Wednesday, December 4, 2013

PENERAPAN METODE BELAJAR KARYA WISATA PADA PEMBELAJARAN



PENERAPAN METODE BELAJAR KARYA WISATA
PADA PEMBELAJARAN

A.     Pengertian  Belajar dan  Pembelajaran
1.    Pengertian Belajar
Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya di alami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu jadi atau tidak jadinya proses belajar, proses belajar terjadi berkat siswa memproleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang di pelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan dan manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang  suatu hal tersebut tampak sebagai prilaku belajar yang tampak dari luar.
Dengan demikian belajar bukan hanya berupa kegiatan mempelajari suatu mata pelajaran di rumah atau di sekolah secara formal. Disamping itu belajar merupakan masalahnya setiap orang. Hampir semua kecakapan, ketrampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar. Kegiatan yang disebut belajar dapat terjadi dimana-mana, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di lembaga pendidikan formal. Di lembaga pendidikan formal usaha-usaha dilakukan untuk menyajikan pengalaman belajar bagi anak didik agar mereka belajar hal-hal yang relevan baik bagi kebudayaan maupun bagi diri masing-masing. Sehingga dapat diketahui ciri-ciri kegiatan yang disebut belajar yaitu:
a)      Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti behavioral changes), baik aktual maupun potensial.
b)     Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
c)      Perubahan itu terjadi karena usaha.[1] 
Dalam proses belajar mengajar ada juga sistem pembelajaran, supaya dapat lebih jelas kita dapat melihat pengertian pembelajaran dibawah ini.
Pembelajaran adalah membantu peserta didik untuk melakukan kegiatan dalam menemukan kebutuhan belajar dan program pembelajaran dalam mengevaluasi program pembelajaran. Belajar sangatlah penting bagi manusia sepanjang hayatnya. Tanpa belajar manusia akan mengalami kesulitan baik dalam penyesuaian diri dengan lingkungan maupun dalam memenuhi  tuntutan hidup dan hidup yang selalu berubah. Keharusan belajar sepanjang hayat sudah disepakati oleh para pakar. Jauh sebelum itu diakui pula bahwa islam adalah agama yang pertama merekomendasikan keharusan belajar seumur hidup.
Menurut teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat pembelajaran, sifat materi pembelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran yang dirancang dan di laksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang  bahwa pengetahuan adalah objektif, pasti tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan ke orang yang belajar atau siswa. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang di ajarkan. Artinya apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh siswa.[2]

Berdasarkan pengertian diatas bearti pembelajaran itu harus mempunyai tujuan tertentu terlebih dahulu sembelum proses pembelajaran dilaksanakan dan didalam pembelajaran sangatlah penting dengan kelengkapan fasilitas di sekolah karena dengan kelengkapan fasiltas sekolah dapat mendukung pembelajaran menjadi lebih baik. 
Menurut Eggen dan Kauchak menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu:
         a.    Siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan.
        b.    Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran.
         c.    Aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian
        d.    Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi.
         e.    Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir.
         f.    Guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.[3]

Dari pengertian strategi pembelajaran di atas, dapat di simpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara- cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat di kuasainya di akhir kegiatan belajar.
Setelah kita mengetahui berbagai macam strategi pembelajaran yang dilakukan seorang guru untuk meningkatan  motivasi belajar siswa dan untuk mencapai tujuan yang dingin, kita juga perlu mengetahui apat tujuan pembelajaran itu yang sebenarnya.
      Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik:
Ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedang kan belajar sebagai aktivitas “mi-metic”, yang menuntut siswa untuk mengungkapkan  kembali pengetahuan yang sudah di pelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pembelajaran menekankan pada keterampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak di dasarkan pada buku teks atau buku wajib dengan penekanan pada keterampilan mengungkapkan kembali  isi buku teks atau buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.[4]


