Sunday, December 23, 2012

Hubungan Manajemen Stratejik Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan



HUBUNGAN MANJEMEN STRATEJIK DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

Oleh:
Zaman Hurri
NIM. 1009200050069

A. Latar Belakang Masalah
Pembaharuan  yang dasar  telah diterapkan pada  pengelolaan pendidikan di Indonesia. Hal ini telah ditetapkan  dalam undang undang Sistem pendidian Nasional Nomor 20 tahun 2003  Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1 dan 2 yaitu:
“Pendidikan adalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”( UU Nomor 20 Tahun 2003)

Dimana dalam Undang-undang tersebut menegaskan bahwa bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana dalam rangka untuk mewujud kegiatan belajar mengajar yang aktif untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang diharapkan.
Hasil pendidikan yang diharapkan adalah mampu memenuhi kebutuhan dasar masyarakat untuk memperoleh pelayanan yang paripurna dalam berbagai bidang. Dengan kata lain, pelayanan yang prima yang dapat memenuhi dan memuaskan  harapan masyarakat merupakan hasil yang ingin dicapai dalam pengelolaan pendidikan.
Untuk memenuhi keinginan masyarakat tersebut tentu harus dilayani dengan peningkatan kualitas hasil dari proses pengelolaan pendidikan atau yang dikenal dengan mutu pendidikan. Menurut Komariah ( 2005 : 8 ), mutu pendidikan adalah kualitas produk yang dihasilkan lembaga pendidikan atau sekolah. Yaitu dapat diidentifikasi dari banyaknya siswa yang memiliki prestasi, baik prestasi akademik maupun yang lain, serta lulusannya relevan dengan tujuan.
Merealisasi harapan  tersebut perlu adanya pengelolaan pendidikan tersebut secara terencana, efesien, efektif dan inovatif. Pengelolan pendidikan tidak hanya mencakup pengelolaan kegiatan proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah, tetapi lebih jauh mencakup aspek manajemen pengelolaan pendidikan.
Salah satu alternatif adalah penerapan manajemen stratejik dalam pengelolaan pendidikan untuk mencapai mutu pendidikan yang diharapkan. Menurut Gunawan ( 2009) berpendapat bahwa “ manajemen Stratejik mampu mengkombinasikan pola pikir Strategi dalam manajemen, karena segala sesuatu yang Strategi tidak hanya berhenti pada proses perencanaan saja tetapi juga dilanjutkan pada tingkat operasional dan pengawasan”
Jadi untuk melihat  hubungan manajemen Stratejik dalam meningkatkan mutu pendidikan secara mendalam penulis akan membahas makalah dengan judul : Hubungan Manjemen Stratejik Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.


B. Pengertian Manajemen Dan Manajemen Stratejik
1. Pengertian  Manajemen
Dari segi bahasa, kata “manajemen” berasal dari bahasa latin yaitu dari asal kata “manus” yang berarti tangan dan “agere” yang berarti melakukan. Kata- kata tersebut digabung menjadi kata kerja “managere” yang artinya menangani. Dalam bahasa Inggris “managere” dalam bentuk kata kerja yakni “to manage” dan kata benda management”, dan “manager” untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Sementara itu, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi “manajemen” atau “pengelolaaan” (Husaini Usman, dalam http//www.dunianita.blogspot.com)
Sedangkan dari segi istilah manajemen berarti proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dengan menggunakan sumber daya organisasi lainnya, agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (siswanto,2006:12).
  Selanjutnya ada beberapa pendapat para ahli yang mendifinisikan tentang manajemen. Nanang Fattah (2002: 9 ) mendefinisikan manajemen sebagai ilmu, kiat dan profesi. Manajemen dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick ( Nanang Fattah 2002: 7 ) karena manajemen dipandang sebagai suatu biang pengetahuan yang sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama.
Menurut prof. Dr. H. Arifin abdulrachman ( 2006 : 43 )dalam buku kerangka pokok- pokok management dapat diartikan :
a. Kegiatan-kegiatan/aktivitas-aktivitas
b. Proses,  yakni kegiatan  dalam  rentetan  urutan- urutan;
c. Insitut/ orang – orang yang melakukan kegiatan atau proses kegiatan-kegiatan
Dari pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa manjemen berarti  suatu aktifitas yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan yang melibatkan sumber daya manusia dan prosedur untuk mencapai tujuan suatu organisasi.

