Saturday, February 13, 2021

MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA PEMBELAJARN MATEMATIKA

 

MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA



 

A.                Metode Pembelajaran Konvensional

 

Metode pembelajaran konvensional atau ceramah merupakan strategi dimana guru memberi presentasi lisan dan peserta didik di tuntut menanggapi atau mencatat penjelasan guru. Ceramah digunakan untuk menjelaskan informasi dalam waktu singkat atau untuk  mengawali dan menjelaskan tugas belajar (Endang Mulyatiningsih, 2011:224).

Rosenshine   dan   stevens   (1986)      seperti   dikutip   oleh   Endang Mulyatiningsih (2011:219) menjelaskan beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam penerapan metode ceramah yaitu: (1) tujuan dan inti pelajaran dinyatakan secara jelas; (2) prestasi dilakukan setahap demi setahap; (3) menggunakan prosedur khusus dan kongkrit; (3) mengecek pemahaman siswa.

Menurut Roestiyah N.K. (2012:136) cara mengajar paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan ialah cara mengajar dengan ceramah.  Sejak  dahulu  guru  dalam  usaha  menularkan  pengetahuannya pada siswa, ialah secara lisan atau ceramah. Cara ini kadang-kadang membosankan; maka dalam pelaksanaannya memerlukan ketrampilan tertentu,  agar  gaya  penyajiannya  tidak  membosankan  dan  menarik perhatian murid.

B.                 Model – Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.(Indrawati,2011)

Banyak model pembelajaran yang telah dirumuskan oleh beberapa ahli dan pemerhati dunia pendidikan, berikut ada beberapa model yang dapat penulis jelaskan sebagai berikut:

1.      Model Pembelajaran Kontekstual (CTL)

Pembelajaran kontekstual adalah terjemahan dari istilah Contextual Teaching Learning (CTL). Katacontextual berasal dari kata contex yang berarti “hubungan, konteks, suasana, atau keadaan”. Dengan demikian contextual diartikan ”yang berhubungan dengan suasana (konteks). SehinggaContextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagi suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.

Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (Hamalik:2001: 8) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya.

Pengajaran  kontekstual sendiri pertama kali dikembangkan di  Amerika Serikat yang diawali dengan dibentuknya Washington State Consortum for Contextualoleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat. Antara tahun 1997 sampai tahun 2001 sudah diselenggarakan tujuh proyek besar yang bertujuan untuk mengembangkan, menguji, serta melihat efektifitas penyelenggaraan pengajaran matematika secara kontekstual. Proyek tersebut melibatkan 11 perguruan tinggi, dan 18 sekolah dengan mengikutsertakan 85 orang guru dan profesor serta 75 orang guru yang sudah diberikan pembekalan sebelumnya.

Penyelenggaraan program ini berhasil dengan sangat baik untuk level perguruan tinggi sehingga hasilnya direkomendasikan  untuk  segera disebarluaskan pelaksanaannya. Untuk tingkat sekolah, pelaksanaan dari  program ini memperlihatkan suatu hasil yang signifikan, yakni meningkatkan ketertarikan siswa untuk belajar, dan meningkatkan  partisipasi aktif siswa secara keseluruhan. ( Hamalik,2001:6)

1.    Collaborative Learning Model

Konsep utama pada pembelajaran ini adalah mengutamakan kerja sama dua orang atau lebih, memecahkan masalah bersama dan  mencapai tujuan tertentu. Dua unsur penting dalam pembelajaran collaborative yaitu:

  • Ada tujuan yang sama diskusi menentukan strategi, keputusan bersama, persoalan milik bersama
  • Ketergantungan yang positif anggota berhasil bila seluruh anggota bekerja sama

            Salah satu bentuk belajar dari model ini adalah: Student Teams Achievement Divisions (STAD), berupa kegiatan-kegiatan:

  • Sajian Guru
  • Diskusi kelompok siswa
  • Tes/kuis/silang tanya antar kelompok
  • Penguatan Guru

            AdaLima langkah pokok dalam kegiatan pembelajaran yaitu:

  • Presentasi guru,perhatian cermat siswa, membantu quis
  • Tim (kelompok):

ü  Fungsi utama :membantu anggota mengerjakan quis dengan baik

ü  Anggota mengerjakan SST yang terbaik untuk tim

  • Presentasi guru satu atau dua pereode
  • Satu atau dua periode praktek kelompok, ada quis individual
  • Siswa tidak diijinkan saling bantu

 

2.    Model Pembelajaran Kooperatif

            Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Konsep Pembelajaran Kooperatif adalah:

         Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih dan asuh, sehingga tercipta masyarakat belajar.

         Siswa tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari sesama siswa.

