Wednesday, November 20, 2013

PENERAPAN MEDIA GAMBAR PADA PEMBELAJARANBIOLOGI

PENERAPAN MEDIA GAMBAR PADA PEMBELAJARANBIOLOGI
A.                Pengertian Media Pembelajaran
            Kata media berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Akan tetapi sekarang kata tersebut digunakan baik bentuk jamak maupun mufrad.[1] Ada beberapa  pendapat memberikan  pengertian media seperti berikut ini:
1.      Schram berpendapat media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi media adalah perluasan dari guru.
2.      Asosiacition Of Education Comunication Technology (AECT) berpendapat bahwa media merupakan segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan.
  1. Menurut Heinich mengatakan bahwa media merupakan alat saluran komunikasi. Contohnya film, televisi, diagram, bahan cetak, computer, bahan hidup atau tidak hidup dan instruktur. Contoh tersebut bisa dipertimbangkan sebagai media pembelajaran jika membawa pesan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.[2)
            Selanjutnya pendidikan merupakan     Pesan yang disampaikan oleh komunikator diteruskan oleh media ke komunikan, atau dengan kata lain, pendidikan adalah pesan yang disampaikan guru kepada muridnya, sebagai penerima pesan. Dipahami atau tidaknya suatu pesan oleh komunikan tergantung dari feedback yang diberikan oleh komunikan. Untuk membantu penyampaiyan pesan ini diperlukan saluran berupa media .[3]
            Media dapat digunakan dimanapun juga. Jika media digunakan dalam hubungannya dengan instruksional, maka media tersebut dikenal dengan media pembelajaran, atau media pendidikan, ataupun alat peraga.
Media mengajar yang dikenal dengan media pembelajaran atau media pendidikan yang dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti “alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengajaran atau pembelajaran.”[4] Dilihat dari pengertian di atas, media pendididikan diartikan sebagai alat atau bahan yang ada hubungannya dengan dunia pengajaran, mencakup kapur, buku, in focus dan sebagainya. Lebih lanjut, tidak jauh berbeda dengan pengertian sebelumnya,  Moerdjiono dalam bukunya Media pendidikan menyebutkan bahwa Media pendidikan adalah alat bantu atau media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang biasanya dituangkan dalam GBPP dan dimaksud untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar.[5]
Media juga seringkali diartikan sebagai alat yang dapat dilihat dan di dengar. Alat-alat ini dipakai dalam pengajaran dengan maksud untuk membuat cara berkomunikasi lebih efektif dan efisien. Dengan menggunakan alat-alat ini, guru dan siswa dapat berkomunikasi lebih mantap, hidup dan interaksinya bersifat banyak arah. Seperti yang dikemukakan oleh Azhar Arsyad bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut dengan media komunikasi.[6]
Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari: buku, tape recorder, Benda Nyata, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan computer. Dari beberapa pendapat diatas tentang pengertian media, penulis  dapat diambil kesimpulan bahwa:
(1) Media adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai dengan sempurna.
 (2) Media berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar.
 (3) Adapun yang disampaikan oleh guru mesti menggunakan media, paling tidak yang digunakan adalah media verbal yaitu berupa kata-kata yang diucapkannya dihadapan siswa.
(4)  Agar tidak terjadi miskomunikasi dan misunderstanding antara murid dan guru, pemilihan media harus tepat dengan metode pengajaran yang digunakan.
B.                 Jenis - Jenis Media Pembelajaran
Pengelompokan berbagai jenis media pembelajran apabila dilihat dari perkembangan teknologi oleh Azhar[7] dibagi dalam dua katagori luas yaitu, media tradisional dan media teknologi mutakhir. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada pembahasan berikut:
1.    Media Tradisional terdiri dari :
a.         Visual diam yang diproyeksikan
·         Proyeksi apaque ( tak tembus pandang )
·         Proyeksi overhead
·         Slides
·         Filmstrips
b.        Visual yang tak diproyeksikan
·         Gambar , poster
·         Foto
·         Chart, grafik, diagram
·         Pameran , papan info, papan-bulu
c.         Audio
·         Rekaman piringan
·         Pita kaset, reel, cartridge
d.        Penyajian Multimedia
·         Slide plus image
·         Multi image
e.         Visual dinamis yang diproyeksikan
·         Film
·         Television
·         Video
f.                 Cetak
·         Buku teks
·         Modul teks program
·         Workbook
·         Majalah ilmiah, berkala
·         Lembaran lepas
g.         Permainan
·         Teka-teki
·         Simulasi
·         Permainan papan
h.        Realia
·         Model
·         Specimen ( contoh )
·         Manipulative ( Peta, boneka )


2.    Pilihan Media Teknologi Mutakhir terdiri dari :
a.         Media berbasis telekomunikasi
·         Telekonferen
·         Kuliah jarak jauh
b.        Media berbasis mikroprosesor
·         Computer-assistence instruction
·         Permainan computer
·         Sistem tutor intelijen
·         Interaktif
·         Hypermedia
·         Compact ( Vidio ) disc.
Sedangkan menurut Latuheru mengemukakan bahwa Jenis-jenis media dapat digolongkan sebagai berikut:
1.        Alat-alat visual dua dimensi pada bidang yang tidak transparan yang meliputi gambar, gambar yang diproyeksikan dengan opaque projector, lembaran balik, wayang beber, grafik, diagram, bagan, peta, poster, gambar hasil cetak saring, foto dan gambar sederhana dengan garis dan lingkaran
2.        Berbagai macam papan yang meliputi papan tulis, papan flannel, papan magnet (white board) dan papan peragaan
3.        Alat-alat visual tiga dimensi yaitu meliputi benda alami, model, barang contoh atau specimen, alat tiruan sederhana atau mock-up, diaroma, pameran, dan bak pasir
4.        Alat-alat audio yang meliputi tape-recorder dan radio
5.        Alat-alat audio visual murni yang meliputi film suara
6.        Demonstrasi dan widyawisata.”[8]
Menurut Rudi Susilana mengelompokan media kepada tujuh macam kelompok media pembelajaran. Yaitu :
1.       Media Grafis, Bahan Cetak Dan Gambar Diam
a)      Media Grafis   
Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, idea atau gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan simbul atau gambar. Grafis biasanya digunakan untuk menarik perhatian, memperjelas sajian idea dan mengilustrasikan fakta-fakta sehingga menarik dan diingat orang.
Yang termasuk media grafis antara lain :
·         Grafik
·         Diagram
·         Bagan
·         Sketsa
·         Poster
·         Papan flannel
·         Bulletin Board

