PADA PEMBELAJARAN
A. Pengertian
Belajar dan Pembelajaran
1. Pengertian
Belajar
Belajar merupakan tindakan dan
prilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya di alami oleh
siswa sendiri. Siswa adalah penentu jadi atau tidak jadinya proses belajar,
proses belajar terjadi berkat siswa memproleh sesuatu yang ada di lingkungan
sekitar. Lingkungan yang di pelajari oleh siswa berupa keadaan alam,
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan dan manusia, atau hal-hal yang dijadikan
bahan belajar. Tindakan belajar tentang
suatu hal tersebut tampak sebagai prilaku belajar yang tampak dari luar.
Dengan demikian belajar bukan
hanya berupa kegiatan mempelajari suatu mata pelajaran di rumah atau di sekolah
secara formal. Disamping itu belajar merupakan masalahnya setiap orang. Hampir
semua kecakapan, ketrampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap
manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar. Kegiatan yang
disebut belajar dapat terjadi dimana-mana, baik di lingkungan keluarga, masyarakat
maupun di lembaga pendidikan formal. Di lembaga pendidikan formal usaha-usaha
dilakukan untuk menyajikan pengalaman belajar bagi anak didik agar mereka
belajar hal-hal yang relevan baik bagi kebudayaan maupun bagi diri
masing-masing. Sehingga dapat diketahui ciri-ciri kegiatan yang disebut belajar
yaitu:
a)
Belajar adalah aktifitas yang
menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti behavioral
changes), baik aktual maupun potensial.
b) Perubahan
itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu
yang relatif lama.
Dalam proses belajar mengajar ada
juga sistem pembelajaran, supaya dapat lebih jelas kita dapat melihat
pengertian pembelajaran dibawah ini.
Pembelajaran adalah membantu
peserta didik untuk melakukan kegiatan dalam menemukan kebutuhan belajar dan
program pembelajaran dalam mengevaluasi program pembelajaran. Belajar sangatlah
penting bagi manusia sepanjang hayatnya. Tanpa belajar manusia akan mengalami
kesulitan baik dalam penyesuaian diri dengan lingkungan maupun dalam
memenuhi tuntutan hidup dan hidup yang
selalu berubah. Keharusan belajar sepanjang hayat sudah disepakati oleh para
pakar. Jauh sebelum itu diakui pula bahwa islam adalah agama yang pertama merekomendasikan
keharusan belajar seumur hidup.
Menurut teori behavioristik dalam
kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan
pembelajaran, sifat pembelajaran, sifat materi pembelajaran, karakteristik
siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran yang dirancang dan
di laksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasti
tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga
belajar adalah perolehan pengetahuan ke orang yang belajar atau siswa. Siswa
diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang di ajarkan.
Artinya apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami
oleh siswa.[2]
Berdasarkan pengertian diatas bearti
pembelajaran itu harus mempunyai tujuan tertentu terlebih dahulu sembelum
proses pembelajaran dilaksanakan dan didalam pembelajaran sangatlah penting
dengan kelengkapan fasilitas di sekolah karena dengan kelengkapan fasiltas
sekolah dapat mendukung pembelajaran menjadi lebih baik.
Menurut
Eggen dan Kauchak menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif,
yaitu:
a. Siswa menjadi pengkaji yang aktif
terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan
kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan
generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan.
b. Guru menyediakan materi sebagai
fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran.
c. Aktivitas-aktivitas siswa
sepenuhnya didasarkan pada pengkajian
d. Guru secara aktif terlibat dalam
pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi.
e. Orientasi pembelajaran penguasaan
isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir.
Dari pengertian strategi
pembelajaran di atas, dapat di simpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan
cara- cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk
menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik
menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan
pembelajaran dapat di kuasainya di akhir kegiatan belajar.
Setelah kita mengetahui berbagai
macam strategi pembelajaran yang dilakukan seorang guru untuk meningkatan motivasi belajar siswa dan untuk mencapai
tujuan yang dingin, kita juga perlu mengetahui apat tujuan pembelajaran itu
yang sebenarnya.
Tujuan
pembelajaran menurut teori behavioristik:
Ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedang kan belajar sebagai aktivitas “mi-metic”, yang menuntut
siswa untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah di pelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.
