MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
A.
Metode Pembelajaran Konvensional
Metode pembelajaran
konvensional atau ceramah merupakan
strategi dimana guru memberi presentasi lisan dan
peserta didik di tuntut menanggapi atau
mencatat penjelasan guru. Ceramah digunakan
untuk menjelaskan informasi dalam waktu singkat atau untuk mengawali dan
menjelaskan tugas
belajar (Endang Mulyatiningsih, 2011:224).
Rosenshine dan stevens (1986) seperti
dikutip
oleh Endang Mulyatiningsih (2011:219) menjelaskan
beberapa aspek yang harus
diperhatikan dalam penerapan
metode ceramah yaitu: (1) tujuan dan inti pelajaran dinyatakan secara jelas; (2) prestasi dilakukan setahap demi setahap; (3) menggunakan prosedur khusus
dan kongkrit; (3) mengecek
pemahaman siswa.
Menurut Roestiyah
N.K. (2012:136)
cara mengajar paling tradisional dan telah
lama dijalankan dalam sejarah pendidikan
ialah
cara mengajar dengan
ceramah.
Sejak dahulu
guru dalam
usaha
menularkan pengetahuannya pada siswa, ialah
secara
lisan atau ceramah. Cara
ini
kadang-kadang membosankan; maka
dalam pelaksanaannya
memerlukan ketrampilan tertentu,
agar gaya
penyajiannya tidak membosankan dan menarik
perhatian murid.
B.
Model –
Model Pembelajaran
Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar.(Indrawati,2011)
Banyak
model pembelajaran yang telah dirumuskan oleh beberapa ahli dan pemerhati dunia
pendidikan, berikut ada beberapa model yang dapat penulis jelaskan sebagai
berikut:
1.
Model Pembelajaran
Kontekstual (CTL)
Pembelajaran kontekstual adalah terjemahan
dari istilah Contextual
Teaching Learning (CTL). Katacontextual berasal dari kata contex yang berarti “hubungan, konteks,
suasana, atau keadaan”. Dengan demikian contextual diartikan ”yang berhubungan dengan
suasana (konteks). SehinggaContextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagi
suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.
Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil
penelitian John Dewey (Hamalik:2001: 8) yang menyimpulkan bahwa siswa akan
belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah
diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya.
Pengajaran kontekstual sendiri pertama
kali dikembangkan di Amerika Serikat yang diawali dengan dibentuknya Washington State Consortum for Contextualoleh
Departemen Pendidikan Amerika Serikat. Antara tahun 1997 sampai tahun 2001
sudah diselenggarakan tujuh proyek besar yang bertujuan untuk mengembangkan,
menguji, serta melihat efektifitas penyelenggaraan pengajaran matematika secara
kontekstual. Proyek tersebut melibatkan 11 perguruan tinggi, dan 18 sekolah
dengan mengikutsertakan 85 orang guru dan profesor serta 75 orang guru yang
sudah diberikan pembekalan sebelumnya.
Penyelenggaraan program ini berhasil dengan
sangat baik untuk level perguruan tinggi sehingga hasilnya
direkomendasikan untuk segera disebarluaskan pelaksanaannya. Untuk
tingkat sekolah, pelaksanaan dari program ini memperlihatkan suatu hasil
yang signifikan, yakni meningkatkan ketertarikan siswa untuk belajar, dan
meningkatkan partisipasi aktif siswa secara keseluruhan. ( Hamalik,2001:6)
1. Collaborative Learning Model
Konsep utama pada
pembelajaran ini adalah mengutamakan kerja sama dua
orang atau lebih, memecahkan masalah
bersama
dan mencapai tujuan tertentu. Dua unsur penting dalam
pembelajaran collaborative yaitu:
- Ada tujuan yang sama diskusi menentukan strategi, keputusan bersama, persoalan milik bersama
- Ketergantungan yang positif anggota berhasil bila
seluruh anggota bekerja sama
Salah satu bentuk belajar dari model
ini adalah: Student Teams
Achievement Divisions (STAD),
berupa kegiatan-kegiatan:
- Sajian Guru
- Diskusi kelompok siswa
- Tes/kuis/silang tanya antar kelompok
- Penguatan Guru
AdaLima langkah pokok dalam kegiatan pembelajaran yaitu:
- Presentasi guru,perhatian cermat siswa, membantu
quis
- Tim (kelompok):
ü Fungsi utama :membantu anggota mengerjakan quis dengan baik
ü Anggota mengerjakan SST yang terbaik untuk tim
- Presentasi guru satu atau dua pereode
- Satu atau dua periode praktek kelompok, ada quis individual
- Siswa tidak diijinkan saling bantu
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa
untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Konsep Pembelajaran Kooperatif
adalah:
•
Pembelajaran kooperatif menciptakan
interaksi yang asah, asih dan asuh, sehingga tercipta masyarakat belajar.
•
Siswa tidak hanya belajar dari guru tetapi
juga dari sesama siswa.
Ciri-ciri
umum dari pembelajaran kooperatif adalah:
- Saling
ketergantungan positif
- Interaksi
tatap muka
- Akuntabilitas
individual
- Keterampilan
menjalin hubungan antar pribadi.