b)      Media Bahan Cetak
Adalah media visual yang pembuatannya melalui proses pencetakan atau printing atau offset. Media bahan cetak ini biasanya disajikan melalui huruf dan gambar-gambar yang diilustrasukan untuk lebih mempejelas pesan atau informasi yang disajikan.
Yang  jenis media bahan cetak diantaranya adalah :
·         Buku teks
·         Modul
·         Bahan Pengajaran terpogram

c)      Media Gambar Diam
Adalah media visual yang berupa gambar yang dihasilkan melalui proses fotografi.
Jenis media gambar ini adalah
·         Foto
2.      Media Proyeksi Diam
Media proyeksi diam adalah media visual yang diproyeksikan atau media yang meproyeksikan pesan, dimana hasil proyeksinya tidak bergerak atau memiliki sedikit unsure gerakan.
a)      Media OHP dan OHT
OHT ( Overhead Tranparency ) adalah media visual yang diproyeksikan melalui alat proyeksi yang disebut OHP ( overhead Projector ). OHT terbuat dari bahan transparan yang biasanya berukuran 8,5 x  11   inci.
Ada 3 jenis bahan yang dapat digunakan sebagai OHT yaitu :
·         Write on film ( Plastik transparan )
·         PPC tranparancy film ( Plain Paper Copier )
·         Infrared Transparancy Film
OHP ( Overhead Projector ) adalah media yang digunakan untuk memproyeksikan program-program transparansi pada sebuah layar. Biasanya alat ini digunakan untuk menggantikan papan tulis.
Ada dua jenis model OHP yaitu :
·         OHP Classroom
·         OHP Portable.

b)      Media Opaque Projector
Opaque Projector atau proyektor tak tembus pandang adalah media yang digunakan untuk memproyeksikan bahan dan benda-benda yang tidak tembus pandang. Seperti buku, foto dan model-model baik yang dua dimensi maupun yang tiga dimensi.

c)      Media Slide
Media slide atau film bingkai adalah media visual yang diproyeksikan melalui alat yang disebut dengan proyektor slide. Slide atau film bingkai terbuat dari film positif yang kemudian diberi bingkai yang terbuat dari karton atau plastik.

d)      Media Filmstrip
Filmstrip atau film rangkai atau film gelang adalah media visual proyeksi diam, yang pada dasarnya sama dengan media slide. Hanya filmstrip ini terdiri dari atas beberapa film yang merupakan satu kesatuan ( merupakan gelang, dimana antara ujung yang satu dengan ujung yang lainnya bersatu )

3.      Media Audio
Media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya dapat diterima oleh indera pendengaran. Pesan atau informasi yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambing-lambang auditif yang berupa kata-kata, musik, dan  sound  effect.
Jenis media audio ini diantaranya :
·      Media Radio
Radio adalah media audio yang penyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran gelombang elektromagnetik dari suatu pemancar. Pemberi pesan atau penyiar secara langsung dapat mengkomunikasikan pesan atau informasi melalui suatu alat microfon yang kemudian diolah dan dipancarkan ke segenap penjuru melalui gelombang elektromagnetik dan penerima pesan atau pendengar menerima pesan atau informasi tersebut dari pesawat radio di rumah-rumah atau para siswa mendengarkannya di kelas-kelas.
·           Penggunaan Media Alat Perekam Pita Magnetik.
Alat perekam pita magnetic atau kaset tape recorder adalah media yang menyajiankan pesannya melalui proses perekaman kaset audio. Tidak seperti radio yang menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai alat pemancarannya.
4.       Media Audiovisual Diam
Media Audiovisual Diam adalah media yang penyampaian pesannya dapat diterima oleh indera pendengaran dan indera penglihatan, akan tetapi gambar yang dihasilkan adalah gambar diam atau sedikit unsur gerak. Jenis media ini berupa media saund slide, filmstrip bersuara dan halaman bersuara.

5.      Film ( Motion Picture )
Film disebut juga gambar hidup ( motion picture ), yaitu serangkaian gambar diam ( still picture ) yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga menimbul kesan hidup dan bergerak. Film merupakan merupakan media yang menyajikan pesan audiovisual dan gerak. Ada beberapa film yaitu : film bisu, film beruara, film gelang.

6.      Televisi
Adalah media yang dapat menampilkan pesan secara audiovisual dan gerak ( sama dengan film ) jenis media television diantarnya :
a)         Media Televisi Terbuka
Merupakan media audiovisual gerak yang penyampaian pesannya melalui pancaran gelombang elektromagnetik dari satu stasiun, kemudian pesan tersebut diterima oleh pemirsa melalui pesawat televisi.
b)        Media Televisi Siaran Terbatas
Merupakan media audiovisual gerak yang penyampaian pesannya didistribusikan melalui kabel ( bukan TV kabel ). Dengan perkataan lain, kamera televisi mengambil suatu objek di studio, misalnya guru sedang mengajar, kemudian hasilnya didistribusikan melalui kabel-kabel ke pesawat televisi yang ada di ruangan-ruangan kelas.

c)         Media Video Cassette Recorder
Berbeda dengan film, media ini perekamannya dilakukan dengan menggunakan kaset video, dan penayangannya melalui pesawat televisi.

7.      Multi Media
Merupakan suatu sistem penyampaian dengan menggunakan berbagai jenis bahan belajar yang berbentuk suatu unit atau paket. Mencakup modul belajar yang terdiri atas bahan cetak, bahan audio dan bahan audiovisual.
a)      Media Objek
Merupakan media tiga dimensi yang penyampaian informasinya tidak dalam bentuk penyajian, melainkan melalui fisik sendiri, seperti ukurannya, bentuknya, beratnya, susunannya, warnanya, fungsinya dan sebagainya.
Media objek ini dibagi kepada 2 macam yaitu :
·           Media objek Sebenarnya, juga dibagi dua jenis yaitu :
Media objek alami dan media objek buatan, media objek alami terbagi kepada dua macam, yaitu media objek alami yang hidup dan media objek alami yang tidak hidup.
·           Media objek Pengganti, ada beberapa macam media pengganti ini yaitu : replika, Model, dan Benda tiruan. 