2.    Langkah-langkah belajar
Belajar adalah suatu aktivitas mental, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relative konstan dan berbekas. Dalam kaitan ini maka antara proses belajar dengan perubahan adalah dua gejala saling terkait yakni belajar sebagai proses dan perubahan sebagai bukti dari hasil yang diproses. Belajar dengan proses perubahan maka perubahan-perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau pula penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh. Proses belajar dapat berlangsung dengan penuh kesadaran, dapat juga tidak demikian.
Suatu proses belajar mengajar yang efektif dan bermakna akan berlangsung apabila dapat memberikan keberhasilan dan kepuasan bagi guru maupun siswa. Dan para siswa belajar dengan kesungguhan hati serta dengan kesadaran yang tinggi. Hal ini hanya akan dapat dicapai apabila guru memiliki sikap dan kemampuan dasar professional yang cukup serta kemampuan untuk mengelolah proses belajar mengajar. Maka  proses belajar mengajar  harus ada langkah-langkah dalam pembelajaran.
Menurut Ohn Jarolimek mengemukakan Ada beberapa langkah-langkah pembelajaran yaitu:
        1.     Kebebasan Memilih, Pada tingkat ini terdapat 3 tahap, yaitu: (1) Memilih secara bebas, artinya kesempatan untuk menentukan pilihan yang menurutnya baik. Nilai yang dipaksakan tidak akan menjadi miliknya secara penuh; (2) Memilih dari beberapa alternatif. Artinya, untuk menentukan pilihan dari beberapa alternatif pilihan secara bebas; (3) Memilih setelah dilakukan analisis pertimbangan konsekuensi yang akan timbul sebagai akibat pilihannya.
        2.     Menghargai, terdiri atas 2 tahap pembelajaran, yaitu; (1) Adanya perasaan   senang dan bangga dengan nilai yang menjadi pilihannya, sehingga nilai tersebut akan menjadi bagian dari dirinya; (2) Menegaskan nilai yang sudah menjadi bagian integral dalam dirinya di depan umum. Artinya, bila kita menggagap nilai itu suatu pilihan, maka kita akan berani dengan penuh kesadaran untuk menunjukkannya di depan orang lain.
        3.     Berbuat, Pada tahap ini, terdiri atas 2 tahap, yaitu; (1) Kemauan dan kemampuan untuk mencoba melaksanakannya (2) Mengulangi perilaku sesuai dengan nilai pilihannya. Artinya, nilai yang menjadi pilihan itu harus tercermin dalam kehidupannya sehari-hari.
        4.     Persiapan, diawalili dengan melakukan tindakan yaitu Pertama, menyusun RPP sesuai dengan pokok bahasan. Dalam kesempatan ini diambil contoh materi  kedisiplinan. Kedua, menetapkan bagian mana dari materi kedisiplinan yang akan disajikan melalui analisis nilai, materi dapat dipilah seperti; kedisiplinan dirumah, sekolah maupun di jalan raya. Ketiga, menyusun skenario pembelajaran sehingga jelas langkah-langkah pembelajarannya. Keempat, menyiapkan media stimulus untuk ber-VCT seperti cerita, guntingan koran atau memutar video. Kelima, menyiapkan lembar kerja yang berisi panduan terperinci bagi siswa dalam ber-VCT.
        5.     Pelaksanaan, diawalili dengan melakukan tindakan yaitu Pertama, setelah membuka pelajaran, dijelaskan kepada siswa bahwa mereka akan ber-VCT. Kedua, pelontaran stimulus oleh guru atau siswa yang telah di rancang sedemikian rupa. Ketiga, guru memperhatikan aksi dan reaksi spontan siswa terhadap stimulus yang diberikan. Keempat, melaksankan dialog terpimpin melalui perntanyaan guru baik secara individual, kelompok maupun secara klasikal. Kelima, menentukan argumen dan klarifikasi pendirian. Keenam, pembahasan/pembuktian argumen. Pada tahap ini sudah mulai ditanamkan target nilai dan konsep yang sesuai dengan materi. Ketujuh, penyimpulan yang dapat berupa bagan intisari materi.[5]

            Langkah-langkah pembelajaran sangatlah penting dalam proses belajar mengajar, karena sebelum proses belajar mengajar berlangsung seorang guru perlu menyiapkan langkah apa saja yang dapat digunakan didalam menyajikan suatu materi, supaya proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik.   Seorang guru harus juga bisa memilih metode yang sesuai dalam pembelajaran.