Guru dapat
menerapkan pembelajaran ini, adapun keuntungan penggunaan
pembelajaran kooperatif dapat adalah:
a.
Meningkatkan kepekaan
dan kesetiakawanan sosial
b.
Memungkinkan para
siswa saling belajar mengenal sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial,
dan pandangan-pandangan
c.
Memudahkan siswa
melakukan penyesuaian sosial
d.
Menghilangkan sifat
mementingkan diri sendiri/egois
e.
Meningkatkan rasa
saling percaya kerpada sesama manusia
Ada beberapa
teknik pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kooperatif ini yang
dapat dipertimbangkan oleh guru:
a.
Metode STAD (Student Teams Achievement
Division) untuk mengajarkan kepada siswa baik verbal maupun tertulis. Adapun
langkah-langkahnya pembelajarannya sebagai berikut:
§ Siswa
dibagi menjadi kelompok-kelompok.
§ Tiap
anggota menggunakan lembar kerja akademik kemudian saling membantu untuk
menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar anggota tim.
§ Tiap
minggu atau 2 minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan materi yang telah diberikan.
§ Tiap
siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap materi, yang meraih
prestasi tinggi diberi penghargaan
b.
Metode Jigsaw, adapun
langkah pemnbelajarannya adalah seperti dibawah ini:
§ Kelas
dibagi menjadi beberapa tim/kelompok
anggotanya 5-6 yang karakteristiknya heterogen.
§ Bahan
yang disajikan bentuk teks, tiap siswa bertanggung jawab mempelajari.
§ Setiap
kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab mengkaji bagiannya. Bila berkumpul
disebut kelompok pakar.
§ Para
siswa yang ada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula untuk mengajar
anggota baru mengenai materi yang dipelajari dalam kelompok pakar.
§ Setelah
diadakan pertemuan dan diskusi para siswa dievaluasi secara individual mengenai
bahan yang pernah di pelajari.
§ Pemberian
skor diberikan / dilakukan seperti dalam metode STAD. Nilai tertinggi diberi
penghargaan oleh guru.
Metode lain yang bisa digunakan dalam pembelajaran Kooperatif:
a.
Metode G (Group
Investigation)
b.
Metode Struktural
c.
Dua Tinggal Dua Tamu
d.
Keliling Kelompok
e.
Kancing Gemerincing
3.
Pembelajaran Quantum
Teaching
Proses
pembelajaran quantum teaching intinya pembelajaran yang menyenangkan, kreatif
tidak membosankan. Kalau semua itu tidak tercapai, guru harus ganti strategi
dengan menggunakan multi media, sehingga membuat pembelajaran lebih efektif,
proses belajar saat ini boleh dikatakan aktif, partisipatif, konstruktif,
komunikatif dan berorientasi pada tujuan. Karakteristik umum pembelajaran Quantum ini adalah seperti berikut ini:
§ Berpangkal
pada psikologi kognitif
§ Bersifat Humanistis bukan positivistis-empiris
§ Siswa
sebagai pebelajar menjadi pusat perhatian.
§ Lebih
bersifat pada konstruktivistis
§ Memusatkan
perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna.
§ Sangat
menekankan pada pencapaian pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
§ Sangat
menekankan kealamiyahan dan kewajaran proses pembelajaran.
Prinsip-prinsip pembelajaran quantum adalah:
a.
Bawa dunia mereka ke dalam dunia kita dan
antarkan dunia kita ke dalam dunia mereka
b.
Berlaku prinsip permainan orkestra
simponi.
c.
Harus berdampak bagi terbentuknya
keunggulan.
Adapun teknik
pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru yang dapat penulis rangkumkan
adalah:
§ Peta konsep
menunjukkan penanganan ide-ide pikiran sebagai sasaran dalam bentuk grafis.
§ Teknik Memori, guru dapat
menerapkan teknik pembelajaran melatih ingatan seperti berikut:
a.
Melatih imajinasi
b.
Teknik rantaian kata
c.
Teknik plesetan kata
d.
Sistem pasak lokasi
e.
Teknik Akrostik (jembatan
keledai)
4.
Model
Pembelajaran
Tematik Kelas I - III
Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran berdasarkan tema untuk mempelajari suatu materi
guna mencapai kompetensi tertentu. Tema adalah suatu bidang yang luas, yang
menjadi fokus pembahasan dalam pembelajaran. Topik adalah bagian dari tema /
sub tema. Jenis tema : intra disciplinary dan inter disciplinary.
Rasional pembelajaran tematik:
•
Menyajikan pendekatan belajar
yang bermakna
•
Tema memberikan kerangka
berpikir untuk menemukan kaitan antar bidang studi
•
Mengajar dengan tema
sebagai suatu cara untuk melakukan keterpaduan
•
Kecenderungan menemukan
kaitan dalam pembelajaran yang diorganisasikan secara tematik
Strategi pembelajaran
tematik:
•
Memilih tema
•
Menentukan konsep kunci
•
Menentukan
kegiatan-kegiatan untuk investigasi konsep-konsep
•
Menentukan bidang studi /
bidang pengembangan mana yg digunakan sebagai bag. Kegiatan
•
Reviu kegiatan &
bid-bid studi / bidang pengembangan yang berkaitan
•
Mengorganisasi
bahan-bahan untuk memudahkan distribusi & penggunaan
•
Menentukan urutan
kegiatan yang disajikan di kelas
•
Diskusi tindak lanjut
5.