b)      Media Interakatif
Media ini tidak hanya media atau objek, melainkan siswa dituntut untuk berinteraksi selama mengikuti pelajaran. Media ini mencakup : mesin pembelajaran, simulator, laboratorium bahasa, komputer dan video interaktif.[9]
Penggunaan media atau alat peraga dalam pendidikan sekarang ini sudah suatu keharusan. Penggunaan media pengajaran oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar sungguh menjadi suatu yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar  mengajar. Baik keaktifan belajar, kemenarikan maupun penyampaian informasi instruksional lainya.
Dengan adanya media atau alat peraga maka tradisi lisan dan tulisan dalam proses belajar mengajar dapat diperkaya dengan berbagai alat/ media pengajaran. Tersedianya berbagai macam media, guru dapat mrnciptakan berbagai situasi kelas, menentukan metode atau teknik yang akan dipakai dalam situasi yang berlainan dan menciptakan iklim dan emosional yang sehat diantara murid-muridnya.
Secara umum media mempunyai kegunaan :
1.         Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas.
2.         Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indera
3.         Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung, antara murid dengan sumber belajar.
4.         Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya.
5.         Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.[10]
Adapun fungsi media pendidikan dalam pembelajaran adalah :
1.         Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.
2.         Memperbesar perhatian siswa
3.         Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.
4.         Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
5.         Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutatama melalui gambar hidup.
6.         Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan bahasa
7.         Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efesiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.[11]
Selanjutnya Kemp dan Dayton berpendapat bahwa fungsi media pendidikan atau alat peraga pembelajaran adalah :
1.         Penyampaian pelajaran lebih baku
2.         Pembelajaran lebih menarik
3.         Pembelajaran lebih interaktif
4.         Lama waktu pembelajaran bisa dipersingkat.
5.         Kualitas belajar bisa lebih meningkat
6.         Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana saja.
7.         Memberikan sikap positif siswa pada apa yang mereka pelajari.
8.         Peran guru dapat diarahkan kearah lebih positif. Beban guru dalam pembelajaran berulang-ulang dapat dikurangi.[12]
Pengembangan media pembelajaran hendaknya diupayakan untuk memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dan berusaha menghindari hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses pembelajaran. Secara rinci, fungsi media dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.
1.  Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan perantaraan gambar, potret, slide, film, video, atau media yang lain, siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang benda/peristiwa sejarah.
2.  Mengamati benda/peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang. Misalnya, video tentang kehidupan harimau di hutan, keadaan dan kesibukan di pusat reaktor nuklir, dan sebagainya.
3.   Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atau terlalu kecil. Misalnya dengan perantaraan paket siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang bendungan dan kompleks pembangkit listrik, dengan slide dan film siswa memperoleh gambaran tentang bakteri, amoeba, dan sebaginya.
4.  Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung. Misalnya, rekaman suara denyut jantung dan sebagainya.
5.  Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara langsung karena sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar, potret, slide, film atau video siswa dapat mengamati berbagai macam serangga, burung hantu, kelelawar, dan sebagainya.
6.   Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati. Dengan slide, film, atau video siswa dapat mengamati pelangi, gunung meletus pertempuran, dan sebagainya
7.    Mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak/sukar diawetkan. Dengan menggunakan model/benda tiruan siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang organ-organ tubuh manusia seperti jantung, paru-paru, alat pencernaan, dan sebagainya.
8.    Dengan mudah membandingkan sesuatu. Dengan bantuan gambar, model atau foto siswa dapat dengan mudah membandingkan dua benda yang berbeda sifat ukuran, warna, dan sebagainya.
9.  Dapat melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat. Dengan video, proses perkembangan katak dari telur sampai menjadi katak dapat diamati hanya dalam waktu beberapa menit. Bunga dari kuncup sampai mekar yang berlangsung beberapa hari, dengan bantuan film dapat diamati hanya dalam beberapa detik.
10. Dapat melihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat. Dengan bantuan film atau video, siswa dapat mengamati dengan jelas gaya lompat tinggi, teknik loncat indah, yang disajikan secara lambat atau pada saat tertentu dihentikan.
11. Mengamati gerakan-gerakan mesin/alat yang sukar diamati secara langsung. Dengan film atau video dapat dengan mudah siswa mengamati jalannya mesin 4 tak, 2 tak, dan sebagainya.
12. Melihat bagian-bagian yang tersembunyi dari suatu alat. Dengan diagram, bagan, model, siswa dapat mengamati bagian mesin yang sukar diamati secara langsung.
13. Melihat ringkasan dari suatu rangkaian pengamatan yang panjang/lama. Setelah siswa melihat proses penggilingan tebu atau di pabrik gula, kemudian dapat mengamati secara ringkas proses penggilingan tebu yang disajikan dengan menggunakan film atau video (memantapkan hasil pengamatan).
14. Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati suatu obyek secara serempak. Dengan siaran radio atau televisi ratusan bahkan ribuan mahasiswa dapat mengikuti kuliah yang disajikan seorang profesor dalam waktu yang sama.
15. Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masing-masing. Dengan modul atau pengajaran berprograma, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kesempatan, dan kecepatan masing-masing.[13]

C.                Jenis Media Pembelajaran Biologi
Berikut seorang guru dapat memanfaatkan beberapa media pembelajran dalam pembelajaran biologi dalam kegiatan proses belajar mengajar di depan kelas. Di antaranya media-media pembelajaran tersebut dapat penulis rincikan sebagai berkut :


