A. Pendekatan Dan Teknik Pembelajaran
1. Pengetian Pendekatan Dan Teknik Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu[1]. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).[2]
Ramayulis mengartikan pendekatan adalah cara pemprosesan subjek atas objek untuk mencapai tujuan. Bisa juga berarti cara pandang terhadap sebuah objek persoalan, dimana cara pandang itu adalah cara pandang dalam konteks yang lebih luas.[3]
Selanjutnya Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.[4]
Abuddin Anata metode dapat diartikan bahwa : “cara-cara atau langkah-langkah yang digunakan dalam menyampaikan sesuatu gagasan, pemikiran atau wawasan yang disusun secara sistematik dan terencana serta berdasarkan teori, konsep dan prinsip terntu yang terdapat dalam berbagai disiplin ilmu terkait.”[5]
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran, Abin Syamsuddin Makmun, mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.[6]
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”[7]
Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.[8]
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.[9]
Merujuk dari berbagai pengertian diatas tentang pendekatan dan teknik pembelajaran, cooperative learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada konsep pembelajaran kerjasama. Dimana para siswa diartikan sebagai makhluk sosial yang membutuhkan sebuah kelompok dalam belajar atau ditempatkan dalam suatu komunitas kecil di dalam kelas.
Dengan kata lain, cooperative learning adalah suatu pendekatan belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Sementara jigsaw merupakan teknik pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggungjawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya[10]
Jigsaw merupakan pengimplimentasikan dari pendekatan pembelajaran cooperative learning. Jika cooperative learning mengandung nilai teoritis, maka jigsaw mengandung nilai praktisnya.
2. Pengertian Pendekatan Cooperative Leraning
Merujuk dari berbagai pengertian diatas tentang pendekatan dan teknik pembelajaran, cooperative learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada konsep pembelajaran kerjasama. Dimana para siswa diartikan sebagai makhluk sosial yang membutuhkan sebuah kelompok dalam belajar atau ditempatkan dalam suatu komunitas kecil di dalam kelas.
Menurut Anita, model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok[11], yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.[12]
Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Sementara Yatim Priyanto mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus ketrampilan social (social skill ) termasuk interpersonal skill.[13]
Cooperative Learning adalah terminologi umum bagi strategi pembelajaran yang dapat untuk membantu mengembangkan siswa dalam kelompok untuk berkerjasama dan berinteraksi satu sama lain. Pembelajaran kooperatif merupakan pondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan berprestasi siswa. Dengan memiliki dorongan atau motivasi yang positif seorang siswa akan menunjukan minatnya.
Selanjutnya Anita Lie dalam bukunya Cooperative Learning, bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :
a. Saling Ketergantungan Positif.
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.
b. Tanggungjawab Perseorangan.
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
c. Tatap Muka.
Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.
d. Komunikasi Antar Anggota.
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
e. Evaluasi proses kelompok.
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.[14]
3. Tujuan Dan Prinsip Pembelajaran Cooperative Learning
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu:
a. Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.[15]
Ada beberapa unsur yang utama yang harus dipertimbangkan dalam pembelajaran kooperatif. Adapun unsur tersebut adalah :
1. Mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama sebagai latihan hidup bermasyarakat.
2. Saling ketergantungan positif antar individu ( tiap individu punya kontribusi dalam mencapai tujuan )
3. Tanggungjawab secara individu.
4. Temu muka dalam proses pembelajaran.
5. Komunikasi antar anggota kelompok.
6. Evaluasi proses pembelajaran kelompok.
Selanjutnya Yatin Priyanto menyebutkan bahwa ada lima prinsip yang mendasari pembelajaran kooperatif. Adapun kelima prinsip tersebut adalah :
1. Positive Independence artinya saling ketergantungan positif yakni anggota menyadari pentingnya kerja sama dalam pencapaian tujuan.
2. Face to face interaction artinya anggota berinteraksi dengan saling berhadapan.
3. Individual accountability artinya setiap kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok.
4. Use collaborative /social skill artinya harus menggunakan ketrampilan bekerjasama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu berkolaborasi perlu adanya bimbnigan guru.