Model
Konstruktivisme
Landasan
Teori: Siswa mengkonstruksi idea berdasarkan pengalaman dan interaksi dng sumber belajar. Hasil
belajar dapat ditampilkan dengan berbagai cara.
Langkah:
Orientasi, Penggalian Idea, Restrukturisasi Idea, Aplikasi Idea, Reviu,
Membandingkan
6.
Model
Pemecahan Masalah/Studi Kasus
Tujuan:
Mengembangkan kemampuan analisis & memecahkan masalah/mengambil keputusan. Topik
nyata dalam kehidupan yang mempersyaratkan pemecahan masalah. Evaluasi : proses
kelompok & hasil pemecahan masalah. Langkah-langkah:
•
Pendahuluan : orientasi
pada masalah
•
Kegiatan inti :Sajikan
kasus (peristiwa yang mengandung masalah untuk bahan diskusi/analisis)
•
Pecahkan kasus dalam
kelompok / secara individual
•
Kegiatan penutup :
Menindaklanjuti hasil kelompok / individu
7.
Model
Pembelajaran Kreatif Dan Produktif
Landasan
Teori : belajar aktif, konstruktivistik, kolaboratif dan kreatif. Tujuan: kemampuan
memahami informasi, memecahkan masalah & dampak pengiring, kerja sama,
disiplin, mandiri. Topik : dari bidang sosial, IPA, bahasa. Evaluasi : proses
dan hasil. Langkah-langkah:
•
Orientasi
•
Eksplorasi
•
Interpretasi
•
Re-kreasi
Model-model
pembelajaran tersebut diatas masih dapat dikembangkan lagi ke berbagai model
pembelajaran yang dapat diterapkan didepan kelas dalam rangka memberikan
pencerahan dan tercapainya tujuan pembelajaran. ( .( Idarianwaty,2011)
C.
Metode Pembelajaran Inkuiri
- Pengertian Metode
Inkuiri
Metode inquiri
adalah metode
yang melibatkan
pesera didik dalam
proses pengumpulan
data dan pengujian hipotesis. Guru
membimbing peserta didik untuk menemukan
pengertian baru, mengamati perubahan pada praktik uji coba dan memperoleh
pengetahuan berdasarkan pengalaman belajar
mereka sendiri. Dalam metode inkuiri, peserta didik belajar secara aktif dan kreatif untuk mencari
pengetahuan (Endang Mulyatiningsih, 2011:219)
Secara bahasa, inkuiri berasal dari kata inquiry
yang merupakan kata dalam bahasa Inggris yang berarti; penyelidikan/meminta
keterangan; terjemahan bebas untuk konsep ini adalah “siswa diminta untuk mencari dan menemukan sendiri”. Dalam konteks penggunaan inkuiri sebagai metode
belajar mengajar, siswa ditempatkan
sebagai subjek pembelajaran,
yang berarti bahwa siswa memiliki
andil besar dalam
menentukan suasana dan model pembelajaran. Dalam
metode ini peserta didik
didorong untuk
terlibat aktif dalam
proses belajar
mengajar (Khoirul Anam, 2015:7).
Pembelajaran berbasis inkuiri merupakan metode pembelajaran yang memberi ruang sebebas-bebasnya bagi siswa untuk menemukan
gairah dan cara belajarnya
masing-masing.siswa
tidak lagi
dipaksa untuk belajar dengan gaya atau cara tertentu, mereka dikembangkan untuk menjadi pembelajar yang kreatif dan produktif (Khoirul Anam,
2015:12).
Menurut Roestiyah (2012:75) inquiry adalah istilah dalam
bahasa
Inggris; ini merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru
untuk mengajar di depan kelas.
Adapun
pelaksanaannya sebagai berikut: guru membagi
tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok mendapat tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian
mereka
mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di dalam kelompok, kemudian
dibuat laporan yang tersusun dengan baik.
- Langkah
Pembelajaran
Inkuiri
Langkah inkuiri pada
penelitian
ini
mengacu pada model berikir reflektif dari John Dewey‟s (1990) dalam Endang Mulyatiningsih (2011:219). Tahap-tahap inkuiri yang dilakukan
peserta didik meliputi:
(1)
mengidentifikasi
masalah; (2) merumuskan
hipotesis; (3) mengumpulkan data; (4) menganalisis dan mengiterpretasikan
data untuk menguji hipotesis; (5)
menarik kesimpulan. Langkah-langkah
pembelajaran inkuiri yang dilakukan
guru
yaitu:
a)
Menjelaskan tujuan
pembelajaran
b)
Membagi petunjuk inkuiri atau petunjuk praktikum
c)
Menugaskan peserta didik untuk melaksanakan inkuiri
praktikum
d)
Memantau pelaksanaan inkuiri
e)
Menyimpulkan hasil inkuiri bersama-sama
- Tujuan Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Penekanan utama dalam proses belajar berbasis
inkuiri terletak
pada kemampuan siswa untuk memahami,
kemudian mengidentifikasi
dengan cermat dan teliti, lalu diakhiri
dengan memberikan
jawaban atau solusi atas permasalahan yang tersaji.