3.    Pemilihan Metode Pembelajaran Yang Sesuai
Metode mengajar harus diketahui oleh setiap orang dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, karena dalam mengajar mata pelajaran apapun mempunyai syarat-syarat tertentu untuk mencapai hasil yang di harapkan.
Penggunaan metode pengajaran sangat tergantung pada guru yang melaksanakan proses belajar mengajar, menurut Winarno Surachmad   menyatakan: “Metode yang kurang baik ditangan seorang guru atau penatar, dapat menjadi metode yang baik sekali ditangan guru atau penatar yang lain menguasai teknik pelaksanaannya.”[6] Oleh karena itu, seorang guru mata pelajaran biologi sudah sewajarnya memahami metode mengajar mata pelajaran biologi yang tepat.

4. Fasilitas dan Sarana Yang Tersedia Dalam Pembelajaran
Proses belajar mengajar akan lebih terarah dan dapat dengan mudah untuk mencapai tujuan, jika di samping tersedianya  guru yang benar-benar siap mental maupun penguasaan materinya, harus dilengkapi pula dengan sarana yang lain seperti alat-alat dan fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan pengajaran tersebut untuk mencapai tujuan pengajaran di sekolah, memerlukan alat-alat bantu berupa alat pengajaran dan fasilitas lainnya. Menurut Suyono menyatakan: “yang dimaksud dengan alat pelajaran di sini adalah sarana penunjang yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar, yang meliputi buku kurikulum, buku teks, buku bacaan, alat peraga atau alat praktek pendidikan dan pegangan-pegangan lainnya yang diperlukan oleh guru bersama-sama murid.”[7]
Secara umum alat pengajaran yang merupakan alat perlengkapan dalam mata pelajaran biologi yaitu gedung serta perlengkapannya seperti perpustakaan, laboratorium, dan alat peraga.
a.   Perpustakaan
            Perpustakaan adalah merupakan salah satu sarana pendidikan yang menunjang kelangsungan proses belajar mengajar dalam setiap mata pelajaran, khususnya dalam pelajaran biologi baik di sekolah maupun di rumah atau perpustakaan yang ada dilingkungan masyarakat baik itu milik pemerintah atau milik pribadi. Menurut Soetopo menjelaskan bahwa: “Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah yang bermaksud menunjang program belajar mengajar di lembaga pendidikan formal.”[8] Karena dengan adanya pustaka siswa bisa mengembangkan pikirannya dengan membaca buku dan apa bila ada waktu jam istrahat siswa bisa memanfaatkan perpustakaan, sehingga siswa dapat mengetahui semua masalah pembelajaran tidak hanya mendengarkan dari guru saja tetapi bisa memanfaatkan pustaka untuk belajar.
Selanjutnya Suryana menyatakan: “Perpustakaan sekolah adalah suatu ruang atau gedung yang berisi buku-buku dan bahan yang lainnya, yang di susun secara teratur dan sistematis adalah susunan menurut suatu sistem tertentu untuk memudahkan para petugas dan para pemakai dalam mencari informasi yang diperlukannya dengan cepat dan mudah.”[9]
Jika seorang siswa hanya mengharap ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh guru saja, maka ilmu-ilmu pengetahuan ini makin lama makin dangkal. Ini bukan berarti guru tidak mampu memberikan ilmu pengetahuan sampai sekecil-kecilnya, akan tetapi karena keterbatasan waktu, guru hanya mampu memberikan secara garis-garis besar saja atau prinsip-prinsip ilmu pengetahuan saja.
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran biologi diharapkan kepada siswa untuk belajar secara kelompok maupun secara individu pada buku-buku yang tersedia di perpustakaan.

b.    Laboratorium
Menurut Moedjadi menyatakan: “Laboratorium adalah suatu tempat di mana percobaan dan penyelidikan dilakukan.”[10] Sarana dan fasilitas laboratorium menjadi sangat bermanfaat, bila guru dapat menggunakan sebagai mana mestinya. Adapun fungsi laboratorium menurut Moedjadi menyatakan:
·        Tempat tumbuhnya masalah.
·        Tempat memecahkan masalah yang dihadapi oleh murid.
·        Tempat untuk memperdalam pengertian dari suatu faktanya.
·        Tempat memilih dan mengembangkan kebiasaan sikap dan keterampilan.
·        Tempat mendidik menjadi cermat, sabar, kritis, jujur, dan cekatan.[11]