Ciri-ciri umum dari pembelajaran kooperatif adalah:

  1. Saling ketergantungan positif
  2. Interaksi tatap muka
  3. Akuntabilitas individual
  4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi.

Guru dapat menerapkan pembelajaran ini, adapun keuntungan penggunaan pembelajaran kooperatif dapat adalah:

a.      Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial

b.      Memungkinkan para siswa saling belajar mengenal sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan

c.      Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial

d.      Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri/egois

e.      Meningkatkan rasa saling percaya kerpada sesama manusia

Ada beberapa teknik pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kooperatif ini yang dapat dipertimbangkan oleh guru:

a.    Metode STAD (Student Teams Achievement Division) untuk mengajarkan kepada siswa baik verbal maupun tertulis. Adapun langkah-langkahnya pembelajarannya sebagai berikut:

§  Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok.

§  Tiap anggota menggunakan lembar kerja akademik kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar anggota tim.

§  Tiap minggu atau 2 minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan materi yang telah diberikan.

§  Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap materi, yang meraih prestasi tinggi diberi penghargaan

b.    Metode Jigsaw, adapun langkah pemnbelajarannya adalah seperti dibawah ini:

§  Kelas dibagi menjadi beberapa tim/kelompok anggotanya 5-6 yang karakteristiknya heterogen.

§  Bahan yang disajikan bentuk teks, tiap siswa bertanggung jawab mempelajari.

§  Setiap kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab mengkaji bagiannya. Bila berkumpul disebut kelompok pakar.

§  Para siswa yang ada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula untuk mengajar anggota baru mengenai materi yang dipelajari dalam kelompok pakar.

§  Setelah diadakan pertemuan dan diskusi para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang pernah di pelajari.

§  Pemberian skor diberikan / dilakukan seperti dalam metode STAD. Nilai tertinggi diberi penghargaan oleh guru.

Metode lain yang bisa digunakan dalam pembelajaran Kooperatif:

a.          Metode G (Group Investigation)

b.         Metode Struktural

c.          Dua Tinggal Dua Tamu

d.         Keliling Kelompok

e.          Kancing Gemerincing

3.    Pembelajaran Quantum Teaching

Proses pembelajaran quantum teaching intinya pembelajaran yang menyenangkan, kreatif tidak membosankan. Kalau semua itu tidak tercapai, guru harus ganti strategi dengan menggunakan multi media, sehingga membuat pembelajaran lebih efektif, proses belajar saat ini boleh dikatakan aktif, partisipatif, konstruktif, komunikatif dan berorientasi pada tujuan. Karakteristik umum pembelajaran Quantum ini adalah seperti berikut ini:

§  Berpangkal pada psikologi kognitif

§  Bersifat Humanistis bukan positivistis-empiris

§  Siswa sebagai pebelajar menjadi pusat perhatian.

§  Lebih bersifat pada konstruktivistis

§  Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna.

§  Sangat menekankan pada pencapaian pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.

§  Sangat menekankan kealamiyahan dan kewajaran proses pembelajaran.

Prinsip-prinsip pembelajaran quantum adalah:

a.         Bawa dunia mereka ke dalam dunia kita dan antarkan dunia kita ke dalam dunia mereka

b.         Berlaku prinsip permainan orkestra simponi.

c.         Harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan.

Adapun teknik pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru yang dapat penulis rangkumkan adalah:

§  Peta konsep menunjukkan penanganan ide-ide pikiran sebagai sasaran dalam bentuk grafis.

§  Teknik Memori, guru dapat menerapkan teknik pembelajaran melatih ingatan seperti berikut:

a.             Melatih imajinasi

b.             Teknik rantaian kata  

c.             Teknik plesetan kata

d.             Sistem pasak lokasi

e.             Teknik Akrostik (jembatan keledai)

 

 

4.    Model Pembelajaran Tematik  Kelas I - III

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran berdasarkan tema untuk mempelajari suatu materi guna mencapai kompetensi tertentu. Tema adalah suatu bidang yang luas, yang menjadi fokus pembahasan dalam pembelajaran. Topik adalah bagian dari tema / sub tema. Jenis tema : intra disciplinary dan inter disciplinary.