Sekilas metode ini tampak seperti
metode strategi pemecahan
masalah. Selain itu pembelajaran
berbasis inkuiri bertujuan untuk mendorong siswa
semakin berani dan kreatif
dalam berimajinasi. Dengan
imajinasi, siswa dibimbing untuk
menciptakan penemuan-penemuan, baik yang beripa penyempurnaan dari apa yang telah ada
maupun menciptakan ide, gagasan atau alat
yang belum pernah ada
sebelumnya (Khoirul Anam, 2015:8).
Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adal mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis,
logis dan kritis,
atau mengembangkan kemampuan intelektual
sebagai bagian dari
proses mental. Dengan
demikian, siswa tidak hanya dituntut untuk
menguasai materi pembelajaran, akan tetapi lebih pada bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang
dimilikinya untuk lebih mengembangkan
pemahamannya terhadap
materi pembelajaran tertentu
(Khoirul Anam, 2015:14).
- Kelebihan-kelebihan Metode Inkuiri
Menurut
Khoirul
Anam (2015:15),
kelebihan-kelebihan metode
inkuiri antara lain:
a)
Real life skills, siswa belajar tentang hal-hal penting namun mudah dilakukan, siswa didiorong untunk „melakukan‟ bukan
hanya „duduk,
diam dan mendengarkan‟
b)
Open-ended topic: tema yang dipelajari tidak
terbatas, bias bersumber dari mana saja: buku
pelajaran, pengalaman siswa/guru,
internet, televisi, radio
dan seterusnya. Siswa akan belajar lebih
banyak.
c)
Intuitif, imajinatif,
inovatif: siswa
belajar dengan
mengarahkan seluruh potensi yang mereka miliki,
mulai dari kreativitas hingga imajinasi. Siswa akan menjadi pembelajar aktif, out of the box,
siswa akan belajar karena mereka membutuhkan, nukan
sekedar kewajiban.
d)
Peluang melakukan penemuan: dengan berbagai observasi dan eksperimen, siswa
memiliki peluang besar
untuk melakukan penemuan.
Siswa akan segera mendapat hasil dari
materi atau topik yang mereka pelajari.
Selain yang sudah disebutkan, Bruner seorang psikolog
dari Harvard University di
Amerika Serikat seperti yang dikutip oleh Khoirul Anam
(2015)
menegaskan metode inkuiri
memiliki kelebihan
sebagai berikut:
a)
Siswa akan memahami
konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
b)
membantu dalam
menggunakan daya ingat
dan
transfer
pada
situasi-situasi proses belajar yang baru.
c)
Mendorong siswa untuk berpikir
inisiatif
dan
merumuskan hipotesisnya sendiri.
d)
Mendorong
siswa
untuk
berpikir
dan
bekerja atas
inisiatifnya sendiri.
e)
Memberikan kepuasan
yang bersifat intrinsic
f)
Situasi proses belajar
menjadi lebih merangsang.
- Prinsip-prinsip
Inkuiri
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan ketika memutuskan untuk menggunakan
metode strategi inkuiri dalam proses pembelajaran menurut Khoirul Anam
(2015:20). Beberapa strategi
berikut adalah sebagai berikut:
a) Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama
dari pembelajaran menggunakan strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir.
Dengan demikian, strategi
pembelajaran
inkuirin ini
selain
berorientasi pada hasil
belajar juga berorientasi pada proses belajar.
b) Prinsip interaksi
Proses pembelajaran
pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi atar-siswa, interaksi siwa dengan
guru maupun interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses
interaksi, tetapi sebagai penmgatur
lingkungan atau pengatur interaksi itu
sendiri
c) Prinsip bertanya
Peran guru
yang harus dilakukan
dalam menggunakan strategi pembelajaran inkuiri
adalah guru sebagai penanya. Dengan
demikian, kemampuan
siswa untuk menjawab seyiap pertanyaan pada
dasarnya sudah merupakan bagian daru proses berpikir. Oleh
sebab itu, kemampuan
guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.
d)
Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat
sejumlah fakta, tetapi juga
merupakan proses
perpikir, yaitu proses
mengembangkan potensi seluruh otak,
baik
otak kiri maupun otak
kanan.
Pembelajaran berpikir
adalah pemanfaatan dan penggunaan
otak secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung menggunakan
otak kiri dengan
memaksa anak untuk berpikir
logis dan rasional, akan membuat
anak dalam posisi “kering dan
hampa”. Oleh karena itu, belajar
berpikir logis dan
rasional perlu
didukung oleh
pergerakan otak kanan.
e) Prinsip keterbukaan
belajar merupakan suatu proses mencoba
berbagai kemungkinan, yakni dengan prinsip: segala sesuatu mungkin saja terjadi. Pleh
sebab itu, anak perlu diberikan
kebebasan untuk mencoba
sesuai
dengan perkembangan kemampuan logika dan
nalarnya. Pembelajaran yang
bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas
guru adalah menyediakan
ruang untuk memberikan
kesempatan
kepada siswa mengembangkan hipotesis
dan secara terbuka
membuktikan kebenaran
hipotesis yang diajukan.
