Thursday, November 21, 2013

HUBUNGAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR
A.                Minat Belajar
1.                  Pengertian Minat  Belajar
Untuk dapat melihat keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar, seluruh faktor-fakor yang berhubungan dengan guru dan murid harus dapat diperhatikan. Mulai dari perilaku guru dalam mengajar sampai dengan tingkah laku siswa sebagai hubungan timbal balik dari hasil sebuah pengajaran.
Tingkah laku siswa ketika mengikuti proses belajar mengajar dapat mengindikasikan akan ketertarikan siswa tersebut terhadap pelajaran itu atau sebaliknya, ia merasa tidak tertarik dengan pelajaran tersebut. Ketertarikan siswa inilah yang merupakan salah satu tanda-tanda minat.
Di bawah ini akan dikemukakan pendapat para ahli tentang minat belajar. Di antara beberapa pendapat yang ada, antara lain : Sukardi mengemukakan bahwa “Minat belajar adalah suatu kerangka mental yang terdiri dari kombinasi gerak perpaduan dan campuran dari perasaan, prasangka, cemas dan kecenderungan-kecenderungan, lain yang biasa mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.[1] Selanjutnya menurut Bob dan Anik Anwar (1984), mengemukakan bahwa minat itu adalah keadaan emosi yang ditujukan kepada sesuatu.[2]
Menurut M. Alisuf Sabri Minat adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus, minat ini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu, orang yang berminat kepada sesuatu berarti ia sikapnya senang kepada sesuatu.[3]Menurut Muhibbin Syah Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.[4]
Menurut Ahmad D. Marimba Minat adalah .kecenderungan jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu, pada umumnya disertai dengan perasaan senang akan sesuatu itu.[5] Menurut Drs. Mahfudh Shalahuddin Minat adalah perhatian [6]yang mengandung unsur-unsur perasaan Dengan begitu minat, tambah Mahfudh, sangat menentukan sikap yang menyebabkan seseorang aktif dalam suatu pekerjaan, atau dengan kata lain minat dapat menjadi sebab dari suatu kegiatan.
Abdurrahman juga memberikan gambaran bahwa minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita untuk cendrung atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.[7]
Dari pendapat di atas, maka penulis dapat simpulkan bahwa yang dimaksud dengan minat ialah suatu kondisi kejiwaan seseorang untuk dapat menerima atau melakukan sesuatu objek atau kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
Dengan penjelasan ini, apabila seorang guru ingin berhasil dalam melakukan kegiatan belajar mengajar harus dapat memberikan rangsangan kepada murid agar ia berminat dalam mengikuti proses belajar mengajar tersebut. Apabila murid sudah merasa berminat mengikuti pelajaran, maka ia akan dapat mengerti dengan mudah dan sebaliknya apabila murid merasakan tidak berminat dalam melakukan proses pembelajaran ia akan merasa tersiksa mengikuti pelajaran tersebut
Sedangkan pengertian belajar dapat dikemukakan sebagai berikut: Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman kecuali perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses menjadi matangnya seseorang atau perubahan yang intensif atau bersifat temporer.[8]
Pendapat lain seperti yang dikemukakan oleh Yusuf Djayadisastra  ialah: Belajar adalah pada hakekatnya suatu perubahan, baik sikap maupun tingkah laku kearah yang baik, kuantitatif dan kualitatif yang fungsinya lebih tinggi dari semula.[9]
Disamping itu Ahmad Tono  juga mengemukakan bahwa: Belajar terdiri dari melakukan sesuatu yang baru, kemudian sesuatu yang baru tersebut dicamkan atau dipahami oleh individu kemudian ditampilkan kembali dalam kegiatan kemudian.[10]
Dengan melihat berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.       Belajar membawa pengaruh yang meningkat pada diri seorang siswa.
2.       Perubahan itu merupakan hasil yang disengaja.
3.       Perubahan yang dimaksud adalah perubahan segala aspek tingkah laku manusia baik sikap, pengetahuan dan keterampilan.[11]
Setelah membahas tentang pengertian minat dan belajar maka yang penulis maksudkan tentang minat belajar itu ialah kondisi kejiwaan yang dialami oleh siswa untuk menerima atau melakukan suatu aktivitas belajar.
2.         Aspek-aspek Minat Belajar
Seperti yang telah di kemukakan bahwa minat dapat diartikan sebagai suatu ketertarikan terhadap suatu objek yang kemudian mendorong individu untuk mempelajari dan menekuni segala hal yang berkaitan dengan minatnya tersebut. Minat yang diperoleh melalui adanya suatu proses belajar dikembangkan melalui proses menilai suatu objek yang kemudian menghasilkan suatu penilaian-penilaian tertentu terhadap objek yang menimbulkan minat seseorang.