Rasional pembelajaran tematik:

       Menyajikan pendekatan belajar yang bermakna

       Tema memberikan kerangka berpikir untuk menemukan kaitan antar bidang studi

       Mengajar dengan tema sebagai suatu cara untuk melakukan keterpaduan

       Kecenderungan menemukan kaitan dalam pembelajaran yang diorganisasikan secara tematik

Strategi pembelajaran tematik:

        Memilih tema

            Menentukan konsep kunci

            Menentukan kegiatan-kegiatan untuk investigasi konsep-konsep

            Menentukan bidang studi / bidang pengembangan mana yg digunakan sebagai bag. Kegiatan

            Reviu kegiatan & bid-bid studi / bidang pengembangan yang berkaitan

            Mengorganisasi bahan-bahan untuk memudahkan distribusi & penggunaan

            Menentukan urutan kegiatan yang disajikan di kelas

            Diskusi tindak lanjut

 

 

5.    Model Konstruktivisme

Landasan Teori: Siswa mengkonstruksi idea berdasarkan pengalaman dan interaksi dng sumber belajar. Hasil belajar dapat ditampilkan dengan berbagai cara.

Langkah: Orientasi, Penggalian Idea, Restrukturisasi Idea, Aplikasi Idea, Reviu, Membandingkan

 

6.    Model Pemecahan Masalah/Studi Kasus

Tujuan: Mengembangkan kemampuan analisis & memecahkan masalah/mengambil keputusan. Topik nyata dalam kehidupan yang mempersyaratkan pemecahan masalah. Evaluasi : proses kelompok & hasil pemecahan masalah.  Langkah-langkah:

            Pendahuluan : orientasi pada masalah

        Kegiatan inti :Sajikan kasus (peristiwa yang mengandung masalah untuk bahan diskusi/analisis)

            Pecahkan kasus dalam kelompok / secara individual

        Kegiatan penutup : Menindaklanjuti hasil kelompok / individu

 

7.    Model Pembelajaran Kreatif Dan Produktif

Landasan Teori : belajar aktif, konstruktivistik, kolaboratif dan kreatif. Tujuan: kemampuan memahami informasi, memecahkan masalah & dampak pengiring, kerja sama, disiplin, mandiri. Topik : dari bidang sosial, IPA, bahasa. Evaluasi : proses dan hasil. Langkah-langkah:

       Orientasi

       Eksplorasi

       Interpretasi

       Re-kreasi

Model-model pembelajaran tersebut diatas masih dapat dikembangkan lagi ke berbagai model pembelajaran yang dapat diterapkan didepan kelas dalam rangka memberikan pencerahan dan tercapainya tujuan pembelajaran. ( .( Idarianwaty,2011)

C.                Metode Pembelajaran Inkuiri

 

  1. Pengertian Metode Inkuiri

 

Metode  inquiri  adalah  metode  yang  melibatkan  pesera  didik dalam proses pengumpulan data dan pengujian hipotesis. Guru membimbing peserta didik untuk menemukan pengertian baru, mengamati perubahan pada praktik uji coba dan memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman belajar mereka sendiri. Dalam metode inkuiri, peserta didik belajar secara aktif dan kreatif untuk mencari pengetahuan (Endang Mulyatiningsih, 2011:219)

Secara bahasa, inkuiri berasal dari kata inquiry yang merupakan kata dalam bahasa Inggris yang berarti; penyelidikan/meminta keterangan; terjemahan bebas untuk konsep ini adalah “siswa diminta untuk mencari dan menemukan sendiri”. Dalam konteks penggunaan inkuiri sebagai metode belajar mengajar, siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran, yang berarti bahwa siswa memiliki andil besar dalam menentukan suasana dan model pembelajaran. Dalam metode ini peserta  didik  didorong  untuk  terlibat  aktif  dalam  proses  belajar mengajar (Khoirul Anam, 2015:7).

Pembelajaran berbasis inkuiri merupakan metode pembelajaran yang memberi ruang sebebas-bebasnya bagi siswa untuk menemukan gairah  dan  cara  belajarnya  masing-masing.siswa  tidak  lagi  dipaksa untuk belajar dengan gaya atau cara tertentu, mereka dikembangkan untuk menjadi pembelajar yang kreatif dan produktif (Khoirul Anam, 2015:12).

Menurut Roestiyah (2012:75) inquiry adalah istilah dalam bahasa Inggris; ini merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk  mengajar  di  depan  kelas.  Adapun  pelaksanaannya  sebagai berikut: guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok mendapat tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di dalam kelompok, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik.