Menurut Murwantara. (2013: 76) secara umum prinsip strategi inkuiri adalah sebagai
berikut:
a)
Siswa akan bertanya (inquire) jika mereka dihadapkan
pada masalah
membingungjan/kurang jelas.
b)
Siswa dapat menyadari dan belajar menganalisis strategi berpikir mereka.
c)
Strategi
berpikir baru dapat diajarkan secara
langsung dan ditambahkan
pada
apa yang telah
mereka
miliki.
d)
Inkuiri dalam kelompok dapat memperkaya khazanah pikiran dan membantu siswa belajar
mengenai sifat pengetahuan
yang sementara dan
menghargai pengdapat orang lain.
D.
Tehnik Pembelajaran Dalam Metode
Inkuiry
Untuk mengaplikasikanya metode
belajar Inkuiry di dalam kelas, guru dapat menggunakan beberapa tehnik pembelajaran
yang ada, ataupun mencipatakn tehnikbelajar sendiri. Adapun tehnik tersebut
adalah sebagai berikut:
1.
Model
Pembelajaran Examples Non Examples
Persiapkan
diagram, gambar atau tabel sesuai dengan materi serta kompetensi. Tampilkan
gambar dengan cara ditempel atau juga bisa mempergunakan OHP. Selanjutnya siswa
memperhatikan gambar yang disajikan, melakukan kegiatan diskusi dan diakhiri
dengan proses evaluasi. Adapun panduan lengkap penggunaan model belajar ini
adalah sebagai berikut:
a)
Guru menyiapkan gambar-gambar
yang nantinya akan ditampilkan kepada siswa.
b)
Gambar ditempel atau juga
diperlihatkan melalui OHP.
c)
Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk menyimak gambar.
d)
Siswa mendiskusikan apa
yang didapatnya dari hasil menyimak dengan teman sekelompoknya.
e)
Setiap kelompok
membacakan serta mempresentasikan hasil diskusinya tersebut.
f)
Dari hasil diskusi semua
kelompok, guru mulai mengevaluasi serta menjelaskan materi yang disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran.
g)
Guru membuat kesimpulan.
2.
Model
Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Model pebelajaran
ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Model tersebut memberikan
keleluasaan kepada para siswa untuk saling berbagi pemikiran dan mendiskusikan
jawaban yang paling benar. Lebih dari itu, model ini juga memberikan sebuah
dorongan kepada para siswa untuk bersemangat pada saat kegiatan belajar. Model
ini dapat dipergunakan untuk segala mata pelajaran dan semua tingkatan usia
peserta didik. Untuk langkah-langkah model pembelajaran NHT adalah sebagai
berikut:
a)
Persiapan : Dalam tahap
ini guru mulai mempersiapkan LKS, Skenario Pembelajaran yang disesuaikan dengan
model pembelajaran NHT.
b)
Pembentukan Kelompok:
Dalam tahap ini, pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, satu kelompok terdiri atas
3-5 orang. Guru memberikan nomor ke setiap kelopok, sekaligus pemberian nomor
juga ke stiap anggota kelompok. Dalam pembagian kelompok, anggota yang terdapat
di dalamnya harus heterogen.
c)
Setiap Kelompok Harus Memiliki
Buku Panduan: Ini dilakukan supaya siswa tidak mengalami begitu kesulitan saat
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
d)
Diskusi Masalah: Dalam
kegiatan berkelompok, guru memberikan LKS kepada siswa untuk dipelajari. Di
dalam LKS tersebut disediakan juga soal yang nantinya harus dikerjakan.
Pastikan semua siswa tahu setiap jawaban dari hasil diskusi.
e)
Memanggil Nomor Anggota:
Guru memanggil suatu nomor. Bagi nomor yang sama untuk setiap kelompok
diinstruksikan angkat tangan. Selanjutnya siswa bersangkutan menerangkan
jawaban hasil diskusi.
f)
Guru bersama siswa
memberikan kesimpulan akhir.
3.
Model
Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Dalam
pengaplikasiannya model pembelajaran ini mengharuskan pembagian kelompok secara
heterogen. Untuk tugas setiap kelompok bisa sama tetapi bisa juga berbeda.
Setelah guru memberikan tugas untuk semua kelompok, selanjutnya setiap kelompok
bekerjasama dalam bentuk diskusi dan kerja individual. Diusahakan kegiatan
berkelompok berlangsung kompak, kohesif serta timbul suatu bentuk kompetisi
antar kelompok. Kondisikan suasana saat pembelajaran menyenangkan dan nyaman
seperti permainan games, keadaan ini bisa dilakukan dengan cara guru bersikap
ramah dan sekali-sekali mengeluarkan candaan segar. Setelah selesai kerja
kelompok, siswa mempresentasikan hasilnya sehingga timbul diskusi di kelas.
