempat lain.
·         Guru atau tutor les. Pemilihan tutor harus dipilih yang sesuai dengan bidang studi bimbingan belajar juga harus diperhatikan karakter guru les.

2.         Pelaksanaan Bimbingan belajar.
Setelah kegiatan perencanaan dilakukan dengan matang, kegiatan selanjutnya adalah pelaksanaan kegiatan diantaranya sebagai berikut :
·      Adanya panitia pelaksana kegiatan untuk memgkoordinir seluruh kegiataan seperti penanggungjawab, ketua, sekretaris, bendahara, dan piket.
·      Buku pelajaran atau buku penunjang lainya.
·      Jadwal pelaksanaan les yang disusun dengan baik.
·      Buku batas dan absen tutor dan absen murid.
·      Pengaturan snak dan minum tutor atau guru bimbingan belajar yang tepat biasa dikoordinir oleh piket.
·      Pengaturan  bel petukaran jam yang tepat
·      Tutor harus mempersiapkan perangkat pengajaran seperti RPP , Buku dan Media.
·      Pemberian Tes baik pre test maupun post test sebagai  evaluasi terhadap siswa.

3.         Kegiatan Akhir
Adapun kegiatn akhir yang dapat dilakukan adalah :
·         Evalusi terhadap keberhasilan pelaksanaan bimbingan belajar atau les
·         Pengambilan kuputusan bimbingan dilanjutkan atau di hentikan.
·         Pemberian insentif pada turor les dan panitia secara tepat dan layak
·         Pelaporan.
d.   Kendala-Kendala Pelaksanaan Bimbingan Belajar
Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan belajar terdapat beberapa kendala yang ditemukan. Kendala atau problema yang dihadapi tersebut mulai dari kegiatan perencanaan sampai pada pelaksanaan bimbingan belajar. Adapun kendala tersebut adalah sebagai berikut :
·         Penyusunan jadwal , pada penyusunan jadwal pihak pengelola sering menemukan kesulitan pada peyesuaian waktu tutor dengan waktu pelaksanaan bimbingan.
·         Biaya pelaksanaan, biaya pelakasanaan merupakan kendala yang sering dihadapi ,karena kalau tidak biaya dari sekolah maka biaya tersebut harus diambil dari peserta bimbingan, pengambilan biaya harus disesuaikan dengan tingkat ekonomi peserta bimbingan. Pengutipan biaya yang terlampau rendah, akan berefek rendahnya insentif tutor. Hal ini akan menyebabkan penurunan kinerja para tutor.
·         Pemilihan turor yang ahli atau skill dalam bidangnya. Pada suatu sekolah  kadang guru yang ahli sulit diperoleh, apalagi guru bidang eksata.pengambilan  tutor dari sekolah lain tentu akan membebani anggaran, terkendala pada penyusunan jadwal.
·         Karakteristik peserta bimbingan, berbagai macam sifat, intelektual, dan tingkat sosial ekonomi peserta bimbingan merupakan kendala tersendiri dalam pelaksanaan bimbinga, sebagai contoh siswa yang nakal, siswa yang bekerja membantu orang tua sepulang jam sekolah dsb.
·         Manajemen les. Manajemen yang kurang baik dan terlampau tertutup sering dijumpai dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah. Hal ini sangat mempengaruhi kegiatan tersebut. Kadang akibat manajemen ambaradur pemberian insentif  tutor sering  terabaikan. Hal ini justru berakibat buruk pada kegiatan bimbingan atau less.