  1. Langkah Pembelajaran Inkuiri

 

Langkah inkuiri pada penelitian ini mengacu pada model berikir reflektif dari John Dewey‟s (1990) dalam Endang Mulyatiningsih (2011:219). Tahap-tahap inkuiri yang dilakukan peserta didik meliputi: (1) mengidentifikasi masalah; (2) merumuskan hipotesis; (3) mengumpulkan data; (4) menganalisis dan mengiterpretasikan data untuk menguji hipotesis; (5) menarik kesimpulan. Langkah-langkah pembelajaran inkuiri yang dilakukan guru yaitu:

a)      Menjelaskan tujuan pembelajaran

b)      Membagi petunjuk inkuiri atau petunjuk praktikum

 

c)      Menugaskan peserta didik untuk melaksanakan inkuiri praktikum

d)      Memantau pelaksanaan inkuiri

e)      Menyimpulkan hasil inkuiri bersama-sama

  1. Tujuan Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Penekanan utama dalam proses belajar berbasis inkuiri terletak pada kemampuan siswa untuk memahami, kemudian mengidentifikasi dengan cermat dan teliti, lalu diakhiri dengan memberikan jawaban atau solusi atas permasalahan yang tersaji. Sekilas metode ini tampak seperti metode strategi pemecahan masalah. Selain itu pembelajaran berbasis inkuiri bertujuan untuk mendorong siswa semakin berani dan kreatif dalam berimajinasi. Dengan imajinasi, siswa dibimbing untuk menciptakan penemuan-penemuan, baik yang beripa penyempurnaan dari apa yang telah ada maupun menciptakan ide, gagasan atau alat yang belum pernah ada sebelumnya (Khoirul Anam, 2015:8).

Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adal mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau  mengembangkan  kemampuan  intelektual  sebagai  bagian  dari proses mental. Dengan demikian, siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pembelajaran, akan tetapi lebih pada bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya untuk lebih mengembangkan   pemahamannya   terhadap   materi   pembelajaran tertentu (Khoirul Anam, 2015:14).

  1. Kelebihan-kelebihan Metode Inkuiri

Menurut  Khoirul  Anam  (2015:15),  kelebihan-kelebihan  metode inkuiri antara lain:

a)      Real life skills, siswa belajar tentang hal-hal penting namun mudah dilakukan, siswa didiorong untunk melakukan bukan hanya duduk, diam dan mendengarkan

b)      Open-ended  topic:  tema  yang  dipelajari  tidak  terbatas,  bias bersumber dari mana saja: buku pelajaran, pengalaman siswa/guru, internet, televisi, radio dan seterusnya. Siswa akan belajar lebih banyak.

c)      Intuitif,  imajinatif,  inovatif:  siswa  belajar  dengan  mengarahkan seluruh potensi yang mereka miliki, mulai dari kreativitas hingga imajinasi. Siswa akan menjadi pembelajar aktif, out of the box, siswa akan belajar karena mereka membutuhkan, nukan sekedar kewajiban.

d)      Peluang melakukan penemuan: dengan berbagai observasi dan eksperimen, siswa memiliki peluang besar untuk melakukan penemuan. Siswa akan segera mendapat hasil dari materi atau topik yang mereka pelajari.

Selain yang sudah disebutkan, Bruner seorang psikolog dari Harvard University di Amerika Serikat seperti yang dikutip oleh Khoirul Anam (2015) menegaskan metode inkuiri memiliki kelebihan sebagai berikut:

a)      Siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

b)      membantu  dalam  menggunakan  daya  ingat  dan  transfer  pada situasi-situasi proses belajar yang baru.

c)      Mendorong   siswa   untuk   berpikir   inisiatif   dan   merumuskan hipotesisnya sendiri.

d)      Mendorong  siswa  untuk  berpikir  dan  bekerja  atas  inisiatifnya sendiri.

e)      Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsic

f)       Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

  1. Prinsip-prinsip Inkuiri

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan ketika memutuskan untuk menggunakan metode strategi inkuiri dalam proses pembelajaran menurut Khoirul Anam (2015:20). Beberapa strategi berikut adalah sebagai berikut:

a)  Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari pembelajaran menggunakan strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi  pembelajaran  inkuirin  ini  selain  berorientasi  pada  hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.

b)  Prinsip interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi atar-siswa, interaksi siwa dengan guru maupun interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi, tetapi sebagai penmgatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri

c)  Prinsip bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi pembelajaran   inkuiri   adalah   guru   sebagai   penanya.   Dengan demikian, kemampuan siswa untuk menjawab seyiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan bagian daru proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.

d)  Prinsip belajar untuk berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, tetapi juga merupakan proses perpikir, yaitu proses mengembangkan potensi seluruh  otak,  baik  otak  kiri  maupun  otak  kanan.  Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung menggunakan otak kiri dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional, akan membuat anak dalam posisi “kering dan hampa”. Oleh karena itu, belajar berpikir  logis  dan  rasional  perlu  didukung  oleh  pergerakan  otak kanan.

e)  Prinsip keterbukaan

belajar merupakan suatu proses mencoba berbagai kemungkinan, yakni dengan prinsip: segala sesuatu mungkin saja terjadi. Pleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

Menurut Murwantara. (2013: 76) secara umum prinsip strategi inkuiri adalah sebagai berikut:

a)      Siswa  akan  bertanya  (inquire)  jika  mereka  dihadapkan  pada masalah membingungjan/kurang jelas.

b)      Siswa dapat menyadari dan belajar menganalisis strategi berpikir mereka.

c)      Strategi   berpikir   baru  dapat   diajarkan  secara  langsung   dan ditambahkan pada apa yang telah mereka miliki.

d)      Inkuiri dalam kelompok dapat memperkaya khazanah pikiran dan membantu siswa belajar mengenai sifat pengetahuan yang sementara dan menghargai pengdapat orang lain.