Penilaian-penilaian terhadap objek yang diperoleh melalui proses belajar itulah yang kemudian menghasilkan suatu keputusan mengenal adanya ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang terhadap objek yang dihadapinya.
Hurlock (1978) mengatakan minat merupakan hasil dari pengalaman atau proses belajar.[12] Lebih jauh ia mengemukakan bahwa minat memiliki dua aspek yaitu:
a.                   Aspek kognitif
Aspek ini didasarkan atas konsep yang dikembangkan seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep yang membangun aspek kognitif di dasarkan atas pengalaman dan apa yang dipelajari dari lingkungan.
b.                  Aspek afektif
Aspek afektif ini adalah konsep yang membangun konsep kognitif dan dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek yang menimbulkan minat. Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam memotivasikan tindakan seseorang.[13]
Berdasarkan uraian tersebut, maka minat terhadap mata pelajaran biologi yang dimiliki seseorang bukan bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari melalui proses penilaian kognitif dan penilaian afektif seseorang yang dinyatakan dalam sikap. Dengan kata lain, jika proses penilaian kognitif dan afektif seseorang terhadap objek minat adalah positif maka akan menghasilkan sikap yang positif dan dapat menimbulkan minat.
3.         Indikator Minat Belajar
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia indikator adalah alat pemantau (sesuatu) yang dapat memberikan petunjuk / keterangan.[14] Kaitannya dengan minat siswa maka indikator adalah sebagai alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk ke arah minat. Ada beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar dikelas maupun dirumah.
a.                   Perasaan Senang
Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran biologi misalnya, maka ia harus terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan biologi. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.
b.                  Perhatian dalam Belajar
Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator minat. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka dengan sendirinya dia akan memperhatikan objek tersebut. Misalnya, seorang siswa menaruh minat terhadap pelajaran biologi, maka ia berusaha untuk memperhatikan penjelasan dari gurunya.
c.                   Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik
Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya, teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik. Walaupun demikian lama-kelamaan jika siswa mampu mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran niscaya ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa yang berkemampuan rata-rata. Sebagaimana dikemukakan oleh Brown yang dikutip oleh Ali Imran sebagai berikut:
Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh, tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada gur, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitas dirinya diketahui oleh orng lain, tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam control diri, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungannya.[15]
d.                  Manfaat dan Fungsi Mata Pelajaran
Selain adanya perasaan senang, perhatian dalam belajar dan juga bahan pelajaran serta sikap guru yang menarik. Adanya manfaat dan fungsi pelajaran (dalam hal ini pelajaran biologi ) juga merupakan salah satu indikator minat. Karena setiap pelajaran mempunyai manfaat dan fungsinya. Seperti contoh misalnya pelajaran biologi banyak memberikan manfaat kepada siswa bila biologi tidak hanya dipelajari di sekolah tetapi juga dipelajari sebaliknya bila siswa tidak membaca pelajaran biologi maka siswa tidak dapat merasakan manfaat yang terdapat dalam pelajaran biologi tersebut.          
B.                 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar
Minat belajar seseorang tidaklah selalu stabil, melainkan selalu berubah. Olehnya itu perlu diarahkan dan dikembangkan kepada sesuatu pilihan yang telah ditentukan melalui faktor-faktor yang mempengaruhi minat itu.
1.                  Faktor Internal
a.                  Fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis anak seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan capai, tidak dalam keadaan cacat jasmani, seperti kakinya atau tangannya dan sebagainya, akan membantu dalam proses dan hasil belajar.
b.                  Psikologis
Sebagai mana yang kita ketahui mengenai dasar-dasar psikologi belajar, dimana setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda (terutama dalam hal kadar bukan dalam hal jenis), maka sudah tentu perbedaan-perbedaan itu sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seperti minat yang rendah, tentu hasilnya akan lain jika dibandingkan dengan anak yang belajar dengan minat yang tinggi.
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa. Diantaranya adalah tingkat intelegensi siswa, sikap siswa,bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.
1.                  Intelegensi Siswa
Tingkat kecerdasan merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya hasil belajar yang diharapkan. Jika tingkat kecerdasan rendah, maka hasil belajar yang dicapai akan rendah pula. Helen mengemukakan bahwa .hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.[16] Sehingga tidak diragukan lagi bahwa tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
2.                  Sikap Siswa
Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi dengan cara relatif tetap terhadap objek, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif terutama kepada guru dan mata pelajaran yang diterima merupakan tanda yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya, sikap negatif yang diiringi dengan kebencian terhadap guru dan mata pelajarannya menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut, sehingga prestasi belajar yang di capai siswa akan kurang memuaskan.