B.                 Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda “pretitie” yang artinya apa yang telah diciptakan atau hasil pekerjaan. Dalam ekonomi perhitungan yang dimaksudkan dengan prestasi adalah produk yang telah dicapai seseorang atau daya kerja seseorang dalam jangka waktu tertentu[13].
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.[14] Selanjutnya juga Syaiful Bahri Djamarah menyatakan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.[15]
Jadi bila dihubungkan dengan dunia pendidikan khususnya belajar, maka prestasi merupakan hasil maksimal yang diperoleh siswa dalam jangka waktu tertentu dalam hubungannya dengan proses pembelajaran siswa itu sendiri.
            Sedangkan belajar adalah merupakan aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri seseorang yang belajar, baik aktual maupun potensial, perubahan-perubahan mana pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru yang bertahap dalam waktu relatif lama, dimana perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha pada individu yang belajar.[16]                     
            Oleh karena prestasi belajar merupakan suatu ukuran berhasil tidaknya seseorang setelah menempuh pelajaran di suatu sekolah, dan untuk mengetahui tingkat keberhasilannya maka akan dilakukan penilaian atau pengukuran berupa tes. Ambo Enre Abdullah  mengemukakan bahwa “Prestasi belajar adalah kecakapan nyata yang dapat diukur langsung dengan suatu alat dalam hal ini tes. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai murid dalam suatu mata pelajaran tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan seorang siswa”[17].
Dalam dunia pendidikan, bentuk penilaian dari suatu prestasi biasanya dapat dilihat atau dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau angka-angka. Jadi, prestasi belajar adalah hasil yang diraih oleh peserta didik dari aktivitas belajarnya yang ditempuh untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang dapat diwujudkan dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku dan pada umumnya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau angka-angka. Prestasi belajar yang didapatkan oleh seorang siswa bersifat sementara kadang kala dalam suatu tahapan belajar, siswa yang berhasil secara gemilang dalam belajar, sering pula dijumpai adanya siswa yang gagal. Seperti angka rapor rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir dan sebagainya.
            Berdasarkan pengertian prestasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan prestasi belajar Biologi dalam penelitian, adalah kemampuan-kemampuan tentang Biologi yang telah dimiliki oleh siswa-siswa SMAN 1 Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya yang bersifat konkretif setelah siswa selesai belajar biologi yang meliputi : ingatan, pemahaman, penerapan, analisa dan sintesis.

C.                Faktor Mempengaruhi Prestasi Belajar
            Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat ditinjau dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa yang berbentuk interaksi timbal balik antar keduanya.

a.  Faktor-faktor dari dalam diri siswa
            Siswa yang melaksanakan proses belajar, dapat diperiksa hasil-hasilnya melalui perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa.[18]  Hal ini dapat diketahui antara lain dengan membandingkan tingkat penguasaan siswa antara sebelum dan sesudah terjadi proses belajar. Faktor utama yang terdapat pada diri siswa ialah faktor fisik atau jasmani dan faktor psikis. Faktor fisik meliputi keadaan jasmani dan panca indera, sedang psikis meliputi, minat, intelegensi, bakat, motif dan sebagainya. Faktor-faktor dalam diri siswa tentu memberikan pengaruh besar bagi prestasi belajar. Sebagai contoh kemampuan intelejensi siswa sangat erat kaitanya dengan kemampuan penguasaan materi pelajaran yang  diberikan oleh seorang guru.

b.  Faktor dari luar diri siswa
            Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa dari ketiga lingkungan belajar yaitu, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dimana lingkungan keluarga meliputi; cara orang tua mendidik, relasi antar keluarga, suasana keluarga, dan keadaan ekonomi keluarga. Sedangkan lingkungan sekolah meliputi; metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa dan sebagainya.[19] Adapun lingkungan masyarakat meliputi; kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, tempat bergaul, bentuk kehidupan masyarakat dan sebagainya



[1] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), hal.  82.
[2] Ahmad Mudzakir, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Setia, 2001), hal. 34.
[3] Ibid, hal. 36.
[4] Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 28
[5] Mulyadi Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal.  64.
[6] Nurdin Ibrahim, Hasil Belajar Fisika SLTP Terbuka Tanjung Sari Sumedang Jawa Barat,(Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 031, Tahun ke-7, September 2001), hal.  487.
[7] Muhibin Syah, M.Ed Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT.Remaja Rosda Karya, 2006), hal.  90.
[8] Mulyadi Syah, Psikologi…, hal.66