D.                Tehnik Pembelajaran Dalam Metode Inkuiry

 

Untuk mengaplikasikanya metode belajar Inkuiry di dalam kelas, guru dapat menggunakan beberapa tehnik pembelajaran yang ada, ataupun mencipatakn tehnikbelajar sendiri. Adapun tehnik tersebut adalah sebagai berikut:

1.         Model Pembelajaran Examples Non Examples

Persiapkan diagram, gambar atau tabel sesuai dengan materi serta kompetensi. Tampilkan gambar dengan cara ditempel atau juga bisa mempergunakan OHP. Selanjutnya siswa memperhatikan gambar yang disajikan, melakukan kegiatan diskusi dan diakhiri dengan proses evaluasi. Adapun panduan lengkap penggunaan model belajar ini adalah sebagai berikut:

a)      Guru menyiapkan gambar-gambar yang nantinya akan ditampilkan kepada siswa.

b)      Gambar ditempel atau juga diperlihatkan melalui OHP.

c)      Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyimak gambar.

d)      Siswa mendiskusikan apa yang didapatnya dari hasil menyimak dengan teman sekelompoknya.

e)      Setiap kelompok membacakan serta mempresentasikan hasil diskusinya tersebut.

f)       Dari hasil diskusi semua kelompok, guru mulai mengevaluasi serta menjelaskan materi yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.

g)      Guru membuat kesimpulan.

2.              Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

Model pebelajaran ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Model tersebut memberikan keleluasaan kepada para siswa untuk saling berbagi pemikiran dan mendiskusikan jawaban yang paling benar. Lebih dari itu, model ini juga memberikan sebuah dorongan kepada para siswa untuk bersemangat pada saat kegiatan belajar. Model ini dapat dipergunakan untuk segala mata pelajaran dan semua tingkatan usia peserta didik. Untuk langkah-langkah model pembelajaran NHT adalah sebagai berikut:

a)      Persiapan : Dalam tahap ini guru mulai mempersiapkan LKS, Skenario Pembelajaran yang disesuaikan dengan model pembelajaran NHT.

b)      Pembentukan Kelompok: Dalam tahap ini, pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, satu kelompok terdiri atas 3-5 orang. Guru memberikan nomor ke setiap kelopok, sekaligus pemberian nomor juga ke stiap anggota kelompok. Dalam pembagian kelompok, anggota yang terdapat di dalamnya harus heterogen.

c)      Setiap Kelompok Harus Memiliki Buku Panduan: Ini dilakukan supaya siswa tidak mengalami begitu kesulitan saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

d)      Diskusi Masalah: Dalam kegiatan berkelompok, guru memberikan LKS kepada siswa untuk dipelajari. Di dalam LKS tersebut disediakan juga soal yang nantinya harus dikerjakan. Pastikan semua siswa tahu setiap jawaban dari hasil diskusi.

e)      Memanggil Nomor Anggota: Guru memanggil suatu nomor. Bagi nomor yang sama untuk setiap kelompok diinstruksikan angkat tangan. Selanjutnya siswa bersangkutan menerangkan jawaban hasil diskusi.

f)       Guru bersama siswa memberikan kesimpulan akhir.

3.              Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

Dalam pengaplikasiannya model pembelajaran ini mengharuskan pembagian kelompok secara heterogen. Untuk tugas setiap kelompok bisa sama tetapi bisa juga berbeda. Setelah guru memberikan tugas untuk semua kelompok, selanjutnya setiap kelompok bekerjasama dalam bentuk diskusi dan kerja individual. Diusahakan kegiatan berkelompok berlangsung kompak, kohesif serta timbul suatu bentuk kompetisi antar kelompok. Kondisikan suasana saat pembelajaran menyenangkan dan nyaman seperti permainan games, keadaan ini bisa dilakukan dengan cara guru bersikap ramah dan sekali-sekali mengeluarkan candaan segar. Setelah selesai kerja kelompok, siswa mempresentasikan hasilnya sehingga timbul diskusi di kelas. Apabila waktunya memungkinkan, TGT juga bisa dilakukan untuk jangka waktu yang panjang. Misalnya untuk mengisi waktu setelah kegiatan ulangan akhir semester. Untuk sintaksnya adalah sebagai berikut:

a)      Buat sebuah kelompok yang heterogen. Satu kelompok terdiri atas 4 orang. Setelah selesai berikan penjelasan berkaitan mekanisme kegiatan.