3.                  Bakat Siswa
Sebagaimana halnya intelegensi, bakat juga merupakan wadah untuk mencapai hasil belajar tertentu. Secara umum bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat juga diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Peserta didik yang kurang atau tidak berbakat untuk suatu kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan dalam belajar.
4.                  Minat Siswa
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa. Siswa yang menaruh minat besar terhadap bidang studi tertentu akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lain, sehingga memungkinkan siswa tersebut untuk belajar lebih giat dan pada akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
5.                  Motivasi Siswa
Tanpa motivasi yang besar, peserta didik akan banyak mengalami kesulitan dalam belajar, karena motivasi merupakan faktor pendorong kegiatan belajar. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal keadaan yang datang dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi yang dipandang lebih esensial adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain.
2.         Faktor eksternal
a.                  Keluarga
Keadaan keluarga juga sangat mempengaruhi minat belajar anak, seperti dorongan  dan perhatian orang tua terhadap belajar, perceraiaan, ekonomi orang tua, banyak saudara, kekerasan dalam rumah tangga.
b.                  Lingkungan
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi minat belajar siswa, seperti letak sekolah terlalu jauh dari rumah, tempat keramaian dan sebagainya.
c.                  Faktor Instrumen
Faktor  keberadaan  dan penggunaanya dirancang untuk mempengaruhi hasil dan minat belajar, seperti gedung sekolah, alat-alat sekolah, kurikulum dsb.[17]
Disamping faktor-faktor yang telah penulis sebutkan diatas, namun ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi besar atau kecil minat seorang siswa terhadap belajar. Adapun faktor tersebut adalah :
1.                  Motivasi
Minat seseorang akan semakin tinggi bila disertai motivasi, baik yang bersifat internal ataupun eksternal. Menurut D.P.Tampubolon minat merupakan perpaduan antara keinginan dan kemampuan yang dapat berkembang jika ada motivasi.[18]siswa yang ingin memperdalam Ilmu Pengetahuan tentang tafsir misalnya, tentu akan terarah minatnya untuk membaca buku-buku tentang tafsir, mendiskusikannya, dan sebagainya.
2.                  Belajar
Minat dapat diperoleh melalui belajar, karena dengan belajar siswa yang semula tidak menyenangi suatu pelajaran tertentu, lama kelamaan lantaran bertambahnya pengetahuan mengenai pelajaran tersebut, minat pun tumbuh sehingga ia akan lebih giat lagi mempelajari pelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Singgih D. Gunarsa dan Ny. Singgih D.G bahwa minat akan timbul dari sesuatu yang diketahui dan kita dapat mengetahui sesuatu dengan belajar, karena itu semakin banyak belajar semakin luas pula bidang minat.[19]
3.                  Bahan Pelajaran dan Sikap Guru
Faktor yang dapat membangkitkan dan merangsang minat adalah faktor bahan pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, akan sering dipelajari oleh siswa yang bersangkutan. Dan sebaliknya bahan pelajaran yang tidak menarik minat siswa tentu akan dikesampingkan oleh siswa,sebagaimana telah disinyalir oleh Muhibbin bahwa minat mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[20]
Guru juga salah satu obyek yang dapat merangsang dan membangkitkan minat belajar siswa. Menurut Kurt Singer bahwa guru yang berhasil membina kesediaan belajar murid-muridnya, berarti telah melakukan hal-hal yang terpenting yang dapat dilakukan demi kepentingan murid-muridnya.[21] Guru yang pandai, baik, ramah , disiplin, serta disenangi murid sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan minat murid. Sebaliknya guru yang memiliki sikap buruk dan tidak disukai oleh murid, akan sukar dapat merangsang timbulnya minat dan perhatian murid.
Bentuk-bentuk kepribadian gurulah yang dapat mempengaruhi timbulnya minat siswa. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar guru harus peka terhadap situasi kelas. Ia harus mengetahui dan memperhatikan akan metode-metode mengajar yang cocok dan sesuai dengan tingkatan kecerdasan para siswanya, artinya guru harus memahami kebutuhan dan perkembangan jiwa siswanya.
4.                  Keluarga
Orang tua adalah orang yang terdekat dalam keluarga, oleh karenanya keluarga sangat berpengaruh dalam menentukan minat seorang siswa terhadap pelajaran. Apa yang diberikan oleh keluarga sangat berpengaruhnya bagi perkembangan jiwa anak. Dalam proses perkembangan minat diperlukan dukungan perhatian dan bimbingan dari keluarga khususnya orang tua.