Penyajian isi atau materi pembelajaran menekankan pada keterampilan yang terisolasi
atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian keseluruhan. Pembelajaran
mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak
di dasarkan pada buku teks atau buku wajib dengan penekanan pada keterampilan
mengungkapkan kembali isi buku teks atau
buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.[4]
2. Langkah-langkah
belajar
Belajar adalah suatu aktivitas
mental, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan,
dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relative konstan dan berbekas.
Dalam kaitan ini maka antara proses belajar dengan perubahan adalah dua gejala
saling terkait yakni belajar sebagai proses dan perubahan sebagai bukti dari
hasil yang diproses. Belajar dengan proses perubahan maka perubahan-perubahan
itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau pula penyempurnaan terhadap hasil
yang telah diperoleh. Proses belajar dapat berlangsung dengan penuh kesadaran,
dapat juga tidak demikian.
Suatu proses belajar mengajar
yang efektif dan bermakna akan berlangsung apabila dapat memberikan
keberhasilan dan kepuasan bagi guru maupun siswa. Dan para siswa belajar dengan
kesungguhan hati serta dengan kesadaran yang tinggi. Hal ini hanya akan dapat
dicapai apabila guru memiliki sikap dan kemampuan dasar professional yang cukup
serta kemampuan untuk mengelolah proses belajar mengajar. Maka proses belajar mengajar harus ada langkah-langkah dalam pembelajaran.
Menurut Ohn Jarolimek mengemukakan
Ada beberapa langkah-langkah pembelajaran yaitu:
1. Kebebasan Memilih, Pada tingkat ini terdapat 3 tahap, yaitu: (1) Memilih
secara bebas, artinya kesempatan untuk menentukan pilihan yang menurutnya baik.
Nilai yang dipaksakan tidak akan menjadi miliknya secara penuh; (2) Memilih
dari beberapa alternatif. Artinya, untuk menentukan pilihan dari beberapa
alternatif pilihan secara bebas; (3) Memilih setelah dilakukan analisis
pertimbangan konsekuensi yang akan timbul sebagai akibat pilihannya.
2. Menghargai, terdiri
atas 2 tahap pembelajaran, yaitu; (1) Adanya perasaan senang dan bangga dengan nilai yang menjadi
pilihannya, sehingga nilai tersebut akan menjadi bagian dari dirinya; (2)
Menegaskan nilai yang sudah menjadi bagian integral dalam dirinya di depan
umum. Artinya, bila kita menggagap nilai itu suatu pilihan, maka kita akan
berani dengan penuh kesadaran untuk menunjukkannya di depan orang lain.
3. Berbuat, Pada
tahap ini, terdiri atas 2 tahap, yaitu; (1) Kemauan dan kemampuan untuk mencoba
melaksanakannya (2) Mengulangi perilaku sesuai dengan nilai pilihannya.
Artinya, nilai yang menjadi pilihan itu harus tercermin dalam kehidupannya
sehari-hari.
4. Persiapan, diawalili dengan melakukan tindakan yaitu Pertama,
menyusun RPP sesuai dengan pokok bahasan. Dalam kesempatan ini diambil contoh
materi kedisiplinan. Kedua,
menetapkan bagian mana dari materi kedisiplinan yang akan disajikan melalui
analisis nilai, materi dapat dipilah seperti; kedisiplinan dirumah, sekolah
maupun di jalan raya. Ketiga, menyusun skenario pembelajaran sehingga
jelas langkah-langkah pembelajarannya. Keempat, menyiapkan media
stimulus untuk ber-VCT seperti cerita, guntingan koran atau memutar video. Kelima,
menyiapkan lembar kerja yang berisi panduan terperinci bagi siswa dalam ber-VCT.
5. Pelaksanaan,
diawalili dengan melakukan tindakan yaitu Pertama, setelah membuka
pelajaran, dijelaskan kepada siswa bahwa mereka akan ber-VCT. Kedua,
pelontaran stimulus oleh guru atau siswa yang telah di rancang sedemikian rupa.
Ketiga, guru memperhatikan aksi dan reaksi spontan siswa terhadap
stimulus yang diberikan. Keempat, melaksankan dialog terpimpin melalui
perntanyaan guru baik secara individual, kelompok maupun secara klasikal. Kelima,
menentukan argumen dan klarifikasi pendirian. Keenam, pembahasan/pembuktian
argumen. Pada tahap ini sudah mulai ditanamkan target nilai dan konsep yang
sesuai dengan materi. Ketujuh, penyimpulan yang dapat berupa bagan
intisari materi.[5]
Langkah-langkah pembelajaran sangatlah penting dalam
proses belajar mengajar, karena sebelum proses belajar mengajar berlangsung
seorang guru perlu menyiapkan langkah apa saja yang dapat digunakan didalam
menyajikan suatu materi, supaya proses belajar mengajar dapat berlangsung
dengan baik. Seorang guru harus juga
bisa memilih metode yang sesuai dalam pembelajaran.