Apabila waktunya memungkinkan, TGT juga bisa dilakukan untuk jangka waktu yang
panjang. Misalnya untuk mengisi waktu setelah kegiatan ulangan akhir semester.
Untuk sintaksnya adalah sebagai berikut:
a)
Buat sebuah kelompok yang
heterogen. Satu kelompok terdiri atas 4 orang. Setelah selesai berikan
penjelasan berkaitan mekanisme kegiatan.
b)
Sediakan meja untuk
kegiatan turnamen. Setiap meja ditempati oleh 4 siswa yang berkemampuan
seimbang. Meja pertama diisi oleh siswa dengan kemampuan tertinggi dari tiap
kelompk dan seterusnya sampai ke meja terakhir yang diduduki oleh siswa yang
paling rendah kemampuannya. Penentuan siswa yang duduk disuatu meja berdasarkan
kesepakatan kelompok.
c)
Pelaksanaan turnamen,
setiap siswa diharuskan mengambil kartu berisikan butir soal yang sudah
disediakan di setiap meja. Dalam pengerjakannya diatur dan diberikan
alokasi waktu tertentu (misal: 3 menit). Siswa yang bisa menyelesaikan lebih
dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor
akhir turnamen untuk setiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa
pada tiap meja turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan gelar:
Luar Biasa, Sangat Baik, Baik, Sedang.
d)
Bumping, pada turnamen
kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran
tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa
superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja
turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
e)
Apabila sudah selesai,
kalkulasikan skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan
penghargaan kelompok dan individual.
4.
Model
Pembelajaran Picture and Picture
Salah satu dari
beberapa model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah Model
Pembelajaran Picture and Picture. Model ini adalah salah satu bentuk dari model
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran Picture and Picture merupakan suatu
model belajar menggunakan gambar yang kemudian dipasangkan / diurutkan menjadi
urutan logis. Untuk Sintaks dari penggunaan model Picture adalah sebagai
berikut:
a)
Guru menerangkan
kompetensi yang hendak dicapai.
b)
Guru menyajikan sebuah
materi sebagai pengantar.
c)
Guru menunjuk siswa
secara bergantian untuk mengurutkan gambar sehingga didapatkan urutan yang
logis.
d)
Guru menanyakan dasar
pemikiran urutan gambar tersebut.
e)
Dari hasil urutan gambar
yang telah terbentuk, guru mulai menerangkan konsep.
f)
Guru memberikan
kesimpulan.
5.
Model
Pembelajaran Jigsaw
Model Pembelajaran
Jigsaw merupakan sebuah model pembelajarn kooperatif yang menitik beratkan
kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Model jenis ini
merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar secara berkelompok
dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4-6 orang yang pembagiannya dilakukan
secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung
jawab secara mandiri.Adapun panduan lengkap penggunaan model belajar ini adalah
sebagai berikut:
a)
Peserta kelompok dibagi
menjadi 4 tim.
b)
Setiap anggota dalam tim
diberikan tugas yang berbeda.
c)
Setiap anggota tim yang
membahas materi yang sama berkumpul membuat kelompok baru untuk berdiskusi.
d)
Setelah selesai
berdiskusi, para tim ahli kembali ke timnya masing-masing dan secara bergantian
menjelaskan apa yang didapatnya dari hasil diskusi.
e)
Setiap tim ahli
mempresentasikan hasil diskusi.
f)
Guru melakukan evaluasi.
g)
Guru menutup
pembelajaran.
6.
Model
Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
Model pembelajaran
PBI mempergunakan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah kehidupan nyata.
Model jenis ini dirancang untuk membantu belajar siswa dalam mengembangkan
kemampuan berpikir, belajar berbagai peran, pemecahan masalah dan
keterampilan intelektual, melalui sebuah pengalaman belajar di kehidupan
nyata.Untuk sintaksnya adalah sebagai berikut:
a)
Guru menerangkan
kompetensi serta sarana dan alat apa saja yang dibutuhkan. Selain itu disini
guru juga memberikan motivasi kepada siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan
PBI ini.
b)
Guru membantu siswa untuk
mengerjakan serta mengorganisir tugas yang berhubungan dengan masalah
(menetapkan jadwal, topik, tugas dll).
c)
Guru menekankan siswa
untuk menyusun serta mengumpulkan informasi sesuai experimen untuk mendapatkan
pengumpulan data, penjelasan dan pemecahan masalah dan hipotesis.
d)
Guru memberi bantuan
kepada siswa berkaitan dengan perencanaan penyusunan laporan dan membantu
pembagian tugas siswa untuk setiap kelompok.
e)
Guru membantu siswa
melakukan evaluasi terhadap ekseperimen yang telah dilakukan.
7.