5.                  Teman Pergaulan
Melalui pergaulan seseorang akan dapat terpengaruh arah minatnya oleh teman-temannya, khususnya teman akrabnya. Khusus bagi remaja, pengaruh teman ini sangat besar karena dalam pergaulan itulah mereka memupuk pribadi dan melakukan aktifitas bersama-sama untuk mengurangi ketegangan dan kegoncangan yang mereka alami.
6.                  Lingkungan
            Melalui pergaulan seseorang akan terpengaruh minatnya. Hal ini ditegaskan oleh pendapat yang dikemukakan oleh Muhibbin bahwa minat dapat diperoleh dari kemudian sebagai dari pengalaman mereka dari lingkungan di mana mereka tinggal.[22] Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat bergaul, juga tempat bermain sehari-hari dengan keadaan alam dan iklimnya, flora serta faunanya. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.[23]
7.                  Cita-cita
Setiap manusia memiliki cita-cita di dalam hidupnya, termasuk para siswa. Cita-cita juga mempengaruhi minat belajar siswa, bahkan cita-cita juga dapat dikatakan sebagai perwujudan dari minat seseorang dalam prospek kehidupan di masa yang akan datang. Cita-cita ini senantiasa dikejar dan diperjuangkan, bahkan tidak jarang meskipun mendapat rintangan, seseorang tetap berusaha untuk mencapainya.
8.                  Bakat
Melalui bakat seseorang akan memiliki minat. Ini dapat dibuktikan dengan contoh: bila seseorang sejak kecil memiliki bakat menyanyi, secara tidak langsung ia akan memiliki minat dalam hal menyanyi. Jika ia dipaksakan untuk menyukai sesuatu yang lain, kemungkinan ia akan membencinya atau merupakan suatu beban bagi dirinya. Oleh karena itu, dalam memberikan pilihan baik sekolah maupun aktivitas lainnya sebaiknya disesuaikan dengan bakat dimiliki.
9.                  Hobi
Bagi setiap orang hobi merupakan salah satu hal yang menyebabkan timbulnya minat. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki hobi terhadap matematika maka secara tidak langsung dalam dirinya timbul minat untuk menekuni ilmu matematika, begitupun dengan hobi yang lainnya. Dengan demikian, faktor hobi tidak bisa dipisahkan dari faktor minat.
10.              Media Massa
Apa yang ditampilkan di media massa, baik media cetak ataupun media elektronik, dapat menarik dan merangsang khalayak untuk memperhatikan dan menirunya. Pengaruh tersebut menyangkut istilah, gaya hidup, nilai-nilai, dan juga perilaku sehari-hari. Minat khalayak dapat terarah pada apa yang dilihat, didengar, atau diperoleh dari media massa.
11.              Fasilitas
Berbagai fasilitas berupa sarana dan prasarana, baik yang berada di rumah, di sekolah, dan di masyarakat memberikan pengaruh yang positif dan negatif. Sebagai contoh, bila fasilitas yang mendukung upaya pendidikan lengkap tersedia, maka timbul minat anak untuk menambah wawasannya. Tetapi apabila fasilitas yang ada justru mengikis minat pendidikannya, seperti merebaknya tempat-tempat hiburan yang ada di kota-kota besar, tentu hal ini berdampak negatif bagi pertumbuhan minat tersebut.
C.                Cara Membangkitkan Minat Dalam Belajar
1.                   Cara Membangkitkan Minat Belajar di Lingkungan Keluarga.
Yang akan dikemukakan bagaimana cara orang tua dalam mengembangkan minat belajar anaknya adalah sebagai berikut:
a.    Melengkapi alat-alat dan bahan belajar anak.
b.    Memberi makan yang bergizi.
c.   Memberikan kesempatan belajar yang cukup .
d.   Tinggalkan segala disiplin yang kaku
e.    Jangan terlalu banyak menuntut dari anak.
Sejalan apa yang dikemukakan di atas, maka Campble (1989) berpendapat:
“Bahwa usaha yang dapat dilakukan untuk membina minat anak agar menjadi lebih produktif dan efektif adalah sebagai berikut:
1.      Memperkaya ide atau gagasan.
2.      Memberikan hadiah yang merangsang.
3.      Berkenalan dengan orang-orang yang kreatif.
4.      Petualangan dalam arti berpetualangan ke alam sekeliling secara sehat.
5.      Mengembangkan fantasi.
6.      Melatih sikap positif.[24]
 Untuk memupuk dan meningkatkan minat belajar anak dapat dilakukan sebagai berikut:
1.       Perubahan dalam lingkungan, kontak, bacaan, hobbi dan olahraga, pergi berlibur ke lokasi yang berbeda-beda. Mengikuti pertemuan yang dihadiri oleh orang-orang yang harus dikenal, membaca artikel yang belum pernah dibaca dan membawa hobbi dan olahraga yang beraneka ragam, hal ini akan membuat lebih berminat.