3. Pemilihan
Metode Pembelajaran Yang Sesuai
Metode
mengajar harus diketahui oleh setiap orang dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar, karena dalam mengajar mata pelajaran apapun mempunyai syarat-syarat
tertentu untuk mencapai hasil yang di harapkan.
Penggunaan metode pengajaran sangat
tergantung pada guru yang melaksanakan proses belajar mengajar, menurut Winarno
Surachmad menyatakan: “Metode yang
kurang baik ditangan seorang guru atau penatar, dapat menjadi metode yang baik
sekali ditangan guru atau penatar yang lain menguasai teknik pelaksanaannya.”[6] Oleh
karena itu, seorang guru mata pelajaran biologi sudah sewajarnya memahami
metode mengajar mata pelajaran biologi yang tepat.
4. Fasilitas dan
Sarana Yang Tersedia Dalam Pembelajaran
Proses belajar mengajar akan
lebih terarah dan dapat dengan mudah untuk mencapai tujuan, jika di samping
tersedianya guru yang benar-benar siap
mental maupun penguasaan materinya, harus dilengkapi pula dengan sarana yang
lain seperti alat-alat dan fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan
pengajaran tersebut untuk mencapai tujuan pengajaran di sekolah, memerlukan
alat-alat bantu berupa alat pengajaran dan fasilitas lainnya. Menurut Suyono
menyatakan: “yang dimaksud dengan alat pelajaran di sini adalah sarana
penunjang yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar, yang
meliputi buku kurikulum, buku teks, buku bacaan, alat peraga atau alat praktek
pendidikan dan pegangan-pegangan lainnya yang diperlukan oleh guru bersama-sama
murid.”[7]
Secara
umum alat pengajaran yang merupakan alat perlengkapan dalam mata pelajaran
biologi yaitu gedung serta perlengkapannya seperti perpustakaan, laboratorium,
dan alat peraga.
a.
Perpustakaan
Perpustakaan
adalah merupakan salah satu sarana pendidikan yang menunjang kelangsungan
proses belajar mengajar dalam setiap mata pelajaran, khususnya dalam pelajaran
biologi baik di sekolah maupun di rumah atau perpustakaan yang ada dilingkungan
masyarakat baik itu milik pemerintah atau milik pribadi. Menurut Soetopo
menjelaskan bahwa: “Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang
diselenggarakan di sekolah yang bermaksud menunjang program belajar mengajar di
lembaga pendidikan formal.”[8] Karena
dengan adanya pustaka siswa bisa mengembangkan pikirannya dengan membaca buku
dan apa bila ada waktu jam istrahat siswa bisa memanfaatkan perpustakaan,
sehingga siswa dapat mengetahui semua masalah pembelajaran tidak hanya
mendengarkan dari guru saja tetapi bisa memanfaatkan pustaka untuk belajar.
Selanjutnya Suryana menyatakan:
“Perpustakaan sekolah adalah suatu ruang atau gedung yang berisi buku-buku dan
bahan yang lainnya, yang di susun secara teratur dan sistematis adalah susunan
menurut suatu sistem tertentu untuk memudahkan para petugas dan para pemakai
dalam mencari informasi yang diperlukannya dengan cepat dan mudah.”[9]
Jika seorang siswa hanya
mengharap ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh guru saja, maka ilmu-ilmu
pengetahuan ini makin lama makin dangkal. Ini bukan berarti guru tidak mampu
memberikan ilmu pengetahuan sampai sekecil-kecilnya, akan tetapi karena
keterbatasan waktu, guru hanya mampu memberikan secara garis-garis besar saja
atau prinsip-prinsip ilmu pengetahuan saja.
Untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa dalam mata pelajaran biologi diharapkan kepada siswa untuk
belajar secara kelompok maupun secara individu pada buku-buku yang tersedia di
perpustakaan.
b.
Laboratorium
Menurut Moedjadi menyatakan:
“Laboratorium adalah suatu tempat di mana percobaan dan penyelidikan dilakukan.”[10] Sarana
dan fasilitas laboratorium menjadi sangat bermanfaat, bila guru dapat
menggunakan sebagai mana mestinya. Adapun fungsi laboratorium menurut Moedjadi
menyatakan:
·
Tempat tumbuhnya
masalah.