[9] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), hal.  82.               
[10] Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar (Bandung;Pustaka setia,2005 ) hal.168
[12]Ibid, hal.169-170


[13] Oemar Hamalik, Metode Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan… hal. 52

[14] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional,2001), hal.20
[15] Ibid. hal.23

[16] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Cet.I, ( Jakarta: Bina Aksara, 2001.) hal. 16
[17] Abdullah A.E, Prinsip-Prinsip Layanan dan Bimbingan Belajar, (U.Pandang, FIP IKIP, 2001).hal. 45
[18] Abdurrahman, Pengelolaan Pengajaran, Cet.VI, (U. Pandang; CV. Bintang Selatan, 2001).hal. 78

[19] Ibid. hal. 89

Keputusan Dan Pengambilan Keputusan

KEPUTUSAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

A.      Definisi  Keputusan dan Pengambilan Keputusan
            Menurut Stoner (1996 : 5)  Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa yang harus dilakukan’ dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
            Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat vital. Jiwa kepemimpinan seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat diterima bawahan. Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin yang harus ditegakkan dan sikap manusiawi terhadap bawahan. Keputusan yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang mendasarkan diri pada human relations.
            Setelah pengertian keputusan disampaikan, kiranya perlu pula diikuti dengan  pengertian tentang “pengambilan keputusan”. Ada beberapa definisi tentang pengambilan keputusan, dalam hal ini arti pengambilan keputusan sama dengan pembuatan keputusan.
Menurut Dee Ann Gullies dalam Azhar (1996 : 34) Pengambilan keputusan sebagai suatu proses kognitif yang tidak tergesa-gesa terdiri dari rangkaian tahapan yang dapat dianalisa, diperhalus, dan dipadukan untuk menghasilkan ketepatan serta ketelitian yang lebih besar dalam menyelesaikan masalah dan memulai tindakan.
Menurut Handoko (1999 : 2) definisi pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih ( tindakan pimpinan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan).
            Menurut Siagian (1992 : 42) Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
            Dari kedua pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Masalahnya telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan pengambilan keputusan harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada.

B.     Tujuan Pengambilan Keputusan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam organisasi itu dimaksudkan untuk mencapai tujuan organisasinya yang dimana diinginkan semua kegiatan itu dapat berjalan lancer dan tujuan dapat dicapai dengan mudah dan efisien. Namun, kerap kali terjadi hambatan-hambatan dalam melaksanakan kegiatan. Ini merupakan masalah yang hatus dipecahkan oleh pimpinan organisasi. Pengambilan keputusan dimaksudkan untuk memecahkan masalah tersebut.
Menurut Syamsi (2007 : 54) tujuan pengambilan keputusan dapat dibedakan atas dua yaitu :
1.      Tujuan bersifat tunggal yaitu tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah artinya sekali diputuskan dan tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain.
2.      Tujuan bersifat ganda yaitu tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan itu menyangkut lebih dari satu masalah, artinya bahwa satu keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua masalah atau lebih yang bersifat kontradiktif atau bersifat tidak kontradiktif

C.     Dasar Pengambilan Keputusan
1.      Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
            Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
a.       Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
b.      Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.
            Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering diabaikan.

2.  Pengambilan Keputusan Rasional
            Keputusan yang bersifat rasional  berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui saat itu.

3.   Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
            Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
            Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.

4.   Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
            Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip penhambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul.
            Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecaha masalah.

5.  Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
            Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority) yang dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
            Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain : banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih permanent sifatnya.
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.