Mengingat fungsi laboratorium di atas, maka sangat terasa penting laboratorium dalam proses belajar mengajar biologi. Laboratorium juga merupakan fasilitas dan sarana yang ikut menentukan keberhasilan proses belajar mengajar mata pelajaran biologi.

c. Alat-alat peraga
       Menurut Soelaiman mengemukakan alat peraga adalah: ”suatu alat yang dapat memperjelas atau membuat pelajaran menjadi konkrit dan dapat membuat lebih terdorong untuk belajar, serta membuat situasi belajar lebih bervariasi.”[12] Jadi alat peraga dapat membuat pelajaran lebih konkrit sekaligus dapat memperkaya pengalaman siswa dalam proses belajar mengajar.
Fungsi alat peraga dalam biologi, sebagaimana yang dikemukakan Ruseffendi  adalah:
·         Proses belajar mengajar termotivasi, baik murid maupun guru. Di mana diutamakan untuk murid minatnya akan timbul, ia akan senang, terangsang, tertarik, dan karena itu akan bersikap positif terhadap pengajaran biologi.
·         Konsep abstrak, biologi tersajikan dalam bentuk konkrit dan karena itu lebih dapat dipahami dan dimengerti, di mana hal ini dapat di tanamkan pada tingkat-tingkat yang lebih rendah.
·         Hubungan antara konsep dan abstrak biologi dengan benda-benda di alam sekitar akan lebih dapat dipahami.
·         Konsep-konsep abstrak yang disajikan dalam bentuk konkrit yaitu dalam bentuk model biologi yang dapat dipakai oleh objek penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi bertambah banyak.[13]

Dengan demikian dalam biologi dituntut adanya benda-benda konkrit yang merupakan model dan ide-ide biologi.

5.    Teknik-Teknik Memotivasi Pembelajaran Siswa
Motivasi atau dorongan merupakan landasan bagi setiap orang yang dapat  menyebabkan seseorang melakukan perbuatan, baik perbuatan belajar maupun perbuatan lain yang sesuai dengan dorongan atau motivasi yang mempengaruhinya. Menurut Nasution menyatakan: “Motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga seorang anak ingin melakukannya, anak yang mempunyai intelegensi tinggi mungkin gagal dalam pelajarannya jika kekurangan motivasi.”[14]
Menurut pendapat di atas dikatakan bahwa setiap anak yang gagal dalam mengikuti pelajarannya tidak dapat dipersalahkan begitu saja, mungkin gurulah yang tidak berhasil memberi motivasi yang mempengaruhi kegiatan belajar pada anak. Motivasi yang berhasil bagi suatu kelompok anak belum tentu berhasil bagi kelompok lain.
Selanjutnya Sukarno juga menyatakan tentang motivasi belajar sebagai berikut: “Secara umum motivasi belajar dapat dikatakan sebagai faktor-faktor yang mendorong semangat anak belajar atau faktor-faktor yang membangkitkan untuk belajar atau faktor-faktor yang memberikan dasar alasan untuk belajar.”[15]
Untuk mencapai tujuan proses belajar mengajar suatu pelajaran, khususnya biologi, maka untuk membangkitkan motivasi belajar sangatlah penting. Banyak teknik-teknik yang dapat digunakan dalam usaha membangkitkan motivasi siswa antara lain:
1.    Pengelolaan kelas
Menurut Arikunto menyatakan: “Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan penanggung jawab kegiatan belajar sehingga dapat terlaksana kegisatan belajar seperti yang diharapkan.”[16]
Seorang guru dituntut mampu mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pengajaran dan mampu untuk menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi, tertib dan aman sehingga suasana mengajar menyenangkan. Siswa-siswa  terdorong juga untuk mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas sampai dengan tuntas dan menyenangkan. Guru mata pelajaran biologi harus dapat menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga siswa terdorong untuk mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas.
2. Memberikan penghargaan
Guru mata pelajaran biologi harus dapat memberikan penghargaan kepada siswa sebagai umpan balik dari keberhasilan yang telah dicapai. Mustaqim dkk menyatakan: “Penghargaan adalah motif positif, penghargaan dapat  menimbulkan inisiatif, energi, kompetisi, ekorasi pribadi dan abilita-abilita kreatif.”[17] Menghargai siswa atas keberhasilannya mempelajari mata pelajaran biologi akan menumbuhkan rasa percaya diri yang kuat. Dengan demikian akan terdorong siswa untuk lebih giat belajar.
3. Kritik secara mendidik
Tidak selamanya siswa-siswa itu bersikap baik, tetapi pasti adalah yang salah. Menanggapi hal tersebut seorang guru tidak boleh mengkritik siswa dengan memojokkannya. Akan tetapi, guru tersebut harus dapat mengkritik secara mendidik sehingga tidak menimbulkan kesan pada siswa bahwa guru itu marah padanya.
 Berdasarkan pengertian diatas didalam pelakanaan proses belajar mengajar seorang guru tidak lepas dari kurikulum yang berlaku saat ini. Setiap guru yang akan menyampaikan mata pelajaran, sebelumnya telah menyesuaikan materi yang akan diajarkan supaya sesuai dengan kebutuhan pendidikan dan kemampuan anak didik.