·
Tempat memecahkan
masalah yang dihadapi oleh murid.
·
Tempat untuk
memperdalam pengertian dari suatu faktanya.
·
Tempat memilih dan
mengembangkan kebiasaan sikap dan keterampilan.
Mengingat fungsi laboratorium di
atas, maka sangat terasa penting laboratorium dalam proses belajar mengajar
biologi. Laboratorium juga merupakan fasilitas dan sarana yang ikut menentukan
keberhasilan proses belajar mengajar mata pelajaran biologi.
c. Alat-alat
peraga
Menurut
Soelaiman mengemukakan alat peraga adalah: ”suatu alat yang dapat memperjelas
atau membuat pelajaran menjadi konkrit dan dapat membuat lebih terdorong untuk
belajar, serta membuat situasi belajar lebih bervariasi.”[12] Jadi
alat peraga dapat membuat pelajaran lebih konkrit sekaligus dapat memperkaya
pengalaman siswa dalam proses belajar mengajar.
Fungsi
alat peraga dalam biologi, sebagaimana yang dikemukakan Ruseffendi adalah:
·
Proses
belajar mengajar termotivasi, baik murid maupun guru. Di mana diutamakan untuk
murid minatnya akan timbul, ia akan senang, terangsang, tertarik, dan karena
itu akan bersikap positif terhadap pengajaran biologi.
·
Konsep
abstrak, biologi tersajikan dalam bentuk konkrit dan karena itu lebih dapat
dipahami dan dimengerti, di mana hal ini dapat di tanamkan pada tingkat-tingkat
yang lebih rendah.
·
Hubungan
antara konsep dan abstrak biologi dengan benda-benda di alam sekitar akan lebih
dapat dipahami.
·
Konsep-konsep
abstrak yang disajikan dalam bentuk konkrit yaitu dalam bentuk model biologi
yang dapat dipakai oleh objek penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti
ide-ide baru dan relasi baru menjadi bertambah banyak.[13]
Dengan
demikian dalam biologi dituntut adanya benda-benda konkrit yang merupakan model
dan ide-ide biologi.
5. Teknik-Teknik
Memotivasi Pembelajaran Siswa
Motivasi atau
dorongan merupakan landasan bagi setiap orang yang dapat menyebabkan seseorang melakukan perbuatan,
baik perbuatan belajar maupun perbuatan lain yang sesuai dengan dorongan atau
motivasi yang mempengaruhinya. Menurut Nasution menyatakan: “Motivasi adalah
usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga seorang anak ingin
melakukannya, anak yang mempunyai intelegensi tinggi mungkin gagal dalam
pelajarannya jika kekurangan motivasi.”[14]
Menurut pendapat di atas
dikatakan bahwa setiap anak yang gagal dalam mengikuti pelajarannya tidak dapat
dipersalahkan begitu saja, mungkin gurulah yang tidak berhasil memberi motivasi
yang mempengaruhi kegiatan belajar pada anak. Motivasi yang berhasil bagi suatu
kelompok anak belum tentu berhasil bagi kelompok lain.
Selanjutnya Sukarno juga
menyatakan tentang motivasi belajar sebagai berikut: “Secara umum motivasi
belajar dapat dikatakan sebagai faktor-faktor yang mendorong semangat anak
belajar atau faktor-faktor yang membangkitkan untuk belajar atau faktor-faktor
yang memberikan dasar alasan untuk belajar.”[15]
Untuk mencapai tujuan proses
belajar mengajar suatu pelajaran, khususnya biologi, maka untuk membangkitkan
motivasi belajar sangatlah penting. Banyak teknik-teknik yang dapat digunakan
dalam usaha membangkitkan motivasi siswa antara lain:
1.
Pengelolaan
kelas
Menurut Arikunto menyatakan:
“Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan penanggung jawab kegiatan
belajar sehingga dapat terlaksana kegisatan belajar seperti yang diharapkan.”[16]
Seorang guru dituntut mampu
mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pengajaran dan mampu untuk
menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi, tertib dan aman sehingga
suasana mengajar menyenangkan. Siswa-siswa
terdorong juga untuk mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas
sampai dengan tuntas dan menyenangkan. Guru mata pelajaran biologi harus dapat
menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga siswa terdorong untuk mengikuti
proses belajar mengajar di dalam kelas.
2.