1.       Media Non-elektronik dalam Pembelajaran Biologi
Kelompok katagori media nonelektronik didasarkan kepada cara pengelompokkan atau klasifikasi media berdasarkan diperlukan tidaknya perangkat elektronik untuk menjalankan media tersebut. Menurut Abdulhak & Sanjaya , media non elektronik adalah media yang dapat digunakan tanpa bantuan alat-alat elektronik seperti media grafis, model, chart, mock-up, specimen dan sebagainya. Karena tidak adanya tuntutan perangkat elektronik yang pada umumnya memerlukan energi listrik, memungkinkan kelompok media ini dapat digunakan di berbagai daerah yang belum memiliki sumber energi listrik.[14] Media non-elektrik ini banyak sekali jenisnya. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a.         Media Grafis Dan Chart
Media ini tentunya bukan hal yang asing bagi Anda. Ketika Anda memperhatikan presentasi dari seseorang, sering sekali presenter menunjukkan grafis, gambar atau chart untuk memperjelas pesan yang ingin disampaikannya kepada yang hadir. Namun demikian peranan media ini dalam menyampaikan pesan terbatas hanya dapat dicerna melalui penginderaan mata. Sehingga dalam konteks belajar mengajar tidak banyak menuntut siswa untuk menggunakan alat indera lainnya.
b.         Media Asli
Media asli atau specimen merupakan objek sebenarnya yang digunakan sebagai alat bantu pembelajaran. Cakupan media asli dalam pembelajaran Biologi sangat luas, mulai dari bagian kecil dari suatu objek sampai ke objek utuh lengkap dengan habitatnya[15]. Berdasarkan ukurannya mulai dari objek yang besar sampai dengan objek mikroskopis yang hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Media asli sering juga disebut sebagai realia karena media tersebut adalah objek nyata (real), dalam kaitan materi Biologi  adalah makhluk hidup utuh atau bagian-bagiannya.[16]
Menampilkan objek nyata di dalam kelas, dapat memberikan pengalaman langsung kepada para siswa saat pembelajaran. Apabila memungkinkan para siswa dapat menyentuh, membaui, memegang atau memanipulasi objek tersebut. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan media asli antara lain tingkatan pengalaman siswa yang belajar dan ketersediaan objek sebagai media. Beberapa objek mungkin terlalu besar atau terlalu kecil untuk disajikan pada tingkatan sekolah
Ketika sedang berlangsung kegiatan belajar mengajar Biologi, guru dapat menggunakan peserta didik sebagai media atau bahkan kelas yang digunakannya juga dapat berperan sebagai media. Demikian juga untuk di luar kelas, halaman sekolah, kebun sekolah, kolam dan taman sekolah dapat digunakan sebagai media apabila diperlukan. Melalui media asli, anak didik melihat langsung peristiwa yang nyata, yang jauh lebih baik ketimbang sekedar membaca uraian atau deskripsi mengenai objek tersebut.
Siswa dapat melihat  ikan, lintah, kucing, burung , serangga ,katak, jangkrik atau binatang lainya yang ada kaitan dengan materi pelajaran, juga tumbuh-tumbuhan yang masih segar seperti rumput-rumputan, bunga-bunga, lumut, paku-pakuan dan sebagainya. Kesemua media atau alat peraga tersebut akan memberikan nilai lebih pada siswa.
Contoh lain lagi dalam pembelajaran konsep keanekaragaman, melalui sajian berbagai macam bentuk daun yang diperoleh dari lingkungan sekitar, para siswa dalam suasana senang dapat membandingkan, mengelompokkan daun-daun tersebut berdasarkan pengetahuan dan pemahamannya masing-masing
Berdasarkan kondisi dari pada media tersebut, media asli dapat dibagi atas dua yaitu :
1.        Media Segar
Media segar atau seringkali disebut sebagai preparat segar dapat diartikan sebagai media yang langsung disiapkan dan dipakai saat media tersebut masih benar-benar alami. Keuntungan media atau bahan segar tersebut antara lain kondisi media yang sama persis dengan keadaan alaminya, seperti ukuran, warna serta perilakunya (apabila media tersebut berupa hewan).
Para siswa akan sangat diuntungkan dengan penggunaan media segar tersebut, karena apa yang mereka pelajari sangat menunjukkan kedekatannya dengan kehidupan sehari-hari.
Contoh media segar yang umum digunakan dalam kegiatan pembelajaran Biologi adalah:
·         Tumbuhan dan bagian-bagiannya; akar, batang, daun, bunga, buah, biji, sporangium dan sebagainya
·         Binatang; mencit, burung merpati, katak hijau, ikan, udang, belalang, jangkrik, cacing tanah, Planaria dan sebagainya. [17]
2.         Media Awetan
Media awetan terdiri dari awetan basah dan awetan kering. Awetan basah dibuat dengan cara merendam tumbuhan dan atau binatang baik dalam bentuk utuh atau pun bagian-bagiannya dalam larutan pengawet.
Larutan pengawet tersebut umumnya berupa alcohol dengan konsentrasi 50% - 70%, campuran formalin, asam asetat dan alcohol (larutan FAA) atau larutan formalin 4%. Larutan alcohol biasanya digunakan untuk mengawetkan binatang rendah dari Phylum Arthropoda. Pengawet FAA banyak digunakan untuk mengawetkan specimen tumbuh-tumbuhan. Untuk tumbuhan tingkat rendah seperti lumut biasanya digunakan FAA konsentrasi rendah, sedangkan untuk tumbuhan berkayu menggunakan FAA dengan konsentrasi tinggi. Larutan formalin 4% digunakan untuk mengawetkan binatang atau bagian tubuh binatang dengan cara merendamkannya. Hal yang perlu diperhatikan pada media awetan basah adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan awetan basah tersebut harus tertutup rapat dan specimen yang ada di dalamnya harus terendam, oleh karena itu volume larutan pengawetnya harus dijaga. Hal lainnya yang harus diperhatikan adalah ketika digunakan, larutan pengawet jangan sampai tertelan karena bersifat racun. [18]

Awetan kering dibuat dengan cara mengeringkan tumbuh-tumbuhan, binatang atau bagian-bagiannya baik dengan atau tanpa bahan pengawet. Contoh yang paling populer adalah herbarium yang diawetkan dengan sublimat. Serangga tertentu dapat diawetkan dengan cara menaruh kapur barus di tempat penyimpanannya. Contoh media awetan kering lainnya adalah rangka hewan yang dipasang sesuai dengan struktur aslinya dan taksidermi.
c.         Model
Model merupakan media tiga dimensi yang dapat dilihat, diraba dan mungkin dimanipulasi. Media model dibuat dalam usaha membantu mewujudkan realitas. Hal ini dimaksudkan untuk mensiasati kelemahan dari media asli yang tidak mungkin dijadikan alat pembelajaran di kelas yang disebabkan oleh berbagai alasan. Alasan tersebut antara lain ukuran yang ekstrim besar atau ekstrim kecil, bagian dalam media asli yang tidak tampak dari luar dan sebagainya. “Dalam beberapa kasus, media model sengaja dibuat dengan menghilangkan bagian-bagian tertentu agar bagian-bagian lainya lebih jelas. Melalui penggunaan model sebagai media, suatu objek dapat dibawa ke dalam kelas dalam bentuk replikanya.”[19] .
Adapun contoh dari model-model tersebut adalah seperti model kerangka manusia, hewan, dinosaurus, model tubuh manusia dan hewan yang bagian dalamnya bisa bongkar pasang, model telinga, model hati, model jaringan tubuh, model tubuh katak dan hewan lainya dan sebagainya.
Juga dapat digunakan beberapa model tumbuh-tumbuhan yang dapat dibongkar pasang, yang dapat dilihat bentuk dalam tumbuh-tumbuhan, atau potongan daun-daunan. Model-model tersebut sungguh memberikan gambaran atau pengalaman langsung bagi siswa untuk melihat secara nyata.
2.    Media Elektronik dalam Pembelajaran Biologi
Penamaan media elektronik didasarkan pada kebutuhan perangkat elektronik ketika akan menggunakannya dalam pembelajaran. Disamping kebutuhan perangkat elektronik, dalam penggunaan media kelompok ini diperlukan juga sumber listrik untuk menjalankan perangkat tersebut. Agar penggunaan media kelompok ini tidak terkesan memboroskan biaya, maka media yang disiapkan harus dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki kelebihan dengan macam media lainnya yang dari segi pembiayaan lebih murah.
Berdasarkan jenisnya media elektronik dapat dikelompokkan menjadi media audio, media visual dan media audio visual. Belakangan dengan munculnya computer yang secara luas dapat diaplikasikan ke dalam berbagai bidang termasuk bidang pendidikan dan atau pembelajaran, munculah kelompok media pembelajaran interaktif. Pada media interaktif tersebut selain menampilkan audio visual, juga media dapat diprogram untuk dapat “merespon” si pengguna (interaktif).[20]