Model
Pembelajaran Talking Stick
Model pembelajaran
talking stick adalah model pembelajaran yang mendorong siswa untuk berani
mengemukakan pendapat. Siapa yang memegang tongkat dialah yang harus menjawab
pertanyaan dari gurunya. Untuk langkah-langkah model pembelajaran Talking Stick
adalah sebagai berikut:
a)
Guru menyediakan sebuah
tongkat
b)
Guru menjelaskan materi
yang hendak dipelajari, kemudian siswa diberi kesempatan untuk membaca dan
mempelajari materi bersangkutan.
c)
Setelah selesai membaca
materi, siswa diinstruksikan untuk menutup bukunya.
d)
Guru mengambil sebuah
tongkat yang kemudian memberikannya kepada siswa, setelah itu guru langsung
memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa yang sedang memegang tongkat harus
menjawabnya.
e)
Demikian seterusnya
sampai seluruh siswa mendapatkan pertanyaan dari guru.
f)
Guru membuat kesimpulan.
g)
Guru melakukan evaluasi.
h)
Penutup
8.
Model
Pembelajaran Snowball Throwing
Snowball Throwing
merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini
mampu digunakan sebagai alat untuk menyampaikan konsep pemahaman materi kepada
siswa. Model jenis ini juga mampu mengetahui sejau mana pengetahuan dan
kemampuan siswa dalam menguasai materi tersebut.Untuk sintaksnya adalah sebagai
berikut:
a)
Guru menyajikan materi
yang hendak disampaikan.
b)
Guru memanggil ketua dari
setiap kelompok dan kemudian menjelaskan materi kepada mereka.
c)
Masing-masing ketua
kelompok kembali ke kelompoknya masing dan menjelaskan apa yang sudah
dipelajarinya ke para anggota.
d)
Masing-masing siswa
diberik kertas yang nantinya digunakan untuk menuliskan pertanyaan apa saja
menyangkut materi yang sudah disampaikan oleh ketua kelompok.
e)
Kemudian kertas yang
berisi pertanyaan dibuat seperti bola dan dilemparkan ke peserta lain selama 15
menit.
f)
Setelah siswa mendapatkan
bola/satu pertanyaan, diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara
bergantian.( Hamalik:2001:46)
E.
Hakikat Pembelajaran Matematika
Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang
membutuhkan pemikiran, nalar, experiment. Hal ini sesuai yang dikatakan Antonius
Cahya dalam Wikipedi,(2016) bahwa “Matematika berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen,
sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika, serta
sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dalam
menjelaskan gagasan”. Wahyudi dan Inawati dalam Wikipedi,(2016) mengemukakan
bahwa “Matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari jumlah-jumlah yang
diketahui melalui proses perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan
angka-angka atau simbol.”
Pembelajaran matematika hakikatnya adalah suatu proses
yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan
memungkinkan peserta didik melaksanakan pembelajaran, dan proses tersebut
berpusat pada guru mengajar. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang
kepada peserta didik untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika.
Menurut Aisyah (Dahar, R.W. 2006:47) menyimpulkan
bahwa “Pembelajaran matematika adalah pembelajaran berpusat pada kegiatan
peserta didik belajar dan bukan berpusat pada kegiatan guru
mengajar”.Pembelajaran matematika sebaiknya terdapat pendekatan yang sesuai
dengan pemahaman karakteristik matematika dalam mengembangkan kemampuan
berpikir matematis.
Masriyah dan Rahayu, Endah Budi. (2007: 15)
berpendapat “Pembelajaran matematika seharusnya mempunyai peranan pengajaran
yang dapat membantu para guru untuk memberikan materi pada peserta didik secara
proporsional sesuai dengan tujuan.” Pemilihan pembelajaran yang sesuai dengan
fungsi yang ada pada pelajaran matematika. Brunner mengatakan belajar
matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur
matematika yang terdapat dalam materi-materi yang dipelajari serta menjalankan
hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur itu. Lain dari itu peserta
didik lebih mudah mengingat matematika itu,bila yang dipelajari merupakan pola
yang terstruktur.”Pemilihan pembelajaran matematika yang tepat dapat membuat
peserta didik membangunan suatu sistem yang bermakna dalam pembelajaran,
pemahamanrealitas melalui pengalaman-pengalaman interaksi sosial dengan teman
sebaya, berani berargumentasi melalui percakapan dalam kelompok kerja dengan
adanya suatu pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan bernalar,
bereksplorasi, dan mengkonfirmasikan hasil dari pembelajaran apabila dalam
pembelajaran matematika guru dapat menyampaikan materi secara proposional
sesuai dengan tujuan matematika.
Berpijak dari landasan berpikir demimikian, maka
penggunaan metode pembelajaran yang tepat sangat diperlukan dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran oleh seorang guru, karena melalui metode Inquiry,
pembelajaran matematika akan terlaksana secara sistematis, sehingga
pemikiran-pemikiran siswa akan berkembang.
F.
Pembelajaran Matematika di
Madrasah
Seperti
penulis paparkan pada Bab terdahulu bahwa pembelajaran pelajaran matematika merupakan
pembelajaran yang menuntut guru untuk
lebih kreatif, cerdas dan aktif sehingga guru dapat menciptakan berbagai
scenario dan tehnik pembelajaran di
kelas yang menyenangkan dan tidak membosankan siswa. Pembelajaran pelajaran
matematika semestinya dilaksanakan dalam bentuk kegiatan
penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui
pola pikir dan model matematika, serta sebagai alat komunikasi melalui simbol,
tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Oleh karena itu dalam
pembelajaran matematika guru dituntut untuk lebih kreatif dan aktif mencari
berbagai metode, tehnik dan pengalaman pembelajaran yang mudah, atraktif,
menyenangkan dan menarik dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran
matematika seperti yang diharapkan diatas. Dan salah alternative metode
tersebut adalah metode pembelajaran Inquiry, dimana dalam metode ini guru
dituntut untuk mengerakan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan
secara sistematis dan terukur.