Memberikan penghargaan
Guru mata pelajaran biologi harus
dapat memberikan penghargaan kepada siswa sebagai umpan balik dari keberhasilan
yang telah dicapai. Mustaqim dkk menyatakan: “Penghargaan adalah motif positif,
penghargaan dapat menimbulkan inisiatif,
energi, kompetisi, ekorasi pribadi dan abilita-abilita kreatif.”[17] Menghargai
siswa atas keberhasilannya mempelajari mata pelajaran biologi akan menumbuhkan
rasa percaya diri yang kuat. Dengan demikian akan terdorong siswa untuk lebih
giat belajar.
3.
Kritik secara mendidik
Tidak selamanya siswa-siswa itu
bersikap baik, tetapi pasti adalah yang salah. Menanggapi hal tersebut seorang
guru tidak boleh mengkritik siswa dengan memojokkannya. Akan tetapi, guru
tersebut harus dapat mengkritik secara mendidik sehingga tidak menimbulkan
kesan pada siswa bahwa guru itu marah padanya.
Berdasarkan pengertian diatas didalam
pelakanaan proses belajar mengajar seorang guru tidak lepas dari kurikulum yang
berlaku saat ini. Setiap guru yang akan menyampaikan mata pelajaran, sebelumnya
telah menyesuaikan materi yang akan diajarkan supaya sesuai dengan kebutuhan
pendidikan dan kemampuan anak didik.
B. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran
1. Faktor Internal
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor
yang timbul atau bersumber dari seseorang individu, menyangkut seluruh pribadi
baik fisik maupun mental. Selain itu faktor ini juga merupakan daya pilih
seseorang untuk menerima dan mengolah
pengaruh-pengaruh dari luar. Faktor internal tersebut meliputi faktor
fisiologis dan faktor psikologis. Adapun yang termasuk dalam faktor fisiologis
yakni kesehatan jasmani dan keadaan panca indra. Faktor-faktor fisiologis ini
masih dapat lagi dibedakan menjadi dua macam, yaitu kesehatan jasmani dan
keadaan fungsi-fungsi fisional tertentu terutama fungsi panca indra. Sedangkan
faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar yaitu intelegensi atau
kecerdasan, cara belajar, motivasi, minat, dan bakat.
a.
Faktor
fisiologis
Faktor fisiologis meliputi faktor
kesehatan dan faktor keadaan panca indra. Seperti kita ketahui bahwa belajar
adalah salah satu aktifitas tersebut secara langsung. Kesehatan yang baik
merupakan modal bagi seseorang untuk
menjalankan aktifitas tersebut. Tetapi sebaliknya jika seseorang yang
kesehatan terganggu atau mengganggu aktifitasnya. Seseorang yang sering
sakit-sakitan biasanya tidak dapat memusatkan fikirannya dalam belajar,
sehingga mengakibatkan terhambat dalam belajar. The Liang Gie mengemukakan
bahwa “Betapa cerdas dan rajinnya seorang siswa tetapi ia sering sakit-sakitan
pasti sukar sekali memperoleh kemajuan dalam belajar. Keadaan fisik yang lemah
merupakan penghalang yang sangat besar untuk dapat menyelesaikan pelajarannya.[18]
Dari kutipan di atas dapat
dijelaskan bahwa proses belajar tidak dapat dipisahkan dari kondisi fisik atau
keadaan jasmani seseorang itu yang belajar, karena kesehatan sangat berpengaruh
terhadap prestasi belajar. Demikian pula halnya dengan keadaan panca indra,
kenormalan panca indra seseorang dapat menentukan dalam proses belajar dan
dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang serta membantu kelancaran
belajarnya. Panca indra yang berfungsi baik memungkinkan akan menerima segala
informasi dengan baik pula dan hal ini akan meninggalkan prestasi belajar jadi dengan berfungsinya panca indra dengan
berarti berkurangnya hambatan dalam belajar.
b.
Faktor
Psikologis
Faktor-faktor
psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar tersendiri dari:
1) Motivasi
Motivasi merupakan dorongan untuk
melakukan sesuatu dan tidak hanya berasal dari diri seseorang, melainkan juga
dari luar dirinya. Motivasi adalah daya penggerak dari dalam diri seseorang
untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu. Dalam hal ini Winkel menjelaskan:
“Keseluruhan
daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan
belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki siswa itu tercapai, dikatakan
“keseluruhan” karena biasanya ada beberapa motiv yang sama-sama menggerakan
siswa untuk belajar. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non
intelektual. Perannya yang khas adalah dalam hal gairah/semangat belajar, siswa
yang bermotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan
belajar.”[19]
Motivasi
belajar kuat dan besar hendaknya dimiliki individu dalam belajar. Dengan hadirnya
motivasi yang besar, seseorang akan lebih giat lagi dalam belajar demi mencapai
prestasi yang lebih baik.