b)      Sediakan meja untuk kegiatan turnamen. Setiap meja ditempati oleh 4 siswa yang berkemampuan seimbang. Meja pertama diisi oleh siswa dengan kemampuan tertinggi dari tiap kelompk dan seterusnya sampai ke meja terakhir yang diduduki oleh siswa yang paling rendah kemampuannya. Penentuan siswa yang duduk disuatu meja berdasarkan kesepakatan kelompok.

c)      Pelaksanaan turnamen, setiap siswa diharuskan mengambil kartu berisikan butir soal yang sudah disediakan di setiap meja.  Dalam pengerjakannya diatur dan diberikan alokasi waktu tertentu (misal: 3 menit). Siswa yang bisa menyelesaikan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor akhir turnamen untuk setiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan gelar: Luar Biasa, Sangat Baik, Baik, Sedang.

d)      Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.

e)      Apabila sudah selesai, kalkulasikan skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.

4.                  Model Pembelajaran Picture and Picture

Salah satu dari beberapa model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah Model Pembelajaran Picture and Picture. Model ini adalah salah satu bentuk dari model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran Picture and Picture merupakan suatu model belajar menggunakan gambar yang kemudian dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Untuk Sintaks dari penggunaan model Picture adalah sebagai berikut:

a)      Guru menerangkan kompetensi yang hendak dicapai.

b)      Guru menyajikan sebuah materi sebagai pengantar.

c)      Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk mengurutkan gambar sehingga didapatkan urutan yang logis.

d)      Guru menanyakan dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

e)      Dari hasil urutan gambar yang telah terbentuk, guru mulai menerangkan konsep.

f)       Guru memberikan kesimpulan.

5.                  Model Pembelajaran Jigsaw

Model Pembelajaran Jigsaw merupakan sebuah model pembelajarn kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Model jenis ini merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar secara berkelompok dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4-6 orang yang pembagiannya dilakukan secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.Adapun panduan lengkap penggunaan model belajar ini adalah sebagai berikut:

a)      Peserta kelompok dibagi menjadi 4 tim.

b)      Setiap anggota dalam tim diberikan tugas yang berbeda.

c)      Setiap anggota tim yang membahas materi yang sama berkumpul membuat kelompok baru untuk berdiskusi.

d)      Setelah selesai berdiskusi, para tim ahli kembali ke timnya masing-masing dan secara bergantian menjelaskan apa yang didapatnya dari hasil diskusi.

e)      Setiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.

f)       Guru melakukan evaluasi.

g)      Guru menutup pembelajaran.

6.                  Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

Model pembelajaran PBI mempergunakan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah kehidupan nyata. Model jenis ini dirancang untuk membantu belajar siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir, belajar berbagai peran,  pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, melalui sebuah pengalaman belajar di kehidupan nyata.Untuk sintaksnya adalah sebagai berikut:

a)      Guru menerangkan kompetensi serta sarana dan alat apa saja yang dibutuhkan. Selain itu disini guru juga memberikan motivasi kepada siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan PBI ini.

b)      Guru membantu siswa untuk mengerjakan serta mengorganisir tugas yang berhubungan dengan masalah (menetapkan jadwal, topik, tugas dll).

c)      Guru menekankan siswa untuk menyusun serta mengumpulkan informasi sesuai experimen untuk mendapatkan pengumpulan data, penjelasan dan pemecahan masalah dan hipotesis.

d)      Guru memberi bantuan kepada siswa berkaitan dengan perencanaan penyusunan laporan dan membantu pembagian tugas siswa untuk setiap kelompok.

e)      Guru membantu siswa melakukan evaluasi terhadap ekseperimen yang telah dilakukan.