D.     Teori Pengambilan Keputusan
Ada beberapa teori yang paling sering digunakan dalam mengambil kebijakan yaitu :
1.   Teori Rasional Komprehensif
Barangkali toari pengambilan keputusan yang biasa digunakan dan diterima oleh banyak kalangan aadalah teori rasional komprehensif yang mempunyai beberapa unsur
a.       Pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain (dapat diurutkan menurut prioritas masalah).
b.      Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran yang menjadi pedoman pembuat keputusan sangat jelas dan dapat diurutkan prioritasnya/kepentingannya.
c.       Bermacam-macam alternatif untuk memecahkan masalah diteliti secara saksama.
d.      Asas biaya manfaat atau sebab-akibat digunakan untuk menentukan prioritas.
e.       Setiap alternatif dan implikasi yang menyertainya dipakai untuk membandingkan dengan alternatif lain.
f.       Pembuat keputusan akan memilih alternatif terbaik untuk mencapai tujuan, nilai, dan sasaran yang ditetapkan
Ada beberapa ahli antara lain Charles Lindblom (Ahli Ekonomi dan Matematika) yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan itu sebenarnya tidak berhadapan dengan masalah-masalah yang konkrit akan tetapi mereka seringkali mengambil keputusan yang kurang tepat terhadap akar permasalahan.
Teori rasional komprehensif ini menuntut hal-hal yang tidak rasional dalam diri pengambil keputusan. Asumsinya adalah seorang pengambil keputusan memiliki cukup informasi mengenahi berbagai alternatif sehingga mampu meramalkan secara tepat akibat-akibat dari pilihan alternatif yang ada, serta memperhitungkan asas biaya manfaatnya.dan mempertimbangkan banyak masalah yang saling berkaitan
Pengambil keputusan sering kali memiliki konflik kepentingan antara nilai-nilai sendiri dengan nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat. Karena teori ini mengasumsikan bahwa fakta-2 dan nilai-nilai yang ada dapat dibedakan dengan mudah, akan tetapi kenyataannya sulit membedakan antara fakta dilapangan dengan nilai-nilai yang ada.
Ada beberapa masalah diperbagai negara berkembang seperti Indonesia untuk menerapkan teori rasional komprehensif ini karena beberapa alasan yaitu
1.      Informasi dan data statistik yang ada tidak lengkap sehingga tidak bisa dipakai untuk dasar pengambilan keputusan. Kalau dipaksakan maka akan terjadi sebuah keputusan yang kurang tepat.
2.      Teori ini diambil/diteliti dengan latar belakang berbeda dengan nagara berkembang ekologi budanyanya berbeda.
3.      Birokrasi dinegara berkembang tidak bisa mendukung unsur-unsur rasional dalam pengambilan keputusan, karena dalam birokrasi negara berkembang kebanyakan korup sehingga menciptakan hal-hal yang tidak rasional.