B.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran
1.
   Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul atau bersumber dari seseorang individu, menyangkut seluruh pribadi baik fisik maupun mental. Selain itu faktor ini juga merupakan daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah  pengaruh-pengaruh dari luar. Faktor internal tersebut meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Adapun yang termasuk dalam faktor fisiologis yakni kesehatan jasmani dan keadaan panca indra. Faktor-faktor fisiologis ini masih dapat lagi dibedakan menjadi dua macam, yaitu kesehatan jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisional tertentu terutama fungsi panca indra. Sedangkan faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar yaitu intelegensi atau kecerdasan, cara belajar, motivasi, minat, dan bakat.
a.       Faktor fisiologis
Faktor fisiologis meliputi faktor kesehatan dan faktor keadaan panca indra. Seperti kita ketahui bahwa belajar adalah salah satu aktifitas tersebut secara langsung. Kesehatan yang baik merupakan modal bagi seseorang untuk  menjalankan aktifitas tersebut. Tetapi sebaliknya jika seseorang yang kesehatan terganggu atau mengganggu aktifitasnya. Seseorang yang sering sakit-sakitan biasanya tidak dapat memusatkan fikirannya dalam belajar, sehingga mengakibatkan terhambat dalam belajar. The Liang Gie mengemukakan bahwa “Betapa cerdas dan rajinnya seorang siswa tetapi ia sering sakit-sakitan pasti sukar sekali memperoleh kemajuan dalam belajar. Keadaan fisik yang lemah merupakan penghalang yang sangat besar untuk dapat menyelesaikan pelajarannya.[18]

Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa proses belajar tidak dapat dipisahkan dari kondisi fisik atau keadaan jasmani seseorang itu yang belajar, karena kesehatan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar. Demikian pula halnya dengan keadaan panca indra, kenormalan panca indra seseorang dapat menentukan dalam proses belajar dan dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang serta membantu kelancaran belajarnya. Panca indra yang berfungsi baik memungkinkan akan menerima segala informasi dengan baik pula dan hal ini akan meninggalkan prestasi belajar  jadi dengan berfungsinya panca indra dengan berarti berkurangnya hambatan dalam belajar.


b.      Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar tersendiri dari:
1)    Motivasi
Motivasi merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu dan tidak hanya berasal dari diri seseorang, melainkan juga dari luar dirinya. Motivasi adalah daya penggerak dari dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu. Dalam hal ini Winkel menjelaskan:
“Keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki siswa itu tercapai, dikatakan “keseluruhan” karena biasanya ada beberapa motiv yang sama-sama menggerakan siswa untuk belajar. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Perannya yang khas adalah dalam hal gairah/semangat belajar, siswa yang bermotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.”[19]

      Motivasi belajar kuat dan besar hendaknya dimiliki individu dalam belajar. Dengan hadirnya motivasi yang besar, seseorang akan lebih giat lagi dalam belajar demi mencapai prestasi yang lebih baik.
2)    Minat
Minat merupakan suatu keinginan untuk melakukan suatu kegiatan seseorang untuk belajar. Dengan adanya minat yang tinggi biasanya kecenderungan untuk menyelesaikan kegiatan itu akan lebih kuat, keberhasilan yang dicapai akan lebih memuaskan.