7.                  Model Pembelajaran Talking Stick

Model pembelajaran talking stick adalah model pembelajaran yang mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Siapa yang memegang tongkat dialah yang harus menjawab pertanyaan dari gurunya. Untuk langkah-langkah model pembelajaran Talking Stick adalah sebagai berikut:

a)      Guru menyediakan sebuah tongkat

b)      Guru menjelaskan materi yang hendak dipelajari, kemudian siswa diberi kesempatan untuk membaca dan mempelajari materi bersangkutan.

c)      Setelah selesai membaca materi, siswa diinstruksikan untuk menutup bukunya.

d)      Guru mengambil sebuah tongkat yang kemudian memberikannya kepada siswa, setelah itu guru langsung memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa yang sedang memegang tongkat harus menjawabnya.

e)      Demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapatkan pertanyaan dari guru.

f)       Guru membuat kesimpulan.

g)      Guru melakukan evaluasi.

h)      Penutup

 

8.                  Model Pembelajaran Snowball Throwing

Snowball Throwing merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini mampu digunakan sebagai alat untuk menyampaikan konsep pemahaman materi kepada siswa. Model jenis ini juga mampu mengetahui sejau mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam menguasai materi tersebut.Untuk sintaksnya adalah sebagai berikut:

a)      Guru menyajikan materi yang hendak disampaikan.

b)      Guru memanggil ketua dari setiap kelompok dan kemudian menjelaskan materi kepada mereka.

c)      Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing dan menjelaskan apa yang sudah dipelajarinya ke para anggota.

d)      Masing-masing siswa diberik kertas yang nantinya digunakan untuk menuliskan pertanyaan apa saja menyangkut materi yang sudah disampaikan oleh ketua kelompok.

e)      Kemudian kertas yang berisi pertanyaan dibuat seperti bola dan dilemparkan ke peserta lain selama 15 menit.

f)       Setelah siswa mendapatkan bola/satu pertanyaan, diberikan kesempatan kepada siswa untuk  menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.( Hamalik:2001:46)

 

E.                 Hakikat Pembelajaran Matematika

 

Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang membutuhkan pemikiran, nalar, experiment. Hal ini sesuai yang dikatakan Antonius Cahya dalam Wikipedi,(2016) bahwa “Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika, serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan”. Wahyudi dan Inawati dalam Wikipedi,(2016) mengemukakan bahwa “Matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari jumlah-jumlah yang diketahui melalui proses perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka atau simbol.”

Pembelajaran matematika hakikatnya adalah suatu proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan peserta didik melaksanakan pembelajaran, dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada peserta didik untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika. Menurut Aisyah (Dahar, R.W.  2006:47) menyimpulkan bahwa “Pembelajaran matematika adalah pembelajaran berpusat pada kegiatan peserta didik belajar dan bukan berpusat pada kegiatan guru mengajar”.Pembelajaran matematika sebaiknya terdapat pendekatan yang sesuai dengan pemahaman karakteristik matematika dalam mengembangkan kemampuan berpikir matematis.

Masriyah dan Rahayu, Endah Budi. (2007: 15) berpendapat “Pembelajaran matematika seharusnya mempunyai peranan pengajaran yang dapat membantu para guru untuk memberikan materi pada peserta didik secara proporsional sesuai dengan tujuan.” Pemilihan pembelajaran yang sesuai dengan fungsi yang ada pada pelajaran matematika. Brunner mengatakan belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi-materi yang dipelajari serta menjalankan hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur itu. Lain dari itu peserta didik lebih mudah mengingat matematika itu,bila yang dipelajari merupakan pola yang terstruktur.”Pemilihan pembelajaran matematika yang tepat dapat membuat peserta didik membangunan suatu sistem yang bermakna dalam pembelajaran, pemahamanrealitas melalui pengalaman-pengalaman interaksi sosial dengan teman sebaya, berani berargumentasi melalui percakapan dalam kelompok kerja dengan adanya suatu pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan bernalar, bereksplorasi, dan mengkonfirmasikan hasil dari pembelajaran apabila dalam pembelajaran matematika guru dapat menyampaikan materi secara proposional sesuai dengan tujuan matematika.

Berpijak dari landasan berpikir demimikian, maka penggunaan metode pembelajaran yang tepat sangat diperlukan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran oleh seorang guru, karena melalui metode Inquiry, pembelajaran matematika akan terlaksana secara sistematis, sehingga pemikiran-pemikiran siswa akan berkembang.

F.                 Pembelajaran Matematika di Madrasah

Seperti penulis paparkan pada Bab terdahulu bahwa pembelajaran pelajaran matematika merupakan pembelajaran yang menuntut  guru untuk lebih kreatif, cerdas dan aktif sehingga guru dapat menciptakan berbagai scenario dan  tehnik pembelajaran di kelas yang menyenangkan dan tidak membosankan siswa. Pembelajaran pelajaran matematika semestinya dilaksanakan dalam bentuk kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika, serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika guru dituntut untuk lebih kreatif dan aktif mencari berbagai metode, tehnik dan pengalaman pembelajaran yang mudah, atraktif, menyenangkan dan menarik dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika seperti yang diharapkan diatas. Dan salah alternative metode tersebut adalah metode pembelajaran Inquiry, dimana dalam metode ini guru dituntut untuk mengerakan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara sistematis dan terukur.