2.       Latihan dan praktek sederhana dengan cara memikirkan pemecahan-pemecahan masalah khusus agar menjadi lebih berminat dalam memecahkan masalah khusus agar menjadi lebih berminat dalam memecahkan persoalan-persoalan.
3.       Membuat orang lain supaya lebih mengembang diri yang pada hakekatnya mengembangkan diri sendiri.[25]
Dari kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa minat anak tergantung dari lingkungannya yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan keluarga dalam hal ini peranan  orang tua sangat menentukan.
2.        Cara Menarik Minat di Sekolah
Sekarang penulis akan menguraikan tentang bagaimana cara Menarik minat di lingkungan persekolahan. Karena keduanya saling terkait dalam pencapaian hasil belajar anak.
Berbagai cara yang dapat ditempuh antara lain sebagai berikut:
1.      Penggunaan metode pengajaran yang bervariasi.
2.      Penggunaan alat peraga menarik dan bervariasi
3.      Sikap guru
4.      Memberikan penghargaan dan pujian kepada anak
5.      Membawa anak ke lingkungan
6.      Situasi kelas dan lingkungannya yang menarik dan kondusif
7.      Adanya motivasi atau reinforcement
Untuk timbulnya minat dan fokus pada belajar perlu adanya mengembangkan sikap perhatian anak terhadap sesuatu atau pelajaran. Perhatian  adalah merupakan penyelesaian terhadap stimulus yang diterima oleh individu yang bersangkutan, dengan demikian dapat dipahami bahwa apa yang diperhatikan itu betul-betul disadari oleh individu, sehingga antara perhatian dan kesadaran merupakan korelasi positif[26]. Artinya makin diperhatikan sesuatu objek, maka akan makin disadari objek itu sehingga dengan sendirinya akan menimbulkan minat terhadap objek tersebut.
Semua persoalan hidup bagaimanapun keadaannya, pasti diperoleh dengan perhatian. Oleh karena itu setiap kita menggunakan perhatian, baik secara terpusat maupun secara terbagi-bagi sangat dipengaruhi oleh stimulus dan keadaan atau suasana yang bersangkutan. Sehingga untuk dapat menyadari sesuatu haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1.            Adanya objek yang diamati.
2.                  Harus ada alat indera cukup baik sebagai alat untuk mengangkap stimulus  yang mengenainya.
3.                 Harus ada pula saraf sensoris yang baik sebagai alat untuk meneruskan stimulus itu ke pusat susunan saraf pusat yaitu otak[27].
Berdasarkan dari penjelasan tersebut di atas, maka dapatlah dipahami bahwa perhatian adalah merupakan sifat selektif yang khas pada kehidupan mental terhadap stimulus.
Dalam kehidupan sehari-hari kita terkadang tidak membedakan antara minat dan perhatian, walaupun dasarnya keduanya berbeda, tetapi memang antara minat dan perhatian sangat erat hubungannya , sehingga orang yang tidak mempunyai minat terhadap mata pelajaran biologi misalnya, maka dengan sendirinya perhatian mereka tidak ada. Dalam pada itu dengan melihat uraian tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa berdasarkan realitas yang ada perhatian itu timbul disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut :

a.         Adanya Kecenderungan Menarik Untuk Perhatian.
            Dalam hal ini dapat kita lihat pada seorang yang pada saat ia berada dalam kesendirian, sangat malas untuk menjalankan tugas misalnya belajar. Jika tidak ada yang melihatnya ia akan malas, tetapi karena adanya kecenderungan untuk diperhatikan tadi akhirnya ia rajin belajar dengan tendensi untuk mendapat perhatian.
            Namun demikian hal-hal seperti ini harus juga diakui bahwa tidak sedikit juga membawa dampak positif oleh karena secara tidak langsung hal yang dilakukan orang-orang seperti ini, adalah termasuk dalam kategori pembiasaan yang tentunya dengan kebiasaan-kebiasaan yang tadinya hanya dimotivasi oleh adanya kecenderungan untuk mencari perhatian, sehingga penulis merasa berkeyakinan bahwa lambat atau cepat nantinya akan dapat menjadikan kebiasaan itu sebagai suatu kewajiban. Walaupun tadinya pelaksanaannya hanya karena ada tendensi lain.
b.         Adanya Kecenderungan Untuk Meniru Orang Lain.