2. Teori Manajemen Dan Prinsip Manajemen
Menurut Nanang Fattah (2002 : 11) teori manajemen mempunyai peran (role) atau membantu menjelaskan perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan (satisfaction). Karakteristik teori manajemen secara garis besar dapat dinyatakan:
a) mengacu pada pengalaman empirik,
b) adanya keterkaitan antara satu teori dengan dengan teori yang lain,
c) mengakui kemungkinan adanya penolakan.
Dalam perkembangan teori manajemen, dikenal tiga teori manajemen, yaitu; teori klasik, tori neo klasik, dan teori modern. Di kutip dari buku karangan Nanang Fattah (2002: 22-32) menjelaskan bahwa :
a. Teori klasik, berasumsi bahwa para pekerja atau manusia itu sifatnya rasional, berfikir logik, dan kerja merupakan suatu yang diharapkan. Beberapa pelopor teori klasik antara lain; Frederik W Taylor (1956-1915) dengan teori manajemen ilmiah (scientific management), Henri Fayol (1916) dengan teori 5 pedoman manajemen, Gulick dan Urwick (1930) dengan teori akronim POSDCORB, dan Max Weber (1947) dengan teori birokrasinya.
b. Teori neo klasik, berasumsi bahwa manusia itu makhluk sosial dengan mengaktualisasikan dirinya. Pelopor teori neo klasik ini, antara lain; Elton Mayo dengan studi hubungan antar manusia (studi Hawthorne), Douglas McGregor, menyatakan bahwa manajemen akan mendapatkan manfaat besar bila ia menaruh perhatian pada kebutuhan sosial dan aktualisasi diri karyawan, Vromm (1976) dengan teori harapan (ekspektasi), McClelland dengan teori prestasinya, dan Porte dan Lawler (1968) dengan teori yang dibangun atas dasar teori ekspektasi.
c. Teori modern, pendekatan modern berdasarkan hal-hal yang sifatnya situasional, artinya orang menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi dan mengambil keputusan sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan. Asumsinya bahwa orang itu berlainan dan berubah baik kebutuhannya, reaksinya, tindakannya yang semuanya bergantung pada lingkungan. Teori modern dengan pandangan sistem memandang organisasi itu terbuka (open system) dan kompleks. Tiga unsur pokok, yaitu analisis sistem, rancangan sistem, dan manajemen memberi petunjuk dalam mengoperasionalkan pendekatan sistem.
Menurut Nanang Fattah (2002: 12) prinsip-prinsip manajemen penting dalam menentukan cara/ metode kerja, pemilihan pekerja dan pengembangan keahliannya, pemilihan prosedur kerja, menentukan batas-batas tugas, mempersiapkan dan membuat spesifikasi tugas, melakukan pendidikan dan latihan, dan menentukan sistem dan besarnya imbalan. Semuanya dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas, esiensi, dan produktivitas kerja.
Adapun prinsip-prinsip manajemen tersebut banyak dikemukakan oleh para ahli, namun pada hakikatnya memiliki kesamaan. Fayol mengemukakan sejumlah prinsip, yaitu; pembagian kerja, kejelasan dalam wewenang dan tanggung jawab, disiplin, kesatuan komando, kesatuan arah, lebih memprioritaskan kepentingan umum/ organisasi dari pada kepentingan pribadi, pemberian kontra prestasi, sentralisasi, rantai skalar, tertib, pemerataan, stabilitas dalam menjabat, inisiatif, dan semangat kelompok. Semua prinsip di atas dijadikan patokan dalam praktik manajerial yang memiliki orientasi tertentu. Berdasarkan orientasinya, dikenal 4 prinsip manajemen yaitu; manajemen berdasarkan sasaran, manajemen berdasarkan orang, manajemen berdasarkan struktur, dan manajemen berdasarkan informasi. ( Nanang fatah,2002: 13)