Pada dasar nya pembelajaran matematika yang dilakukan di madrasah saat ini masih menggunakan metode ceramah , guru memberikan materi pada siswa dengan cara mendekte dan menulis di papan tulis, kemudian menjelaskan materi yang telah ditulis oleh siswa. Selanjutnya pada metode  Tanya jawab, siswa hanya menjawab pertanyaan pertanyaan yang diajukan guru dengan terlebih dahulu menunjukan tangan ke atas, dan sebaliknya siswa bertanya guru menjawab pertanyaan. Selanjutnya guru mengambil kesimpulan pembelajaran.

                   Pada pembelajaran yang dilakukan rutinitas yang demikian tentulah sangat monoton dan siswa akan disuguhkan sesuatu yang sangat membosankan. Sehingga suasana pembelajaran akan kaku dan mati. Tentu hal ini akan mempengaruhi kwalitas pembelajaran siswa. Siswa tidak termotivasi untuk belajar. Dengan demikian prestasi belajar siswa pun akan terpengaruhi.

G.                Implementasi Metode Pembelajaran Inquiry

   Pembelajaran yang tidak hidup, monoton dan kelas membosankan bukan suatu harapan dalam kegiatan pembelajaran, maka untuk menghindari hal demikian, guru harus mempunyai ide untuk menangani kelasnya supaya kreatif dan menyenangkan. Alternative jawaban permasalahan tersebut adalah menerapkan pembelajaran Inquiry Learning.

Untuk mengaplikasinya dilapangan, ada langkah yang diperlukan, disni penulis menggunakan tehnik pembelajaran diskusi kelompok. Langkah pembelajaran model pembelajaran inkuiri secara garis besar adalah seperti kegiatan pembelajaran  matematika dengan materi bangunan sebagai berikut:

1.         guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 3 siswa

2.         Guru membagikan bangun datar yaitu bangun persegi, persegi panjang, segitiga, trapezium, lingkaran pada setiap kelompok

3.         Guru membimbing siswa dalam menemukan simetri lipat yang dibentuk oleh bangun-bangun tersebut

4.         Guru memberi kesempatan pada kelompok lain untuk berdiskusi dan bertanya tentang hal-hal yang belum jelas

5.         Kesimpulan dalam sebuah laporan ( hasil kerja Kelompok)

6.         Masing-masing kelompok melaporkan hasil temuannya ( RPP terlampir)

 

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendskripsikan hasil temuan yang didapat dari hasil pengujian hipotesis. Untuk bisa mencapai kesimpulan yang baik dan akurat, sebagiknya pendidik dapat memperlihatkan pada peserta didik data mana yang sesuai dan relevan. Selanjutnya kelompok mempresentsikan didepan kelas hasil laporannya secara sederhana. Kelompok lain menaggapinya. Pada akahir kegiatan guru mengapresiasi kegaiatn siswa tersebut.

 

H.                Hasil Yang Diharapkan

 Dari pembelajaran Inquiry, yang diharapkan oleh guru sebagai pengarah utama dalam kegiatan pembelajaran tersebut berupa terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan. Kemudian materi pelajaran yang disampaikan dapat diserap oleh siswa sepenuhnya, kerena dengan pembelajaran kreatif siswa dapat menyerap intisari dari materi pembelajaran dari kegiatan-kegiatan yang melibatkan siswa itu sendiri. Siswa dapat mencatat rangkuman-rangkuman  hasil diskusi kelompok yang disimpulkan oleh guru.

Dengan pembelajaran Inquiry siswa akan termotivasi untuk belajar secara maksimal. Siswa akan giat dan mencintai belajar. Siswa akan berlomba untuk tampil secara baik didalam kelompok dan tampil di depan kelas. Dengan demikian materi pelajaran akan diterima secara menyeluruh oleh siswa. Bagi guru ini merupakan suatu harapan dimana materi pelajaran tercapai, tujuan KBM tercapai dan hasil pembelajaranpun akan terpengaruhi.

Pada pembelajaran matematika kegiatan yang menyenangkan dan kreatif justru akan memberikan nilai tersendiri. Karena kegiatan pembelajaran matematika membutuhkan kreatifitas tersendiri dalam memotivasi siswa supaya siswa giat dalam pembelajaran.

Melalui kegiatan Inquiry tersebut, siswa akan terbentuk pola pikir untuk menyelesaikan suatu masalah secara sistematis. Dengan demikian dapat diharapkan daya intelegensia siswa akan terbentuk, sehingga perestasi belajar pun akan tercapai.