5. Group processing, artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara efektif
Ciri dasar dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut ;
1. Kelompok dibentuk dengan siswa kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
2. Siswa dalam kelompok sehidup semati.
3. Siswa melihat semua anggota mempunyai tujuan yang sama.
4. Membagi tugas dan tanggung jawab sama.
5. Akan dievaluasi untuk semua.
6. Berbagi kepemimpinan dan ketrampilan untuk bekerjasama.
7. Diminta mempertanggungjawabkan individual meteri yan ditangani.[16]
Untuk mewujudkan pembelajaran kooperatif perlu adanya pengembangan pendekatan pembelajaran tersebut diatas dalam bentuk praktis yang dikenal dengan teknik pengajaran. Pembelajaran kooperatif ada beberapa teknik pembelajaran. Menurut menurut Hermani ada 4 macam teknik pembelajaran kooperatif yaitu: (1)Student Team Achievment Division (STAD), (2) Jigsaw, (3) Team Games Tournament (TGT), dan (4) Group Investigation.[17] Salah satu dari teknik tersebut adalah jigsaw yaitu suatu teknik pembelajaran kooperatif yang menekankan pada keahlian atau expert suatu grup. Pada pembahasan berikut penulis akan membahas secara detil tentang teknik jigsaw.
4. Pengetian Teknik Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai metode Cooperative Learning.[18] Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.[19]
Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” [20]
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
5. Aplikasi Teknik Jigsaw dalam Pembelajaran Di Kelas
Untuk penerapan jigsaw dilapangan atau didalam kelas, guru membagi siswa dalam dua kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli.. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.[21]
Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut pada ilustrasi berikut [22]:
Gambar I : Kelompok asal
Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut :
· Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.[23] Sebagai ilustrasi kelompok jigsaw tersebut dapat dilihat dibawah ini :
Gambar II : Kelompok Ahli
- Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
- Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
- Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
- Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
- Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Dalam kegiatan pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw memiliki kegiatan yang aktif antara siswa dan guru selama proses belajar, yang digambarkan dalam sekema berikut:
Tabel 2.1 : Skema Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw[24]
KEGIATAN GURU
|
LANGKAH
|
KEGIATAN SISWA
|
1.Siapkan materi
|
Kajian materi
|
Duduk dalam kelas
|
2.Bentuk kelompok
|
Kelompok asal
|
Berbagi tugas setiap anggota mengkaji materi yang berbeda
|
3.Kelompokkan siswa berdasarkan tugas kajian materi
|
Diskusi kelompok ahli
|
Keluar dari kelompoknya menuju tim ahli
|
4.Bimbingan diskusi
|
Diskusi dengan kelompok lain yang mendapat tugas sama
| |
5.Kelompokkan siswa pada kelompok asal
|
Laporan kelompok asal
|
Kembali ke kelompok asal
|
6.Bimbingan diskusi kelompok
|
Setiap anggota menyajikan materi yang sudah dikaji kepada anggota lain
| |
7.Guru memberikan kesempatan pada siswa yang lain untuk bertanya
|
Murid bertanya kepada guru tentang apa yang tidak dimengerti
| |
8.Berikan kuis
|
kuis
|
Ikuti kuis
|
9.Hitung skor kuis/ berikan penghargaan
|
Penghargaan kelompok
|
Menerima penghargaan
|
Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, langkah-langkah pokok yang dilakukan adalah: pembagian tugas, pemberian lembar ahli, mengadakan diskusi dan mengadakan kuis adapun rencana pembelajaran kooperatif jigsaw diatur secara intruksional sebagai berikut:
1. Siswa diberi kuis pretes sebelum dilakukan diskusi untuk membahas materi yang akan diberikan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
2. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil, dan di dalamnya dibagi menjadi kelompok ahli yang berdasarkan pada materi yang diberikan pada tiap siswa dalam kelompok
3. Siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut untuk mendapatkan informasi.
4. Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut.
5. Diskusi kelompok: ahli kembali kekelompok asalnya untuk menjelaskan pada kelompoknya.
6. Siswa memperoleh kuis (postes) individu yang mencakup semua topik.
7. Penghitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.[25]
6. Masalah atau kendala dalam Penerapan Cooperative Learning
Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan model pembelajaran Cooperative Learning diantaranya adalah sebagai berikut :
- Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran Cooperative Learning.
- Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton.
- Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning.
- Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.
- Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
Agar pelaksanaan pembelajaran Cooperative Learning dapat berjalan dengan baik, maka upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
- Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran Cooperative Learning di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
- Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas heterogen.
- Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning.
- Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber. Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
B. Fotosintesis
1. Pengertian Fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia anabolisme, pembentukan zat makanan atau energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari.[26] Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof.[27]
Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.[28]
Dalam enseklopedi wikipedia fotosintesis dapat diartikan adalah sebagai suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari. [29]
Proses fotosintesis tidak dapat berlangsung pada setiap sel, tetapi hanya pada sel yang mengandung pigmen fotosintetik. Sel yang tidak mempunyai pigmen fotosintetik ini tidak mampu melakukan proses fotosintesis. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan energi yang dihasilkan oleh setiap spektrum cahaya. Di samping adanya perbedaan energi tersebut, faktor lain yang menjadi pembeda adalah kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya yang berbeda tersebut. Perbedaan kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya tersebut disebabkan adanya perbedaan jenis pigmen yang terkandung pada jaringan daun.