            Dalam hal ini barangkali dapat dirasakan atau akan dapat kita lihat realitas yang ada bahwa melihat orang sukses pada sekolah umum misalnya. Sehingga oleh kita timbul perhatian itu untuk meniru tanpa lebih banyak berfikir, apakah kita akan berhasil atau hanya memperoleh kegagalan jika ambisi yang lahir tiba-tiba itu akan dituruti. Sebaliknya tidak adanya perhatian pada sekolah kejuruan misalnya, sebab tidak pernah melihat sesuatu keberhasilan dalam realitas kehidupannya.
Orang seperti yang digambarkan di atas, tidak dapat kita bayangkan bilamana melihat suatu keberhasilan pada orang-orang yang bersekolah pada sekolah kejuaraan, yang tentunya akan membuat tragedi baru dalam proses kehidupannya. Hal ini tidak lain disebabkan karena perhatian orang tersebut semata-mata karena meniru keberhasilan orang lain.
            Barangkali perlu dipahami bahwa untuk terjadinya suatu proses peniruan terhadap satu macam kelakuan maka harus ada dua macam cara pula, yaitu: adanya keinginan untuk meniru dan adanya kemampuan untuk meniru. Adapun meniru itu mempunyai dua unsur yaitu: keinginan atau dorongan dan kemampuan atau kesediaan. Disamping itu ada unsur ketiga yang biasanya bertemu dengan kedua unsur tersebut yaitu tujuan. Sebab tujuan daripada meniru bagi seseorang itu ialah tidak lain untuk mencapai tujuan.
c.         Adanya rasa ingin tahu atau rasa ingin mengenal.
            Sebagaimana diketahui bahwa semua orang yang bernama manusia selalu mempunyai keinginan-keinginan, atau ringkasnya tidak seorangpun manusia di dunia ini yang hanya tinggal diam saja. Ketika berhadapan dengan sesuatu yang samar-samar, ia ingin tahu. Dan dari rasa keingintahuan itulah memotivasi manusia untuk berusaha mempelajari hal yang samar-samar tadi sampai kemudian mendapat jawaban dari hal yang menjadi pertanyaan atau keraguan dalam jiwanya. Kebutuhan akan mengenai itulah yang menimbulkan perhatian.
Selanjutnya, seperti yang telah penulis uraikan tadi bahwa salah satu penyebab timbulnya perhatian adalah dengan pengalaman. Pengalaman disini yang penulis maksudkan adalah baik di rumah, di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Hal ini biasanya terjadi setelah anak melalui masa pertumbuhannya yang pertama dalam keluarga dimana setelah didapatinya pengalaman yang akan terjadi pada bagian pribadinya yang bertumbuh itu.[28]
Dengan uraian di atas maka tidaklah mengherankan, manakala guru di sekolah mendapatkan tugas yang sangat berat. Sebab dengan berbedanya pengalaman yang diterima anak dalam keluarga, dengan sendirinya akan menuntut guru di sekolah untuk menghadapi anak didiknya di dalam proses transfer nilai-nilai pendidikan kepada muridnya.
Bertolak dari pemikiran tersebut di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa jika seorang pendidik ingin sukses haruslah memperhatikan ketiga faktor tersebut di atas. Pemahaman seorang guru terhadap faktor-faktor tersebut di atas yang dapat mempengaruhi perhatian, maka dengan sendirinya tentu dapat diperoleh suatu alternatif untuk menerapkan metode yang dianggap kondisional dalam proses belajar mengajar.
Sudah tentu pula guru dalam hal ini harus memahami benar-benar eksistensinya, dimana seorang guru dituntut untuk memiliki kompetensi serta memahami bagaimana kode etik guru itu sendiri, agar di dalam proses belajar mengajar dapat tercipta suasana yang wajar. Atau dengan kata lain tujuan pendidikan itu dapat terwujud.
D.                Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam dunia pendidikan. Istilah tersebut lazim digunakan sebagai sebutan dari penilaian dari hasil belajar. Dimana penilaian tersebut bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar. Prestasi belajar digunakan untuk menunjukkan hasil yang optimal dari suatu aktivitas belajar sehingga artinya pun tidak dapat dipisahkan dari pengertian belajar .
            Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda “pretitie” yang artinya apa yang telah diciptakan atau hasil pekerjaan. Dalam ekonomi perhitungan yang dimaksudkan dengan prestasi adalah produk yang telah dicapai seseorang atau daya kerja seseorang dalam jangka waktu tertentu[29].