Beberapa contoh media elektronik adalah overhead projector (OHP), slide projector, radio, televisi, computer dan sebagainya. Pada uraian berikut ini Anda akan mencoba mempelajari teknik pemanfaatan OHP, slide projector dan komputer dalam pembelajaran Biologi.
a.         Overhead Projector (OHP)
OHP merupakan jenis media proyeksi yang mengandalkan kemampuan visual peserta didik dalam merespon pesan.
b.         Proyektor Slide
Adalah media film bersuara dengan menggunakan satu seri gambar diam dalam film positif berupa slide (film bingkai) yang disajikan dengan memproyeksikannya satu demi satu secara berurutan dengan disertai pesan-pesan berupa audio melalui rekaman pada kaset[21].
c.         Komputer
Penggunaan komputer dalam dunia pendidikan itu sah- sah saja. Komputer, dengan power pointnya mempermudah bagi kita sebagai guru untuk membuat suatu media lebih menarik lagi, selain tulisan kita juga bisa menampilkan gambar yang dibuat sendiri atau mengambil dari media lainnya seperti mendonload dari internet atau tidak hanya gambar, kita juga bisa menampilkan animasi atau film sekalipun yang di ambil dari potongan-potongan film bisa itu dari VCD atau dari media
3.    Media Lainya.
Dalam pembelajaran biologi, disamping media yang telah dijelaskan di atas, ada media-media lain sebagai pendukung kegiatan belajar mengajar biologi. Media-media tersebut bisa berupa laboratorium dan perpustakaan sekolah.
Pemanfaatan laboratorium pada pelajaran biologi merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pengajaran. Laboratorium biologi tidak hanyal terbatas pada ruang laboratorium semata, namun laboratorium bisa dalam arti luas yaitu alam, atau lebih dikenal dengan laboratorium alami. Dimana hutan, pantai, laut, pekarangan, pabrik, industri, cagar alam, gunung bisa menjadi laboratorium bagi pembelajaran biologi[22]
D.                Media Gambar
Media gambar digolongkan dalam media grafis. Media gambar adalah salah satu media visual dua dimensi. Jenis media yang dapat dikatagorikan kedalam media visual dua dimensi yang menghasilkan pesan berupa bentuk atau rupa yang dapat dilihat.[23] Dalam beberapa pengertian yang penulis sajikan sebelumnya, pada perkembangannya media gambar dapat dikembangkan pada media gambar yang menggunakan alat elektronik, dan media gambar yang tidak menggunakan alat elektronik. Media gambar ini bisa dikatogorikan pada media gambar bergerak dan tidak bergerak.
Gambar pada dasarnya membantu mendorong para siswa dan dapat membangkitkan minatnya pada pelajaran. Membantu mereka dalam kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreatif dalam bercerita, dramatisasi, bacaan, penulisan, melukis dan menggambar serta membantu mereka menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks.[24]
Media gambar ini dapat dibagi dalam berbagai jenis media gambar. Adapun jenis media gambar dapat dijelaskan dalam penjelasan berikut ini:
a.         Gambar/ foto

Diantara media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai. Yang merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. Oleh karena itu ada pepatah cina yang mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata.
b.        Sketsa
Sketsa adalah gambar yang sederhana, atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Karena setiap orang yang normal dapat diajar mengambarkan. Selain dapat menarik perhatian murid, menhindari verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian pesan, harganya pun tidak perlu dipersoalkan sebab media ini di buat langsung oleh guru.
c.         Diagram
Sebagai suatu gambar sederhana yang menggunakan garis-garis dan simbol-simbol, diagram atau skema menggambarkan struktur dari objeknya secara garis besar, menunjukkan hubungan yang ada antara komponennya atau sifat-sifat proses yang ada antara komponen di situ.
d.        Bagan / Chart
Seperti halnya media grafis yang lain, bagan atau chart termasuk media visual. Fungsinya yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau lisan secara visual. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi.
e.         Stick Figure
Media ini hampir sama dengan media grafis sketsa, pada media stick figure ini bentuknya hanya berupa gambar garis-garis seperti tongkat, namun ciri-ciri atau detil suatu benda dapat dilihat dengan jelas oleh siswa. Guru dapat membuat langsung dengan kapur atau spidol langsung pada papan tulis.[25]
f.         Gambar cetak
Disamping foto ada pula gambar-gambar cetak lain yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran seperti, pamflet, gambar brosur, gambar lukisan cetak, dan lain sebagainya.
g.         Gambar Multimedia
Gambar multimedia juga merupakan gambar-gambar hasil desain computer dan juga gambar seperti yang disebutkan diatas, seperti foto, dsb. Yang penyajianya menggunakan alat-alat multimedia, seperti computer, infocus, OHP, slide, film strip dan initernet, yang kesemunya itu dapat digunakan dalam penyampaian materi pelajran oleh seorang guru.