Di dalam daun terdapat mesofil yang terdiri atas jaringan bunga karang dan jaringan pagar. Pada kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung pigmen hijau klorofil. Pigmen ini merupakan salah satu dari pigmen fotosintesis yang berperan penting dalam menyerap energi matahari.[30]
a. Intensitas cahaya
Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya.
b. Konsentrasi karbon dioksida
Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapat digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
c. Suhu
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.
d. Kadar air
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
e. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis)
Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampaijenuh, laju fotosintesis akan berkurang.
f. Tahap pertumbuhan
Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.[31]
2. Penerapan Teknik Jigsaw dalam Pembelajaran Fotosintesis.
Hingga saat ini, umumnya seorang guru masih mengajar dengan menggunakan komunikasi satu arah, dimana guru bertindak sebagi pemberi ilmu pengetahuan dan siswa sebagai penerima yang pasif. Untuk memenuhi tuntutan kurikulum sekarang ini, diharapkan guru mengalihkan pandangan bahwa guru bukan lagi sebagai pemberi ilmu pengetahuan tapi guru merupakan fasilitator dan mediator yang kreatif sedangkan siswa bukan lagi sebagai penerima ilmu pengetahuan yang pasif melainkan siswa sebagai subjek pembelajaran yang aktif untuk membentuk pengetahuannya sendiri.
Oleh karena itu, maka saat ini banyak terdapat model pembelajaran diantaranya pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) dengan berbagai teknik pembelajarannya yaitu diantaranya teknik jigsaw. Dasar konsep dari teknik ini ialah bahwa pengetahuan itu tidak dapat ditransfer secara langsung dari seorang guru kepada siswanya secara keseluruhan melainkan pengetahuan itu dibentuk dan dibangun sendiri oleh siswa dalam kepala mereka dalam struktur kognitifnya melalui pengalaman-pengalaman belajar mereka sendiri.
Tahap proses pembelajaran fotosintesis dengan menggunakan teknik jigsaw adalah sebagai berikut:
1. Siswa diberi kuis pretes, guru mempersiapkan pretest sebelum dilakukan diskusi untuk membahas materi yang akan diberikan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, pretest boleh berupa lisan atau tulisan.
2. Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil, dan di dalamnya dibagi menjadi kelompok ahli yang berdasarkan pada materi berkenaan dengan fotosintesis yang diberikan pada tiap siswa dalam kelompok
3. Siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi fotosintesis tersebut untuk mendapatkan informasi. Topik-topik tersebut berupa materi yang erat kaitannya dengan materi fotosintsesi.
4. Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut.
5. Diskusi kelompok: ahli kembali kekelompok asalnya untuk menjelaskan pada kelompoknya.
6. Siswa memperoleh kuis (postes) individu yang mencakup semua topik.
7. Penghitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.
[1] Akhmad Sudrajat. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran.( ( online),(2008) (http://Akhmadsudrajat.wordpress.com/, diakses 10 Juli 2010 )
[2] Ibid
[3] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam.(Jakarta;Kalam Mulia,2001) hal. 169
[4] Akhmad Sudrajat. Pengertian Pendekatan,…
[5] Abuddin Anata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran.(Jakarta; Kencana Media Group,2009) hal. 177
[7] Wina Senjaya. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2008) hal. 25
[9] Akhmad Sudrajat. Pengertian Pendekatan,…
[10] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : Rineka Cipta, 2005) hal. 67
[12] Ibid,…, hal 70
[17] Hernani, dkk. Pembelajaran Kooperatif Sebagai Salah Satu Alternatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Siswa. Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan IPA. 2004.
[18] Anita Lie . Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang -Ruang Kelas. ( Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002) hal. 22
[20] Anita Lie . Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang -Ruang Kelas…, hal. 24
[22] Anita Lie . Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang -Ruang Kelas…, hal. 30
[24] Popham, W. James. Teknik Mengajar Secara Sistematis (Jakarta: Rineka Cipta, 2001) hal. 67
[25] Yusuf, Kualitas Proses dan Hasil Belajar Biologi Melalui Pengajaran Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Madrasah A liyah Ponpes Nurul Haramain Lombok Barat NTB, Skripsi,( Semarang, Universitas Negeri ;2006)). Hal. 27. http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf (online ),diakses 5 Oktober 2011
[27] Biologiblogsome. Fotosintesis, (online) (2010 ) (http://biologi.blogsome.co./fotosintesis/.dikases 3 Oktober 2011)
[29] Wikipedia. Fotosintesis, (online) (2011 ) (www://wikipedia/fotosintesis/.dikases 34Oktober 2011)