3. Manajemen Stratejik
Manajemen strategi terdiri dari dari dua kata ; manajemen dan strategi. Manajemen seperti yang telah dibahas di atas berarti  pengaturan atau pengelolaan. Sedangankan strategi, menurut  bahasa strategi yang berasal dari bahasa Yunani strategos atau strategeus dengan kata jamak strategi. Strategos berarti jenderal, namun dalam Yunani kuno sering berarti perwira negara (state officer) dengan fungsi yang luas (Salusu 2003 :85 ).
Manajemen strategi adalah suatu proses pengambilan keputusan dan tindakan yang mengarah kepada pengembangan strategi yang efektif atau yang membantu perusahaan mencapai tujuannya ( Johanes:2011). Manajemen strategis sangat berkaitan dengan keputusan startegis pula. Johanes (2011) menyatakan bahwa Keputusan strategi adalah  berkaitan dengan definisi bisnis, produk dan pasar yang akan dilayani, fungsi yang akan dilaksanakan, dan kebijakan utama.
Sedangkan Siagian (2004) mendefinisikan manajemen stratejik sebagai: Serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut.
Menurut Hadari Nawawi (2005:148-149) menyatakan bahwa-
“Manajemen strategik adalah perencanaan berskala besar (disebut Perencanaan Strategik) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut VISI), dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut MISI), dalam usaha menghasilkan sesuatu (Perencanaan Operasional) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut Tujuan Strategik) dan berbagai sasaran (Tujuan Operasional) organisasi”

Pengertian yang cukup luas ini menunjukkan bahwa manajemen strategik merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak ke arah yang sama pula. Komponen pertama adalah Perencanaan Strategik dengan unsur – unsurnya yang terdiri dari Visi, Misi, Tujuan Strategik organisasi. Sedang komponen kedua adalah Perencanaan Operasional dengan unsur – unsurnya adalah Sasaran atau Tujuan Operasional, Pelaksanaan Fungsi – fungsi manajemen berupa fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan situasional, jaringan kerja Internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan balik.

C. Pengertian Mutu Pendidikan
Defenisi mutu memiliki konotasi yang bermacam-macam bergantung orang yang memakainya. Mutu berasal dari bahasa latin yakni “Qualis” yang berarti what kind of (tergantung kata apa yang mengikutinya). Mutu menurut Deming ialah kesesuaian dengan kebutuhan. Mutu menurut Juran ialah kecocokan dengan kebutuhan.  (Usman, 2006 : 407).
Berkaitan dengan dunia pendidikan mutu bisa berarti qualitas yang berhubungan dengan hasil dari proses pendidikan itu sendiri. Menurut Hari Sudradjad (2005 : 17) menyatakan bahwa :
“Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan atau kompotensi, baik kompetensi akademik maupun kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi personal dan sosial, serta nilai-nilai akhlak mulia, yang keseluruhannya merupakan kecakapan hidup (life skill), lebih lanjut Sudradjat megemukakan pendidikan bermutu  adalah pendidikan yang mampu menghasilkan manusia seutuhnya (manusia paripurna) atau manusia dengan pribadi yang integral (integrated personality) yaitu mereka yang mampu mengintegralkan iman, ilmu, dan amal”
Selanjutnya Husaini Usman (2006:411) mengemukakan 13 (tiga) belas karakteristik yang dimiliki oleh mutu pendidikan yaitu :
Kinerja (performa) yakni berkaitan dengan aspek fungsional sekolah meliputi : kinerja guru dalam mengajar baik dalam memberikan penjelasan meyakinkan, sehat dan rajin mengajar, dan menyiapkan bahan pelajaran lengkap, pelayanan administratif dan edukatif sekolah baik dengan kinerja yang baik setelah menjadi sekolah vaforit
Waktu wajar (timelines) yakni sesuai dengan waktu yang wajar meliputi memulai dan mengakhiri pelajaran tepat waktu, waktu ulangan tepat.
Handal (reliability) yakni usia pelayanan bertahan lama. Meliputi pelayanan prima yang diberikan sekolah bertahan lama dari tahun ke tahun, mutu sekolah tetap bertahan dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Data tahan (durability) yakni tahan banting, misalnya meskipun krisis  moneter, sekolah masih tetap bertahan
Indah (aesteties) misalnya eksterior dan interior sekolah ditata menarik, guru membuat media-media pendidikan yang menarik.
Hubungan manusiawi (personal interface) yakni menunjung tinggi  nilai-nilai moral dan profesionalisme. Misalnya warga sekolah saling menghormati, demokrasi, dan menghargai profesionalisme.
Mudah penggunaanya (easy of use) yakni sarana dan prasarana dipakai. Misalnya aturan-aturan sekolah mudah diterapkan, buku-buku perpustakaan mudah dipinjam di kembalikan tepat waktu.
Bentuk khusus (feature) yakni keuggulan tertentu misalnya sekolah unggul dalam hal penguasaan teknologi informasi (komputerisasi).
Standar tertentu (comformence to specification) yakniu memenuhi standar tertentu. Misalnya sekolah tetlah memenuhi standar pelayanan minimal.
Konsistensi (concistency) yakni keajengan,  konstan dan stabil, misalnya mutu sekolah tidak menurun dari dulu hingga sekarang, warga sekolah konsisten dengan perkataanya.
Seragam (uniformity) yakni tanpa variasi, tidak tercampur. Misalnya sekolah melaksanakan aturan, tidak pandang bulu, seragam dal berpakaian.
Mampu melayani (serviceability) yakni mampu memberikan pelayanan prima. Misalnya sekolah menyediakan kotak saran dan saran-saran yang  masuk mampu dipenuhi dengan baik sehingga pelanggan merasa puas.
Ketepatan (acuracy) yakni ketepatan dalam pelayanan misalnya sekolah mampu memberikan pelayanan sesuai dengan yang diinginkan pelanggan sekolah.
D. Keunggulan Penerapan Manajemen Stratejik Dalam Dunia Pendidikan
Sistem manajemen strategi yang menekankan pada manajemen visioner , proses, pencapaian hasil dan tindak lanjut dapat diterapkan dalam kegiatan manajemen pendidikan yang tujuannya untuk menghasilkan qualitas mutu pendidikan yang diharapakan. Ada beberap keunggulan implementasi manajemen strategik yang dapat dievaluasi dengan menggunakan tolok ukur sebagai berikut :