E.                 Penerapan Media gambar Pada Pembelajaran Biologi
Pada pembelajaran Biologi, media/ alat peraga  merupakan hal yang sangat penting, mengingat alat peraga adalah bagian dari pada pokok atau objek dari bahan belajar itu sendiri, dari bahan yang bersifat tioritis, abtraks akan diinterprestasikan kedalam wujud yang konkrit dan nyata. Jadi dengan alat peraga siswa menangkap sisi visualnya, gambaran dari sesuatu benda atau bahan pelajaran jelas.
Pada pembelajaran biologi, penggunaan media gambar juga akan memberikan pengalaman yang konkrit bagi siswa  Siswa tidak hanya diberikan konsep tioritis, melalui gambar siswa akan menangkap penjelasan konkrit dari materi system rangka yang dijelaskan oleh seorang guru.
Dalam penerapan gambar di kelas seorang guru dapat menggunakan gambar langsung di depan kelas, atau mungkin guru dapat memanfaatkan media lainyan seperti computer atau infocus. Hal ini justru akan mempermudah siswa menangkap detil dari system rangka. Dengan menggunakan perangkat multimedia tersebut,  seorang guru dapat memperbesar  benda tersebut hingga sejelas-jelasnya dan sedetil-detilnya.
            Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan gambar yang perlu diperhatikan antara lain:
a.       Pergunakanlah gambar untuk tujuan-tujuan pengajaran yang spesifik, yaitu dengan cara memilih gambar tertentu yang akan mendukung penjelasan inti pelajaran atau pokok-pokok pelajaran. Tujuan khusus itulah yang mengarahkan minat siswa kepada pokok-pokok pelajaran. Bilamana tujuan instruksional yang ingin dicapainya adalah kemampuan siswa membandingkan kelompok hewan bertulang belakang dengan tidak, maka gambar-gambarnya harus memperhatikan perbedaan yang mencolok.
b.      Padukan gambar-gambar kepada pelajaran, sebab keefektivan pemakaian gambar-gambar di dalam proses belajar mengajar memerlukan keterpaduan. Bilamana gambar-gambar itu akan dipakai semuanya, perlu dipikirkan kemungkinan dalam kaitan pokok-pokok pelajaran. Pameran gambar di papan pengumuman pada umumnya mempunyai nilai kesan sama seperti di dalam ruang kelas. Gambar-gambar yang ril sangat berfaedah untuk suatu mata pelajaran, karena maknanya akan membantu pemahaman para siswa dan cara itu akan ditiru untuk hal-hal yang sama dikemudian hari.
c.       Pergunakanlah gambar-gambar itu sedikit saja, daripada menggunakan banyak gambar tetapi tidak efektif. Hematlah penggunaan gambar yang mendukung makna. Jumlah gambar yang sedikit tetapi selektif, lebih baik daripada dua kali mempertunjukkan gambar yang serabutan tanpa pilih-pilih. Banyaknya ilustrasi gambar-gambr secara berlebihan, akan mengakibatkan para siswa merasa dirongrong oleh sekelompok gambar yang mengikat mereka, akan tetapi tidak menghasilkan kesan atau inpresi visual yang jelas, jadi yang terpenting adalah pemusatan Perhatian pada gagasan utama. Sekali gagasan dibentuk dengan baik, ilustrasi tambahan bisa berfaedah memperbesar konsep-konsep permulaan. Penyajian gambar hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dengan memperagakan konsep-konsep pokok artinya apa yang terpenting dari pelajaran itu. Lalu diperhatikan gambar yang menyertainya, lingkungannya, dan lain-lain berturut-turut secara lengkap.
d.      Kurangilah penambahan kata-kata pada gambar oleh karena gambar-gambar itu sangat penting dalam mengembangkan kata-kata atau cerita, atau dalam menyajikan gagasan baru. Misalnya dalam mata pelajaran biologi. Para siswa mengamati gambar-gambar candi gaya Jawa Tengah dan Jawa Timur menjelaskan bahwa mengapa bentuk tidak sama, apa ciri-ciri membedakan satu sama lain. Guru bisa saja tidak bisa mudah dipahami oleh para siswa yang bertempat tinggal di lingkungan hutan tropis asing. Demikian pula istilah supermarket  terdengar asing bagi siswa-siswa yang hidup si kampung. Melalui gambar itulah mereka akan memperoleh kejelasan tentang istilah Verbal
e.       Mendorong pernyataan yang kreatif, melalui gambar-gambar para siswa akan didorong untuk mengembangkan keterampilan berbahasa lisan dan tulisan, seni grafis dan bentuk-bentuk kegiatan lainnya. Keterampilan jenis keterbacaan visual dalam hal ini sangat diperlukan bagi para siswa dalam membaca gambar-gambar itu.
f.       Mengevaluasi kemajuan kelas, bisa juga dengan memanfaatkan gambar baik secara umum maupun secara khusus. Jadi guru bisa mempergunakan gambar datar, slides atau transparan untuk melakukan evaluasi belajar bagi para siswa. Pemakaian instrumen tes secara bervariasi akan sangat baik dilakukan guru, dalam upaya memperoleh hasil tes yang komprehensip serta menyeluruh.[26]
F.                 Pengertian Prestasi Belajar Biologi
            Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda “pretitie” yang artinya apa yang telah diciptakan atau hasil pekerjaan. Dalam ekonomi perhitungan yang dimaksudkan dengan prestasi adalah produk yang telah dicapai seseorang atau daya kerja seseorang dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan belajar adalah merupakan aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri seseorang yang belajar, baik aktual maupun potensial, perubahan-perubahan mana pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru yang bertahap dalam waktu relatif lama, dimana perubagahn tersebut terjadi karena adanya usaha pada individu yang belajar.[27]
R.S. Wood Worth dan D.G Muguis dalam Ambo Enre Abdullah mengemukakan bahwa “Prestasi belajar adalah kecakapan nyata yang dapat diukur langsung dengan suatu alat dalam hal ini tes”. “Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai murid dalam suatu mata pelajaran tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan seorang siswa”.[28]
Berdasarkan pengertian prestasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan prestasi belajar dalam penelitian ini, adalah kemampuan pengusaan materi tentang Biologi yang telah dimiliki oleh siswa-siswa MTsN Jeuram  Kabupaten Nagan Raya  yang bersifat konkretif setelah siswa selesai belajar biologi yang meliputi : ingatan, pemahaman, penerapan, analisa dan sintesis.
Dalam memperoleh prestasi, tentu ada hal yang mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat ditinjau dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa yang berbentuk interaksi timbal balik antar keduanya.

a.       Faktor-faktor dari dalam diri siswa
Siswa yang melaksanakan proses belajar, dapat diperiksa hasil-hasilnya melalui perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa. Hal ini dapat diketahui antara lain dengan membandingkan tingkat penguasaan siswa antara sebelum dan sesudah terjadi proses belajar.
Faktor utama yang terdapat pada diri siswa ialah faktor fisik atau jasmani dan faktor psikis. Faktor fisik meliputi keadaan jasmani dan panca indera, sedang psikis meliputi, minat, intelegensi, bakat, motif dan sebagainya.

b.      Faktor dari luar diri siswa
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa dari ketiga lingkungan belajar yaitu, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dimana lingkungan keluarga meliputi; cara orang tua mendidik, relasi antar keluarga, suasana keluarga, dan keadaan ekonomi keluarga. Sedangkan lingkungan sekolah meliputi; metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa dan sebagainya. Adapun lingkungan masyarakat meliputi; kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, tempat bergaul, bentuk kehidupan masyarakat dan sebagainya.[29]