2.   Teori Inkremental
Teori ini dalam mengambil keputusan dengan cara menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan dan merupakan madel yang sering ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambail keputusan. Teori ini memiliki pokok-pokok pikiran sebagai berikut:
a.       Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan untuk mencapanya merupakan hal yang saling terkait.
b.      Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa alternatif yang langsung berhubungan dengan pokok masalah, dan alternatif-alternatif ini hanya dipandang berbeda secara inkremental atau marjinal.
c.       Setiap alternatif hanya sebagian kecil saja yang dievaluasi mengenahi sebab dan akibatnya.
d.      Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan di redifinisikan secara teratur dan memberikan kemungkinan untuk mempertimbangkan dan menyesuaikan tujuan dan sarana sehingga dampak dari masalah lebih dapat ditanggulangi.
e.       Tidak ada keputusan atau cara pemecahan masalah yang tepat bagi setiap masalah. Sehingga keputusan yang baik terletak pada berbagai analisis yang mendasari kesepakatan guna mengambil keputusan.
f.       Pembuatan keputusan inkremental ini sifatnya dalah memperbaiki atau melengkapi keputusan yang telah dibuat sebelumnya guna mendapatkan penyempurnaan.
Karena diambil berdasarkan berbagai analisis maka sangat tepat diterapkan bagi negara-negara yang memiliki struktur mejemuk. Keputusan dan kebijakan diambil dengan dasar saling percaya diantara berbagai pihak sehingga secara politis lebih aman. Kondisi yang realistik diberbagi negara bahwa dalam menagmbil keputusan/kebijakan para pengambil keputusan dihadapkan pada situasi kurang baik seperti kurang cukup waktu, kurang pengalaman, dan kurangnya sumber-sumber lain yang dipakai untuk analsis secara komprehensif.
Teori ini dapat dikatakan sebagai model pengambilan keputusan yang membuahkan hasil terbatas, praktis dan dapat diterima.
Ada beberapa kelemahan dalam teori inkremental ini
-          Keputusan–keputusan yang diambil akan lebih mewakili atau mencerminkan kepentingan dari kelompok yang kuat dan mapan sehingga kepentingan kelompok lemah terabaikan.
-          Keputusan diambil lebih ditekankan kepada keputusan jangka pendek dan tidak memperhatikan berbagai macam kebijakan lain.
-          Dinegara berkembang teori ini tidak cocok karena perubahan yang inkremental tidak tepat karena negara berkembang lebih membutuhkan perubahan yang besar dan mendasar.
-           
3.   Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scaning Theory)
Beberapa kelemahan tersebut menjadi dasar konsep baru yaitu seperti yang dikemukakan oleh ahli sosiologi organisasi Aitai Etzioni yaitu pengamatan terpadu (Mixid Scaning) sebagai suatu pendektan untuk mengambil keputusan baik yang bersifat fundamental maupun inkremental. Keputusan-keputusan inkremental memberikan arahan dasar dan melapangkan jalan bagi keputusan-keputusan fundamental sesudah keputusan-keputusan itu tercapai.
Model pengamatan terpadu memungkinkan para pembuat keputusan menggunakan teori rasional komprehensif dan teori inkremental pada situasi yang berbeda-beda. Model pengamatan terpadu ini pada hakikatnya merupakan pendekatan kompromi yang menggabungkan pemanfaatan model rasional komprehensif dan model inkremental dalam proses pengambilan keputusan.

E.     Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam Pengambilan Keputusan
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan menurut Syamsi (2007 : 70)  yaitu :
1.      Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang emosional maupun yang rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.
2.      Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi.
3.      Setiap keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih mementingkan kepentingan organisasi.
4.      Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah altenatif-alternatif tandingan.
5.      Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari tindakan ini harus diubah menjadi tindakan fisik.
6.      Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.
7.      Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
8.      Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar.
9.      Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan mata rantai berikutnya.


F.  Jenis – jenis Pengambila Keputusan
1.   Keputusan Individual dan Kelompok
Pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individual atau kelompok, tergantung bagaimana sifat dan corak permasalahannya. Keputusan individual dibuat oleh seorang pemimpin sendirian, sedangkan keputusan kelompok dibuat sekelompok orang.
Keputusan kelompok dibedakan dalam :
a.       Sekelompok pimpinan
b.      Sekelompok orang-orang bersama pimpinannya.
c.       Sekelompok orang yang mempunyai kedudukan sama dan keputusan    kelompok
1).  Keputusan yang dibuat oleh seseorang
Kebaikannya antara lain :
-          Keputusannya cepat ditentukan atau diambil, karena tidak usah menunggu persetujuan dari rekan lainnya.
-          Tidak akan terjadi pertentangan pendapat
-          Kalau pimpinan ya ng mengambil keputusan itu  mempunyai kemampuan yang tinggi dan berpengalaman yang luas dalam bidang yang akan diputuskan, keputusannya besar kemungkinan tepat.
Kelemahannya antara lain :
-          Bagaimana kepandaian dan kemampuan pimpinan tetapi pasti memiliki keterbatasan.
-          Keputusan yang terlalu cepat diambil dan tidak meminta pendapat orang lain seringkali kurang tepat.
-          Jika terjadi kesalahan pengambilan keputusan merupakan beban berat bagi pimpinan seorang diri.
2).  Keputusan yang dibuat oleh Sekelompok Orang
Kelebihannya antara lain :
-          Hasil pemikiran beberapa orang akan saling melengkapi.
-          Pertimbangannya akan lebih matang.
-          Jika ada kesalahan pada pengambilan keputusan tersebut, beban ditanggung secara bersama.
Kelemahannya antara lain :
-          Ada kemingkinan terjadi perbedaan pendapat.
-          Biasanya memakan waktu lama dan berlarut-larut karena terjadi perdebatan-perdebatan.
-          Rasa tanggung jawab masing-masing berkurang, dan ada kemungkinan saling melemparkan tanggung jawab jika terjadi kesalahan.
Mengenai pembuatan keputusan individual dan kelompok Siagian (1995 : 102)  menyatakan bahwa ada tiga kekuatan yang selalu mempengaruhui suatu keputusan yang dibuat. Tiga kekuatan itu :
a.       Dinamika individu di dalam organisasi
Pengaruh individu dalam organisasi sangat terasa terutama dalam hal ini adalah
pemimpinnya. Seorang pemimpin yang mempunyai kepribadian yang kuat, pendidikan yang tinggi, pengalaman ynag banyak akan memberi kesan dan pengaruh yang besar terhadap bawahannya
b.      Dinamika kelompok orang-orang di dalam organisasi
Dinamika kelompok mempunyai pengaruh besar, oleh karena itu pemimpin hendaknya mengusahakan agar kelompok lebih cepat menjadi dewasa.
c.       Dinamika lingkungan organisasi
Pengaruh lingkungan juga memegang peranan yang cukup penting untuk diperhatikan. Antara organisasi dan lingkungan itu saling mempemgaruhi.