2) Minat
Minat merupakan suatu keinginan
untuk melakukan suatu kegiatan seseorang untuk belajar. Dengan adanya minat
yang tinggi biasanya kecenderungan untuk menyelesaikan kegiatan itu akan lebih
kuat, keberhasilan yang dicapai akan lebih memuaskan.
3) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk
belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata
sesudah belajar atau berlatih orang yang
berbakat dalam suatu bidang mencapai
prestasi yang tinggi dalam bidang tersebut. Kapasitas bakat pada diri seseorang
tidaklah sama untuk semua jenis aktifitas. Bakat tersebut berkembang dengan
baik atau dipengaruhi oleh lingkungannya.
4) Kecerdasan
Kecerdasan adalah kemampuan yang dibawa sejak
lahir dan juga dipengaruhi oleh lingkungan. Kecerdasan merupakan sesuatu dapat
berkembang terus atau terkadang bisa mengalami kemunduran. Mengenai kecerdasan
ini W.S Wingkel mengemukakan sebagai berikut:
“Kecerdasan mempunyai peranan
yang sangat penting terhadap tinggi rendahnya prestasi yang dicapai oleh murid.
Kecerdasan merupakan sesuatu yang dinamika, ia dapat berkembang terus menerus
atau terkadang mengalami kemunduran. Hal tersebut disebabkan karena adanya
berbagai faktor yang dapat menpengaruhi kecerdasan seperti faktor genetik,
lingkungan dan gizi.”[20]
5) Cara
Belajar
Purwanto menyatakan bahwa: “Semakin
tinggi kemampuan belajar, semakin besar kemungkinan untuk berhasil. Namun
kemampunan belajar tidak hanya ditentukan oleh taraf kecerdasan yang dimiliki,
tapi tergantung pula cara belajar yang ditepuhnya. Kemajuan dalam belajar
sangat tergantung pada disiplin, rencana yang teratur dan minat terhadap apa
yang dimiliki.”[21]
2.
Faktor
Eksternal.
Faktor eksternal merupakan segala
sesuatu baik kondisi maupun situasi lingkungan, yang ikut memberikan pengaruh
terhadap kesuksesan seseorang dalam belajar. Faktor eksternal merupakan faktor
yang bersumber dari luar seseorang pada umumnya. Faktor ini terbagi atas tiga bagian,
yaitu:
a.
Faktor
Lingkungan Keluarga
Keluarga sebagai tempat pertama
seseorang memperoleh pendidikan. Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting
dan sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar. Di dalam
keluargalah seseorang belajar segala sesuatu yang memungkinkan perkembangan dan
pertumbuhannya. Sehubungan dengan itu winarno Surahmad mengemukakan:
“Keluarga
merupakan lingkungan yang pertama dan utama yang memberi pengaruh terhadap
perkembangan anak, keluarga besar atau kecil, keluarga miskin atau kaya.”[22]
Jadi jelaslah bahwa betapa
pentingnya keluarga sebagai tempat pertama dikenal anak dalam pergaulan maupun
perkembangannya dan keluarga pula yang memberikan pendidikan dan pembentukan
moral serta tingkah laku pada seseorang.
b.
Faktor
Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan tempat berlatih
untuk mengembangkan kemampuan berfikir dengan mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan. Sekolah juga merupakan kelanjutan dari pendidikan dalam keluarga
yang tidak diperoleh seseorang dalam keluarga. Bukan berarti keluarga
menyerahkan tugasnya pada sekolah tetapi keluarga dan sekolah harus saling isi
mengisi, bekerja sama dalam memberikan bantuan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak. Mengenai hal ini Winarno Surahmad mengemukakan: “Kehidupan
di sekolah merupakan jambatan antara kehidupan masyarakat dan juga lanjutan
dari pendidikan dalam keluarga.”[23]
Sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal mampunyai peranan untuk mengembangkan potensi-potensi yang
dimiliki anak agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai manusia.