[1] Rudi Susilana, Media Pembelajran, hakikat, Pengembangan, dan Penilaian, ( Bandung;Wacana Prima; 2008 ) hal. 5

[2] Heinich dalam Rudi Susilana, Media Pembelajran, hakikat.., hal. 6
[3] Ibid, hal. 3

[4]Departemen Pendikan nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. (Jakarta : Balai Pustaka, 2007) Hal:. 726

[5]Moedjiono, Media Pendidikan. (Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2000) Hal. 4

             [6] Azhar Arsyad. Media Pembelajaran,( Jakarta : Raja Grafindo  , 2009) Hal: 4
[7] Azhar Arsyad. Media Pembelajaran…,..hal. 33-35

[8] Latuheru, J.D, Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar Kini. ( Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang,2001 ) Hal. 140
[9] Rudi Susilana, Media Pembelajran, hakikat…, hal. 13-22
[10] Ibid. hal. 9

[11] Hamalik Oemar, Media Pendidikan,  ( Bandung;Citra Aditya Bakti; 2004 ) hal.25

[12] Kemp, J E dan Dayton D K, Planning  and  Producing Instruktional Media,  ( New York ;Harper & ; Row, Publisher: 2005 ) hal. 3-4
[13] I Wayan Santyasa. Landasan konseptual Media pembelajaran: (Disajikan dalam Workshop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkan Pada tanggal 10 Januari 2007 di Banjar Angkan Klungkung.) hal.5-6
[14] Abdulhak & Sanjaya , Media Pendidikan, ( Bandung;Pusat Pelayanan dan Pengembangan Media Pendidikan IKIP-Bandung;2000) hal. 18

[15] Ibid.. hal. 20
[17] Ibid. hal. 88
[18] Arianto, Penuntun Praktikum Botani Tumbuhan Tinggi, ( Banda Aceh;Unsyiah;2006) hal. 156
[19] Gillespie & Spirt , Creating A School Media Program, (New York , RR Bowker Company ;2003 ) hal. 57
[20] Riandi,  Media Pembelajaran Biologi…hal. 95

[21] Azhar Arsyad, Media pembelajaran ..hal.91
[22]Ibid…,hal. 99
[23] Sumiati, Metode Pembelajaran.,,. hal. 161

[24] Ibid, 170
[25] Rusman , media gambar,(online)(2011) (http://www.bitlib.net/ebook/jenis+jenis+media+gambar/ diakses tangal 5 Nopember 2011.
[26] Azhar Arsyad. Media Pembelajaran,…,Hal: 27

[27] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Cet.V ,(Jakarta: Bina Aksara, 2008) hal. 34.

[28] Abdullah A.E, Prinsip-Prinsip Layanan dan Bimbingan Belajar, (U.Pandang, FIP IKIP, 2005) hal. 46

[29] Abdurrahman, Pengelolaan Pengajaran, Cet.VIII, (U. Pandang, CV. Bintang Selatan, 2003)hal. 78

Monday, November 11, 2013

Pendekatan Belajar Contextual Teaching Learning

 Pengertian Pendekatan  Contextual Teaching Learning
Seperti yang sudah dijelaskan sekilas pada bab  terdahulu bahwa pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang memungkinkan dikembangkannya strategi belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Pembelajaran kontekstual (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu siswa menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam
bentuk siswa belajar dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru kepada
siswa.
Pemanduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa di dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang kuat dan mendalam sehingga siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara penyelesaiannya.
Dalam hal ini siswa perlu mengerti makna belajar dan manfaatnya bagi kehidupan dan bagaimana cara mencapainya. Mereka harus sadar bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya. Sehingga mereka dapat menempatkan diri sendiri untuk membekali diri di dalam hidupnya. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya mencapainya. Dalam upaya ini, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.
Pembelajaran kontekstual/CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Ada tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual yang efektif, yaitu konstruktifisme (constructivism), bertanya (question), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), dan penilaian sebenarnya (authentic assesment)[1]
Di kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Tugas guru lebih banyak berkaitan dengan strategi daripada memberi informasi, mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas.
Ada lima elemen yang belajar yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajaran kontekstual. Adapun kelima elemen tersebut adalah sebagai berikut:
a)      Pengatifan pengetahuan yang sudah ada ( Activating Knowladge)
b)      Pemerolehan pengetahuan baru ( Acquiring Knowladge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dahulu, kemudian memerhatikan detilnya.
c)      Pemahaman pengetahuan ( Understanding Knowladge ) yaitu dengan cara menyusun ( a ) konsep sementara (hipotesis), (b) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan ( validasi) dan atas tanggapan itu, (c) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.
d)     Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut.
e)      Melakukan refleksi (Reflecting Knowladge ) terdapat strategi pengembgang pengetahuna tersebut.[2]
Pengetahuan dan keterampilan dapat ditemukan oleh siswa, bukan dari apa kata guru. Pendekatan kontekstual merupakan strategi pembelajaran yang mendekatkan pengetahuan yang diperoleh siswa dengan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan kontekstual mempunyai tujuh komponen yang terintegrasi dalam suatu rencana pembelajaran.
Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal, kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan , kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi. Untuk itu diperlukan strategi belajar yang baru yang lebih memberdayakan siswa. Melalui landasan filosofis konstruktivisme, CTL dipromosikan menjadi alternative strategi belajar yang baru. Melalui pendekatan CTL, siswa diharapkan belajar melalui ‘mengalami” bukan “menghafal”.[3]. Adapun beberapa komponen yang berkaitan dengan CTL adalah : Konstruktivisme, menemukan (inquiry), bertanya (questioning), permodelan (modeling), masyarakat belajar (learning community), refleksi (reflection) dan penilaian yang sebenarnya ( autentics assessment). Adapun untuk lebih jelas pembahasan tentang ketujuh  komponen tersebut seperti pada pembahasan penuilis berikut ini.