G.   Proses Pengambilan Keputusan
Setiap keputusan yang diambil itu merupakan perwujudan kebijakan yang telah digariskan. Oleh karena itu, analisis proses pengambilan keputusan pada hakikatnya sama saja dengan analisis proses kebijakan.
Proses pengambilan keputusan meliputi :
1.      Identifikasi masalah
Dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu mengindentifikasikan masalah yang ada di dalam suatu organisasi.
2.      Pengumpulan dan penganalisis data
Pemimpin diharapkan dapat mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat membantu memecahkan masalah yang ada.
3.      Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan
Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu dipikirkan cara-cara pemecahannya. Cara pemecahan ini hendaknya selalu diusahakan adanya alternatif-alternatif beserta konsekuensinya, baik positif maupun negatif. Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus dapat mengadakan perkiraan sebaik-baiknya. Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan adanya informasi yang secukupnya dan metode perkiraan yang baik. Perkiraan itu terdiri dari berbagai macam pengertian:
·         Perkiraan dalam arti Proyeksi
Perkiraan yang mengarah pada kecenderungan dari data yang telah terkumpul dan tersusun secara kronologis.
·         Perkiraan dalam arti prediksi
Perkiraan yang dilakukan dengan menggunakan analisis sebab akibat.
·         Perkiraan dalam arti konjeksi
Perkiraan yang didasarkan pada kekuatan intuisi (perasaan). Intuisi disini sifatnya subjektif, artinya tergantung dari kemampuan seseorang untuk mengolah perasaan.
4.      Pemilihan salah satu alternatif terbaik
Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah tertentu dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini menentukan alternative yang dipakai akan berhasil atau sebaliknya.
5.      Pelaksanaan keputusan
Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus mampu menerima dampak yang positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang negatif, pemimpin harus juga mempunyai alternatif yang lain.
6.      Pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan
Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari keputusan yang telah dibuat.

H.        Daftar Pustaka

Handoko, (1999) Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta : BPFE
Kasim, Azhar. (1995). Teori Pembuatan Keputusan. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI.

Sondang P.Siagian. (1992) Organisasi Kepemimpinan dan perilaku Administrasi, Jakarta:Gunung Agung.

Syamsi, Ibnu. (2007) Pengambilan Keputusan (Decision Making). Jakarta : Bina Aksara.

Stoner, James. A.V. (1996) Manajemen (Terjemahan). Jakarta : Erlangga.
Terry D. Warfield, dkk (2002). Akuntansi Intermediate, Buku Satu, Edisi Kesepuluh, Alih Bahasa oleh Herman Wibowo dan Ancella A. Hermawan, Jakarta : Erlangga.