3)    Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih orang  yang berbakat dalam  suatu bidang mencapai prestasi yang tinggi dalam bidang tersebut. Kapasitas bakat pada diri seseorang tidaklah sama untuk semua jenis aktifitas. Bakat tersebut berkembang dengan baik atau dipengaruhi oleh lingkungannya.
4)    Kecerdasan
 Kecerdasan adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir dan juga dipengaruhi oleh lingkungan. Kecerdasan merupakan sesuatu dapat berkembang terus atau terkadang bisa mengalami kemunduran. Mengenai kecerdasan ini W.S Wingkel mengemukakan sebagai berikut:
“Kecerdasan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap tinggi rendahnya prestasi yang dicapai oleh murid. Kecerdasan merupakan sesuatu yang dinamika, ia dapat berkembang terus menerus atau terkadang mengalami kemunduran. Hal tersebut disebabkan karena adanya berbagai faktor yang dapat menpengaruhi kecerdasan seperti faktor genetik, lingkungan dan gizi.”[20]

5)    Cara Belajar
Purwanto menyatakan bahwa: “Semakin tinggi kemampuan belajar, semakin besar kemungkinan untuk berhasil. Namun kemampunan belajar tidak hanya ditentukan oleh taraf kecerdasan yang dimiliki, tapi tergantung pula cara belajar yang ditepuhnya. Kemajuan dalam belajar sangat tergantung pada disiplin, rencana yang teratur dan minat terhadap apa yang dimiliki.”[21]



2.    Faktor Eksternal.
Faktor eksternal merupakan segala sesuatu baik kondisi maupun situasi lingkungan, yang ikut memberikan pengaruh terhadap kesuksesan seseorang dalam belajar. Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar seseorang pada umumnya. Faktor ini terbagi atas tiga bagian, yaitu: 
a.         Faktor Lingkungan Keluarga
Keluarga sebagai tempat pertama seseorang memperoleh pendidikan. Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dan sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar. Di dalam keluargalah seseorang belajar segala sesuatu yang memungkinkan perkembangan dan pertumbuhannya. Sehubungan dengan itu winarno Surahmad mengemukakan:
“Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama yang memberi pengaruh terhadap perkembangan anak, keluarga besar atau kecil, keluarga miskin atau kaya.”[22]
Jadi jelaslah bahwa betapa pentingnya keluarga sebagai tempat pertama dikenal anak dalam pergaulan maupun perkembangannya dan keluarga pula yang memberikan pendidikan dan pembentukan moral serta tingkah laku pada seseorang.
b.      Faktor Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan tempat berlatih untuk mengembangkan kemampuan berfikir dengan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Sekolah juga merupakan kelanjutan dari pendidikan dalam keluarga yang tidak diperoleh seseorang dalam keluarga. Bukan berarti keluarga menyerahkan tugasnya pada sekolah tetapi keluarga dan sekolah harus saling isi mengisi, bekerja sama dalam memberikan bantuan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Mengenai hal ini Winarno Surahmad mengemukakan: “Kehidupan di sekolah merupakan jambatan antara kehidupan masyarakat dan juga lanjutan dari pendidikan dalam keluarga.”[23] 
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mampunyai peranan untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki anak agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai manusia. Setiap sekolah mengajarkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan keterampilan, diajarkan berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga para pendidik akan selalu berpedoman pada tujuan yang akan dicapai oleh setiap siswa dalam suatu unit tertentu. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, perlu adanya kerjasama antara sekolah, dan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh perubahan kemajuan masyarakat yang berpengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
c.       Faktor Lingkungan Masyarakat
Selain faktor-faktor yang telah dijelaskan sebelumnya faktor lainnya yang tidak kalah besarnya terhadap kemajuan belajar seseorang yaitu faktor lingkungan masyarakat. Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan merupakan kunci keberhasilan seseorang. Sesuatu yang diperoleh di rumah dan sekolah akan dibawa kembali dalam kehidupan sehari-hari ditengah-tengah masyarakat Winarno Surahmad mengemukakan:
“Keluarga saja tanpa memperhitungkan masyarakat dan sekolah atau hanya keluarga dan sekolah saja tanpa memperhitungkan masyarakat adalah tidak mungkin. Keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan pusat pendidikan. Apa yang diterima anak dalam keluarga dan sekolah dicobakan anak dalam masyarakat.”[24]