Setiap sekolah mengajarkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan keterampilan,
diajarkan berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga
para pendidik akan selalu berpedoman pada tujuan yang akan dicapai oleh setiap
siswa dalam suatu unit tertentu. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, perlu
adanya kerjasama antara sekolah, dan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh
perubahan kemajuan masyarakat yang berpengaruh terhadap penyelenggaraan
pendidikan di sekolah.
c.
Faktor
Lingkungan Masyarakat
Selain faktor-faktor yang telah
dijelaskan sebelumnya faktor lainnya yang tidak kalah besarnya terhadap
kemajuan belajar seseorang yaitu faktor lingkungan masyarakat. Kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan merupakan kunci keberhasilan seseorang.
Sesuatu yang diperoleh di rumah dan sekolah akan dibawa kembali dalam kehidupan
sehari-hari ditengah-tengah masyarakat Winarno Surahmad mengemukakan:
“Keluarga saja tanpa
memperhitungkan masyarakat dan sekolah atau hanya keluarga dan sekolah saja
tanpa memperhitungkan masyarakat adalah tidak mungkin. Keluarga, sekolah dan
masyarakat merupakan pusat pendidikan. Apa yang diterima anak dalam keluarga
dan sekolah dicobakan anak dalam masyarakat.”[24]
Berdasarkan
pendapat tersebut jelaslah bahwa ketiga faktor itu sama-sama berperan terhadap
perkembangan prestasi seseorang. Namun demikian kesiapan belajar seseorang juga
turut menentukan keberhasilan belajarnya.
C. Penerapan Metode Karya Wisata
1. Pengertian
Metode Karya Wisata
Metode
karyawisata adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan membawa murid
langsung kepada obyek yang akan dipelajari di luar kelas.
Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian karyawisata berarti siswa-siswa mempelajari suatu obyek di tempat mana obyek tersebut berada. Karyawisata dapat dilakukan dalam waktu singkat beberapa jam saja ataupun cukup lama sampai beberapa hari. Dan diharapkan pada pendidik agar bisa mengajarkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian karyawisata berarti siswa-siswa mempelajari suatu obyek di tempat mana obyek tersebut berada. Karyawisata dapat dilakukan dalam waktu singkat beberapa jam saja ataupun cukup lama sampai beberapa hari. Dan diharapkan pada pendidik agar bisa mengajarkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa
perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain.
Roestiyah mengemukakan:
Karya
wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam
pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya
wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu
tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki
sesuatu seperti meninjau pabrik pertanian, periakanan, mesium, dan sebagainya.[25]
Teknik karya wisata dapat disimpulkan memiliki
keunggulan sebagai berikut:
a) Siswa
dapat berpartisispasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas
pada obyek karya wisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa
pekerjaan mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh disekolah, sehingga
kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau ketrampilan mereka.
b) Siswa
dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara
kelompok dan dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas
pengalaman mereka.
c) Dalam
kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang
pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin
mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam
praktek.
d) Dengan obyek yang ditinjau itu siswa dapat
memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi, yang tidak
terpisah-pisah dan terpadu.
Penggunaan teknik karya wisata ini masih juga ada
keterbatasan yang perlu diperhatikan atau diatasi agar pelaksanaan teknik ini
dapat berhasil guna dan berdaya guna, ialah sebagai berikut: Karya wisata
biasanya dilakukan di luar sekolah, sehingga mungkin jarak tempat itu sangat
jauh di luar sekolah, maka perlu mempergunakan transportasi, dan hal itu pasti
memerlukan biaya yang besar. Juga pasti menggunakan waktu yang lebih panjang
daripada jam sekolah, maka jangan sampai mengganggu kelancaran rencana
pelajaran yang lain. Biaya yang tinggi kadang-kadang tidak terjangkau oleh
siswa maka perlu bantuan dari sekolah. Bila tempatnya jauh, maka guru perlu
memikirkan segi keamanan, kemampuan pihak siswa untuk menempuh jarak tersebut,
perlu dijelaskan adanya aturan yang berlaku khusus di proyek ataupun hal-hal
yang berbahaya.
Penerapan
metode karya wisata sangalah penting diterapkan pada anak-anak sekolah
khususnya tingkat SMP, karena meetode karya wisata ini bertujuan untuk melengkapi pengetahuan
yang diperoleh di sekolah atau, melihat, mengamati, menghayati secara langsung
dan nyata mengenai obyek tersebut, serta menanamkan nilai moral pada siswa.