                        Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari usaha yang telah dilakukan dan dikerjakan.[30]atau dalam definisi yang lebih singkat bahwa prestasi adalah hasil yang telah di capai (dilakukan dan dikerjakan).[31] Senada dengan pengertian di atas, prestasi adalah hasil yang telah di capai dari apa yang dikerjakan/ yang sudah diusahakan.[32]
            Menurut Mas.ud Khasan Abdul Qahar, prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.[33]Tidak jauh dari pengertian yang dikemukakan oleh Mas.ud, Syaiful Bahri Djamarah menyatakan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.[34]
            Sedangkan belajar adalah merupakan aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri seseorang yang belajar, baik aktual maupun potensial, perubahan-perubahan mana pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru yang bertahap dalam waktu relatif lama, dimana perubagahan tersebut terjadi karena adanya usaha pada individu yang belajar.[35]                     
            Karena prestasi belajar merupakan suatu ukuran berhasil tidaknya murid setelah menempuh pelajaran di suatu sekolah, dan untuk mengetahui tingkat keberhasilannya maka akan dilakukan penilaian atau pengukuran berupa tes.
            Ambo Enre Abdullah  mengemukakan bahwa “Prestasi belajar adalah kecakapan nyata yang dapat diukur langsung dengan suatu alat dalam hal ini tes. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai murid dalam suatu mata pelajaran tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan seorang siswa”[36].
Dengan demikian, dapat dinyatakan beberapa rumusan dari pengertian prestasi belajar, diantaranya bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau materi yang dikembangkan oleh mata pelajaran.[37] Hasil belajar menurut Nana Sudjana adalah kemampuan yang dimiliki siswa, setelah ia menerima pengalaman belajarnya.[38] Sedangkan menurut Hadari Nawawi prestasi belajar adalah .tingkat keberhasilan murid untuk mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi.[39]
Dalam dunia pendidikan, bentuk penilaian dari suatu prestasi biasanya dapat dilihat atau dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau angka-angka. Jadi, prestasi belajar adalah hasil yang diraih oleh peserta didik dari aktivitas belajarnya yang ditempuh untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat diwujudkan dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku dan pada umumnya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau angka-angka. Prestasi belajar yang didapatkan oleh seorang siswa bersifat sementara kadang kala dalam suatu tahapan belajar, siswa yang berhasil secara gemilang dalam belajar, sering pula dijumpai adanya siswa yang gagal. Seperti angka raport rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir dan sebagainya.
            Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan prestasi belajar Biologi dalam penelitian, adalah kemampuan-kemampuan tentang Biologi yang telah dimiliki oleh siswa-siswa MTsN Keude Linteung Kecamatan  Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya yang bersifat konkretif setelah siswa selesai belajar biologi yang meliputi : ingatan, pemahaman, penerapan, analisa dan sintesis.
E.                 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
            Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat ditinjau dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa yang berbentuk interaksi timbal balik antar keduanya.
a.              Faktor-faktor dari dalam diri siswa
b.              Siswa yang melaksanakan proses belajar, dapat diperiksa hasil-hasilnya melalui perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa.[40]  Hal ini dapat diketahui antara lain dengan membandingkan tingkat penguasaan siswa antara sebelum dan sesudah terjadi proses belajar.
            Faktor utama yang terdapat pada diri siswa ialah faktor fisik atau jasmani dan faktor psikis. Faktor fisik meliputi keadaan jasmani dan panca indera, sedang psikis meliputi, minat, intelegensi, bakat, motif dan sebagainya.
b.         Faktor dari luar diri siswa
            Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa dari ketiga lingkungan belajar yaitu, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dimana lingkungan keluarga meliputi; cara orang tua mendidik, relasi antar keluarga, suasana keluarga, dan keadaan ekonomi keluarga. Sedangkan lingkungan sekolah meliputi; metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa dan sebagainya.[41] Adapun lingkungan masyarakat meliputi; kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, tempat bergaul, bentuk kehidupan masyarakat dan sebagainya.
F.                 Hubungan Minat Dan Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa merupakan hasil dari proses belajar. Baik buruknya prestasi tersebut tergantung bagaimana proses belajar berlangsung dan tanggapan siswa dari proses tersebut. Apabila proses tersebut berlangsung seperti yang diharap kan tanpa ada gangguan baik internal atau eksternal siswa maka hasil belajar akan berhasil seperti yang diharapkan, dan sebaliknya kalau terdapat gangguan maka hasilnyapun jauh dari harapan.
Seperti yang digambarkan atau dipaparkan diatas bahwa salah satu faktor  keberhasilan siswa adalah faktor intern, minat siswa terhadap belajar merupakan bagian dari faktor intern. Jadi bila minat siswa terhadap belajar , khususnya biologi tinggi, maka prestasi belajar biologi akan  seperti yang diharapkan.