   Berdasarkan pendapat tersebut jelaslah bahwa ketiga faktor itu sama-sama berperan terhadap perkembangan prestasi seseorang. Namun demikian kesiapan belajar seseorang juga turut menentukan keberhasilan belajarnya.

C. Penerapan Metode Karya Wisata
1.    Pengertian Metode Karya Wisata
            Metode karyawisata adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan membawa murid langsung kepada obyek yang akan dipelajari di luar kelas.
 Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian karyawisata berarti siswa-siswa mempelajari suatu obyek di tempat mana obyek tersebut berada. Karyawisata dapat dilakukan dalam waktu singkat beberapa jam saja ataupun cukup lama sampai beberapa hari. Dan diharapkan pada pendidik agar bisa mengajarkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
            Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Roestiyah mengemukakan:
Karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik pertanian, periakanan, mesium, dan sebagainya.[25]
Teknik  karya wisata dapat disimpulkan memiliki keunggulan sebagai berikut: 
a)      Siswa dapat berpartisispasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas pada obyek karya wisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh disekolah, sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau ketrampilan mereka.
b)     Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka.
c)      Dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam praktek.
d)       Dengan obyek yang ditinjau itu siswa dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi, yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.
            Penggunaan teknik karya wisata ini masih juga ada keterbatasan yang perlu diperhatikan atau diatasi agar pelaksanaan teknik ini dapat berhasil guna dan berdaya guna, ialah sebagai berikut: Karya wisata biasanya dilakukan di luar sekolah, sehingga mungkin jarak tempat itu sangat jauh di luar sekolah, maka perlu mempergunakan transportasi, dan hal itu pasti memerlukan biaya yang besar. Juga pasti menggunakan waktu yang lebih panjang daripada jam sekolah, maka jangan sampai mengganggu kelancaran rencana pelajaran yang lain. Biaya yang tinggi kadang-kadang tidak terjangkau oleh siswa maka perlu bantuan dari sekolah. Bila tempatnya jauh, maka guru perlu memikirkan segi keamanan, kemampuan pihak siswa untuk menempuh jarak tersebut, perlu dijelaskan adanya aturan yang berlaku khusus di proyek ataupun hal-hal yang berbahaya.
     Penerapan metode karya wisata sangalah penting diterapkan pada anak-anak sekolah khususnya tingkat SMP, karena meetode karya wisata ini bertujuan untuk melengkapi pengetahuan yang diperoleh di sekolah atau, melihat, mengamati, menghayati secara langsung dan nyata mengenai obyek tersebut, serta menanamkan nilai moral pada siswa.