Pada
dasar nya pembelajaran matematika yang dilakukan di madrasah saat ini masih
menggunakan metode ceramah , guru memberikan materi pada siswa dengan cara
mendekte dan menulis di papan tulis, kemudian menjelaskan materi yang telah
ditulis oleh siswa. Selanjutnya pada metode
Tanya jawab, siswa hanya menjawab pertanyaan pertanyaan yang diajukan
guru dengan terlebih dahulu menunjukan tangan ke atas, dan sebaliknya siswa bertanya guru menjawab
pertanyaan. Selanjutnya guru mengambil kesimpulan pembelajaran.
Pada
pembelajaran yang dilakukan rutinitas yang demikian tentulah sangat monoton dan
siswa akan disuguhkan sesuatu yang sangat membosankan. Sehingga suasana
pembelajaran akan kaku dan mati. Tentu hal ini akan mempengaruhi kwalitas
pembelajaran siswa. Siswa tidak termotivasi untuk belajar. Dengan demikian
prestasi belajar siswa pun akan terpengaruhi.
G.
Implementasi Metode
Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran yang tidak hidup, monoton dan kelas membosankan bukan
suatu harapan dalam kegiatan pembelajaran, maka untuk menghindari hal demikian,
guru harus mempunyai ide untuk menangani kelasnya supaya kreatif dan
menyenangkan. Alternative jawaban permasalahan tersebut adalah menerapkan
pembelajaran Inquiry Learning.
Untuk mengaplikasinya
dilapangan, ada langkah yang diperlukan, disni penulis menggunakan tehnik
pembelajaran diskusi kelompok. Langkah pembelajaran model pembelajaran inkuiri
secara garis besar adalah seperti kegiatan pembelajaran matematika dengan materi bangunan sebagai
berikut:
1.
guru membagi siswa menjadi 5
kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 3 siswa
2.
Guru membagikan bangun datar
yaitu bangun persegi, persegi panjang, segitiga, trapezium, lingkaran pada
setiap kelompok
3.
Guru membimbing siswa dalam
menemukan simetri lipat yang dibentuk oleh bangun-bangun tersebut
4.
Guru memberi kesempatan pada
kelompok lain untuk berdiskusi dan bertanya tentang hal-hal yang belum jelas
5.
Kesimpulan dalam sebuah laporan
( hasil kerja Kelompok)
6.
Masing-masing kelompok
melaporkan hasil temuannya ( RPP terlampir)
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendskripsikan hasil
temuan yang didapat dari hasil pengujian hipotesis. Untuk bisa mencapai
kesimpulan yang baik dan akurat, sebagiknya pendidik dapat memperlihatkan pada
peserta didik data mana yang sesuai dan relevan. Selanjutnya kelompok
mempresentsikan didepan kelas hasil laporannya secara sederhana. Kelompok lain
menaggapinya. Pada akahir kegiatan guru mengapresiasi kegaiatn siswa tersebut.
H.
Hasil Yang Diharapkan
Dari pembelajaran Inquiry, yang
diharapkan oleh guru sebagai pengarah utama dalam kegiatan pembelajaran
tersebut berupa terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan tidak
membosankan. Kemudian materi pelajaran yang disampaikan dapat diserap oleh
siswa sepenuhnya, kerena dengan pembelajaran kreatif siswa dapat menyerap
intisari dari materi pembelajaran dari kegiatan-kegiatan yang melibatkan siswa
itu sendiri. Siswa dapat mencatat rangkuman-rangkuman hasil diskusi kelompok yang disimpulkan oleh
guru.
Dengan pembelajaran Inquiry siswa akan termotivasi untuk belajar secara
maksimal. Siswa akan giat dan mencintai belajar. Siswa akan berlomba untuk
tampil secara baik didalam kelompok
dan tampil di depan kelas. Dengan demikian materi pelajaran akan diterima
secara menyeluruh oleh siswa. Bagi guru ini merupakan suatu harapan dimana
materi pelajaran tercapai, tujuan KBM tercapai dan hasil pembelajaranpun akan
terpengaruhi.
Pada
pembelajaran matematika kegiatan yang menyenangkan dan kreatif justru akan
memberikan nilai tersendiri. Karena kegiatan pembelajaran matematika membutuhkan
kreatifitas tersendiri dalam memotivasi siswa supaya siswa giat dalam
pembelajaran.
Melalui
kegiatan Inquiry tersebut, siswa akan terbentuk pola pikir untuk menyelesaikan
suatu masalah secara sistematis. Dengan demikian dapat diharapkan daya
intelegensia siswa akan terbentuk, sehingga perestasi belajar pun akan
tercapai.