1.                   Konstruktivisme

Teori belajar tentang konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus membangun pengetahuan di dalam benak mereka sendiri. Setiap pengetahuan dapat dikuasai dengan baik jika siswa secara aktif mengkontruksi pengetahuannya
di dalam pikirannya. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir atau filosofis pendekatan kontekstual. Kontekstual yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Pengetahuan bukan seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil atau diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Oleh karena itu pengetahuan menjadi proses mengkontruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam pandangan konstruktivisme, strategi lebih diutamakan daripada seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan:

a.       menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,
b.      memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri,
c.       menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

2.                  Menemukan (inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil menemukan sendiri. Guru selalu merangsang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan apapun materi yang diajukan. Siklus inquiry yaitu merumuskan masalah, observasi, bertanya, mengajukan dugaan (hipotesis), pengumpulan data dan penyimpulan.
Adapun langkah-langkah kegitan belajar dalam kegiatn menemukan           ( inquiri) adalah sbb :
a.    Merumuskan masalah.
b.    Mengamati atau melakukan observasi.
c.    Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar laporan, bagan, tabel, atau karya lainya.
d.   Mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audiensi yang lain.


3.                  Bertanya (Questioning)

Questioning atau bertanya adalah salah satu strategi pembentukan pendekatan kontekstual. Bagi guru, bertanya dipandang sebagai kegiatan untuk mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, membimbing dan menilai kemampuan siswa. Bagi siswa, bertanya merupakan kegiatan penting dalam melaksanakan pembelajaran berbasis inquiry.
Dalam sebuah pembelajaran yang produtif, kegiatan bertanya berguna untuk :
a.    Menggali informasi baik administrasi maupun akademis.
b.    Mengecek pemahaman siswa.
c.    Membangkitkan respons kepada siswa.
d.   Mengetahui sejauh mana keingintauhan siswa.
e.    Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa.
f.     Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa.
g.    Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru.
h.    Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa.
i.      Untuk menyegarkan kembali pengetahuan.

4.                  Permodelan (Modeling)

Modeling atau permodelan adalah kegiatan pemberian model dengan tujuan untuk membahasakan gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar atau melakukan sesuatu yang kita inginkan. Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu selalu ada model yang dapat dicontoh dan diamati siswa. Guru memberi model tentang “bagaimana cara belajar” misalnya guru memberi contoh tentang cara belajar sesuatu, sebelum siswa melaksanakan tugas.
Dalam pendekatan CTL guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirangsang dengan melibatkan siswa-siswa ditunjuk untuk memberi contoh temannya mendemonstrasikan keterampilan.

5.                  Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing dengan teman, antar kelompok, antara yang tahu dengan yang belum tahu. Dalam kelas kontekstual guru selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya heterogen. Praktik motode ini dalam pembelajaran terwujud dalam :
a.    Pembentukan kelompok kecil
b.    Pembentukan kelompok besar.
c.    Mendatangkan ahli ke kelas.
d.   Bekerja dengan kelas sederajat.
e.    Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya.
f.     Belajar dengan masyarakat.

6.                  Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan. Siswa menyimpan apa yang telah dipelajari sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengatahuan yang baru diterima. Implementasi pada akhir pembelajaran guru memberi waktu sebentar agar siswa melakukan refleksi berupa:
a.       peryataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu,
b.      catatan atau jurnal di buku siswa,
c.       kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu,
d.      diskusi,
e.       hasil kerja.

7.                  Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberi gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran itu perlu diperoleh guru agar dapat memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar. Apabila data yang dikumpulkan guru untuk mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar.
Penilaian dilakukan bersama secara terintegrasi dari kegiatan pembelajaran. Data yang dikumpulkan harus dari kegiatan yang nyata yang dikerjakan siswa pada proses pembelajaran. Jika guru ingin mengetahui perkembangan siswa, maka guru harus mengumpulkan data dari kegiatan nyata saat siswa melakukan kegiatan atau percobaan. Penilaian autentik didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa. Karakteristik penilaian sebenarnya dilakukan sebagai berikut.
a.       Dilaksanakan selama dan sesudah pembelajaran
b.      Dapat digunakan untuk formatif atau sumatif
c.       Yang diukur adalah keterampilan dan performannya bukan mengingat fakta
d.      Berkesinambungan
e.       Terintegrasi
f.       Dapat digunakan sebagai feed back[4]
Penerapan pendekatan kontekstual dalam kelas cukup mudah, secara garis besar Yatim riyanto  menjelaskan sebagai berikut :
a.         Kembangkan pikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstrusikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru.
b.         Laksanakanlah sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua objek.
c.         Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d.        Ciptakan masyarakat belajar
e.         Hadirkanlah model sebagai contoh pembelajaran
f.          Lakukanlah refleksi di akhir pertemuan
g.         Lakukan penilaian sebenarnya dengan berbagai cara.[5]
Yatim Priyanto juga memberi gambaran karakteristik pembelajaran berbasis Contextual Teaching And Learning ( CTL ). Adapun karakteristi tersebut adalah seperti di bawah ini :

a.         Kerja sama
b.         Saling menunjang
c.         Menyenangjkan, tidak membosankan
d.        Belajar dengan gairah
e.         Pembelajaran terinteraksi
f.          Menggunakan berbagai sumber
g.         Siswa aktif
h.         Sharing dengan teman
i.           Siswa kritis, guru kreatif
j.           Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, dan lain-lain.
k.         Laporan kepada orang tua bukan hanya raport tetapi hasil kerja siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.[6]
Dalam penyusunan rencana pembelajaran berbasis kontekstual, Yatim Riyanto memberikan saran pokok bagi guru. Adapun saran tersebut adalah seperti di bawah ini:
a.         Nyatakan  kegiatan utama pembelajaran, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi pokok, dan indicator pencapaian hasil belajar.
b.         Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
c.         Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu.
d.        Buatlah scenario tahap demi tahap kegiatan siswa.
e.         Nyatakan authentic assesment-nya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.
Untuk mewujudkan pendekatan CTL di dalam kelas diperlukan strategi pembelajaran. Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Abin Syamsuddin Makmun, mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
  1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
  2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
  3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
d.      Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.[7]
Adapun strategi  Pembelajaran yang relevan dengan pendekatam pembelaran CTL  adalah sebagai berikut :
a.       CBSA
b.      Pendekatan Proses
c.       Life Skill Education
d.      Authentic Instruction
e.       Inquiry based Leraning
f.        Cooperative Learning
g.      Service Learning[8]





[1] Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Jakarta. Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas.2002) hal. 10


[2] Yatim Riyanto, Paradigma baru …,, hal. 165


[3] Yatim Riyanto, Paradigma baru …, hal. 161



[4] Nurhadi. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) dan Penerapannya dalam KBK.( Malang: Universitas Negeri Malang Press. 2003) hal. 23-2

[5] Yatim Riyanto, Paradigma baru…, hal. 16


[6] Ibid…, hal. 176

[7] Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Pendidikan (Bandung: Rosda Karya Remaja, 2003) hal. 78

[8] Yatim Riyanto, Paradigma baru…, hal. 164