2.    Kelebihan dan kekurangan metode karyawisata
     Setiap metode pengajaran pasti tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan metode karya wisata ini, pasti ada kelebihan dan kekurangannya seperti yang kita lihat dibawah ini.
a.       Kelebihan metode karya wisata sebagai berikut :
·        Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pelajaran.
·        Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada dimasyarakat.
·         Pelajaran dapat lebih merangsang kreatifitas anak.
·         Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas, mendalam dan aktual.
b. Kekurangan metode karya wisata sebagai berikut :
·         Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak
·         Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang
·      Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan
·      Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik dilapangan.
·      Biayanya cukup mahal.
·      Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.
Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu langkah-langkah sebagai berikut:
a.    Persiapan tujuan karya wisata. Untuk menetapkan tujuan ini ditunjuk suatu panitia dibawah bimbingan guru, untuk mengadakan survei ke objek yang dituju. Dalam kunjungan pendahuluan ini sudah harus diperoleh data tentang objek antara lain tentang lokasi, aspek - aspek yang dipelajari, jalan yang ditempuh, penginapan, makan dan biaya transportasi, bila objek yang dituju jauh.
b. Perencanaan seperti:
·         Hasil kunjungan pendahuluan ( survei ) dibicarakan bersama dalam rangka menyusun perencanaan yang meliputi : tujuan karyawisata, pembagian objek sesuai dengan tujuan,jenis objek sesuai dengan tujuan, jenis objek serta jumlah siswa
·         Dibentuk panitia secara lengkap, termasuk ketua tiap kelompok / seksi
·         Menentukan metode mengumpulkan data, mungkin berwujud wawancara, pengamatan langsung, dokumentasi
·         Penyusunan acara selama karyawisata berlangsung. Kepada para siswa harus ditanamkan disiplin dalam mentaati jadwal yang telah direncanakan sehingga pelaksanaan berjalan lancar sesuai dengan rencana
·         Mengurus perizinan
·         Menentukan biaya, penginapan, konsumsi serta peralatan yang diperlukan
c.   Siswa melaksanakan tugas sesuai dengan pembagian yang telah ditetapkan dalam rencana kunjungan, sedangkan guru mengawasi, membimbing, bila perlu menegur sekiranya ada siswa yang kurang mentaati tata tertib sesuai acara.
d.    Pembuatan laporan

·       Hasil yang diperoleh dan kegiatan karya wisata ditulis dalam bentuk laporan yang formatnya telah disepakati bersama.





[1] Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2009) hal, 1-3

[2]  Asri Budi Ningsih, Belajar Dan Pembelajaran (Jakarta : Renika Citra, 2005), hal. 30.
[3] Eggen dan Kauchak, Pengertian Pembelajaran, (Online: 6 Agustus 2007), http//Eggan dan Kauchak. Blog. Persimpangan. Woordpres. Com. Diakses 29 0ktober 2011 pukul  13.30 WIB.

[4] Ibid hal, 31

[6] Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran,,,,,,,,,,, hal, 49
[7]Ibid, hal.14.

[8]Hendyat Soetopo, Pengantar Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan, (Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Administrasi Dan Supervise Pendidikan,2000), hal. 173.
[9]Suryana, Membina Perpustakaan Sekolah Pengantar Teori Dan Praktek, (Bandung: Gamaco NV,1977), hal.173.

[10]Moedjadi, Pengelolaan Laboratorium Sekolah, (Bandung: Tarsito,2000), hal. 1.
[11]Ibid, hal.3.

[12]Darwis.A.Sulaiman, Pengantar Kepada Teori Dan Praktek Pengajaran, (Semarang: Semarang Press, 1979), hal. 278.
[13]E.T.Ruseffendi, Dasar-Dasar Matematika Modern, (Jakarta: Rajawali Press, 1979), hal. 1.

[14]Nasution. S, Didaktik Azas-Azas Mengajar, (Bandung: Jemmars, 2002), hal. 38.

[15]N.Sukarno, Hadiat Kertiasa, Padmawinata.D, Dasar-Dasar Pendidikan Science, (Jakarta: Bahtera, 2001), hal. 38.
[16]Suhasimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bineka Aksara, 1996), hal. 67.

[17] Moestaqim, Pengelolan Laboratorium Sekolah, (Bandung: Tarsito, 1991), hal. 3.
[18]The Liang Gie, Cara Belajar Yang Efisien (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada 1983), hal.29.

[19]Winkel, Motivasi Dan Prestasi Belajar, (Jakarta: Gunung Agung, 2004), hal.27.
[20] Ibid, hal. 25.

[21] Ngalim Purwanto,M, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Fakultas Ekonomi, 1986), hal. 87.
[22]Winarno Surahmad ,Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: Jemmart, 2000), hal. 31.
[23]Ibid, hal. 72.
[24]Ibid, hal. 72.

[25] ttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=kelebihan dan kekurangan metode pariwisata&source=web&cangg diakses 12:30, hari senin, Tanggal 01-Oktober-2011