Dalam hal ini, juga tidak terlepas dari faktor eksternal yang mempengaruhi minat siswa terhadap biologi, umpanya guru yang mengajar biologi, menarik atau tidak dari segi penampilan, gaya mengajar, pemilihan metode tidak monoton, pengaturan ruang belajar, pemilhan meteri dan sebagainya.
Jadi kalau kita lihat beberpa pendapat diatas bahwa minat dapat mendorong seseorang siswa untuk dapat belajar dengan baik. Siswa yang mempunyai minat belajar yang tinggi akan menghasilkan prestasi belajar yang tinggi pula. Dimana siswa memperlihatkan adanya rasa senang dan melalui mau belajar tanpa ada pengaruh dari siapapun. Karena mereka melakukan semua itu didasari atas niat yang suci dan ikhlas.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang berminat dalam belajar dapat dilihat dalam kegiatan belajarnya, adanya rasa senang, dapat dilihat dari frekwensi belajarnya.
Hubungan minat dengan prestasi belajar dapat digambarkan sebagai berikut:
Minat                                Proses belajar
Perhatian                                                Hasil belajar
Rasa senang
Frekwensi belajar

Siswa yang berminat dalam pelajaran akan merasa senang dan penuh perhatian dalam belajar, ia akan dengan suka rela aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa yang demikian sudah barang tentu akan menguasai materi pelajaran dengan baik sehingga prestasi belajarnya pun akan meningkat pula.[42]





[1] Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan, (Surabaya;Usaha Nasional. 1987 ) hal.21
[2] Bob dan Anik Anwar,  Pedoman Pelaksanaan Menuju … … hal. 6
[3] M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan..,hal.84
[4] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan…,hal. 136
[5] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung:Alma arif, 1980)  hal. 79
[6] Mahfudh Shahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990) hal. 95
[7] Abd. Rachman Abror, Psykologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1993) hal. 112
[8] Oemar Hamalik,  Metode Belajar dan Kesulitan Belajar, (Bandung: Tarsito. 1983) hal. 18
[9] Djayadisastra Yusuf, , Psikologi Perkembangan, ( Bandung, BPGT. 1989) hal. 23
[10] Achmad Tono, Metode Pengajaran, (Jakarta: Sinar Baru,1978) hal. 36
[11] Ibid,  hal. 49
[12] Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1990) hal. 422
[13] Ibid, hal 426
[14] Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991) hal. 329
[15] Ali Imran, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1996) hal.88
[16] Helen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) hal. 130
[17] Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar ( Bandung;Pustaka Setia, 2005) hal.103-107
[18] D.P. Tampubolon, Mengembangkan Minat Membaca Pada Anak, (Bandung: Angkasa, 1993) hal.41
[19] Singgih D.G. dan Ny. SDG, Psikologi Perawatan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989)  hal. 68
[20] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan …,hal.187
[21] Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, (Terj. Bergman Sitorus), (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1987) hal. 93
[22] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan …,hal.188
[23] M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997) hal. 130
[24] Campbell,  Mengembangkan Kreativitas Anak, disadur oleh Mangharjana A.M, (Yogyakarta: Carnesium. 1989) hal. 3
[25] Ibid.  hal. 6
[26] Slameto, Belajar dan Fajktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara. 1987),hal. 52
[27] Djayadisastra Yusuf, , Psikologi… …hal. 23
[28] Ibid…,hal. 26
[29] Oemar Hamalik, Metode Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan… hal. 52
[30] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997) hal.  787
[31] W.J.S. Purdamimta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987)  hal. 768
[32] J.S. Badudu dan Sultan M. Zein, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka SinarHarapan, 1994)  hal. 1088
[33] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional,1994), hal.20
[34] Ibid. hal.21
[35] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor … …hal. 16
[36] Abdullah A.E, Prinsip-Prinsip Layanan dan Bimbingan Belajar, (U.Pandang, FIP IKIP, 1985).hal. 45
[37] Habeyh, Kamus Populer, (Jakarta: Centre, 1974) hal. 139
[38] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992) hal. 22
[39] Hadari Nawawi, Pengaruh Hubungan Manusia dikalangan Murid terhadap Prestasi Belajardi SD, (Jakarta: Analisa Pendidikan, 1981) hal. 100
[40] Abdurrahman, Pengelolaan Pengajaran, Cet.VI, (U. Pandang; CV. Bintang Selatan, 1993).hal. 78
[41] Ibid. hal. 89

[42] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor …hal. 22

No comments:

Post a Comment