2. Kelebihan
dan kekurangan metode karyawisata
Setiap
metode pengajaran pasti tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan metode
karya wisata ini, pasti ada kelebihan dan kekurangannya seperti yang kita lihat
dibawah ini.
a. Kelebihan metode karya wisata
sebagai berikut :
·
Karyawisata
menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam
pelajaran.
·
Membuat
bahan yang dipelajari di sekolah menjadi relevan dengan kenyataan dan kebutuhan
yang ada dimasyarakat.
·
Pelajaran dapat lebih merangsang kreatifitas
anak.
·
Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas,
mendalam dan aktual.
b. Kekurangan metode karya wisata sebagai berikut :
b. Kekurangan metode karya wisata sebagai berikut :
·
Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak
pihak
·
Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang
matang
·
Dalam karyawisata sering unsur rekreasi
menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan
·
Memerlukan
pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik dilapangan.
·
Biayanya
cukup mahal.
·
Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah
atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata
jangka panjang dan jauh.
Agar
penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Persiapan
tujuan karya wisata. Untuk menetapkan tujuan ini ditunjuk suatu panitia dibawah
bimbingan guru, untuk mengadakan survei ke objek yang dituju. Dalam kunjungan
pendahuluan ini sudah harus diperoleh data tentang objek antara lain tentang
lokasi, aspek - aspek yang dipelajari, jalan yang ditempuh, penginapan, makan
dan biaya transportasi, bila objek yang dituju jauh.
b. Perencanaan seperti:
·
Hasil kunjungan pendahuluan ( survei ) dibicarakan
bersama dalam rangka menyusun perencanaan yang meliputi : tujuan karyawisata,
pembagian objek sesuai dengan tujuan,jenis objek sesuai dengan tujuan, jenis
objek serta jumlah siswa
·
Dibentuk panitia secara lengkap, termasuk ketua tiap
kelompok / seksi
·
Menentukan metode mengumpulkan data, mungkin berwujud
wawancara, pengamatan langsung, dokumentasi
·
Penyusunan acara selama karyawisata berlangsung.
Kepada para siswa harus ditanamkan disiplin dalam mentaati jadwal yang telah
direncanakan sehingga pelaksanaan berjalan lancar sesuai dengan rencana
·
Mengurus perizinan
·
Menentukan biaya, penginapan, konsumsi serta peralatan
yang diperlukan
c. Siswa
melaksanakan tugas sesuai dengan pembagian yang telah ditetapkan dalam rencana
kunjungan, sedangkan guru mengawasi, membimbing, bila perlu menegur sekiranya
ada siswa yang kurang mentaati tata tertib sesuai acara.
d. Pembuatan
laporan
·
Hasil yang diperoleh dan kegiatan karya wisata ditulis
dalam bentuk laporan yang formatnya telah disepakati bersama.
[1] Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran
Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif, ( Jakarta :
Bumi Aksara, 2009) hal, 1-3
[3] Eggen dan
Kauchak, Pengertian Pembelajaran,
(Online: 6 Agustus 2007), http//Eggan dan Kauchak. Blog. Persimpangan.
Woordpres. Com. Diakses 29 0ktober 2011 pukul
13.30 WIB.
[6] Winarno Surachmad,
Metodologi Pengajaran,,,,,,,,,,, hal,
49
[8]Hendyat Soetopo, Pengantar Dasar-Dasar Administrasi
Pendidikan, (Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Administrasi Dan
Supervise Pendidikan,2000), hal. 173.
[9]Suryana, Membina Perpustakaan Sekolah Pengantar Teori
Dan Praktek, (Bandung: Gamaco NV,1977), hal.173.
[12]Darwis.A.Sulaiman,
Pengantar Kepada Teori Dan Praktek
Pengajaran, (Semarang: Semarang Press, 1979), hal. 278.
[14]Nasution. S, Didaktik Azas-Azas
Mengajar, (Bandung: Jemmars, 2002), hal. 38.
[15]N.Sukarno, Hadiat
Kertiasa, Padmawinata.D, Dasar-Dasar
Pendidikan Science, (Jakarta: Bahtera, 2001), hal. 38.
[16]Suhasimi Arikunto, Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bineka Aksara, 1996), hal. 67.
[19]Winkel, Motivasi
Dan Prestasi Belajar, (Jakarta: Gunung Agung, 2004), hal.27.
[20] Ibid, hal. 25.
[25] ttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=kelebihan
dan kekurangan metode pariwisata&source=web&cangg diakses 12:30, hari
senin, Tanggal 01-Oktober-2011