1) Profitabilitas

Keunggulan ini menunjukkan bahwa seluruh pekerjaan diselenggarakan secaraefektif dan efisien, dengan penggunaan anggaran yang hemat dan tepat, sehingga diperoleh profit berupa tidak terjadi pemborosan.

2) Produktivitas Tinggi
Keunggulan ini menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan (kuantitatif) yang dapat diselesaikan cenderung meningkat. Kekeliruan atau kesalahan dalam bekerja semakin berkurang dan kualitas hasilnya semakin tinggi, serta yang terpenting proses dan hasil memberikan pelayanan umum(siswa dan masyarakat) mampu memuaskan mereka.

3) Posisi Kompetitif
Keunggulan ini terlihat pada eksistensi sekolah yang diterima, dihargai dan dibutuhkan masyarakat. Sifat kompetitif ini terletak pada produknya (mis :kualitas lulusan) yang memuaskan masyarakat yang dilayani.

4) Keunggulan Teknologi
Semua tugas pokok berlangsung dengan lancar dalam arti pelayanan umum dilaksanakan secara cepat, tepat waktu, sesuai kualitas berdasarkan tingkat keunikan dan kompleksitas tugas yang harus diselesaikan dengan tingkat rendah, karena mampu mengadaptasi perkembangan dan kemajuan teknologi.

5) Keunggulan SDM
Di lingkungan organisasi pendidikan dikembangkan budaya organisasi yang menempatkan manusia sebagai faktor sentral, atau sumberdaya penentu keberhasilan organisasi. Oleh karena itu SDM yang dimiliki terus dikembangkan dan ditingkatkan pengetahuan, ketrampilan, keahlian dan sikapnya terhadap pekerjaannya sebagai pemberi pelayanan kepada siswa.Bersamaan dengan itu dikembangkan pula kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi oleh sekolah pada masa sekarang dan untuk mengantisipasi masalah – masalah yang timbul sebagai pengaruh globalisasi di masa yang akan datang.

6) Iklim Kerja
Tolok ukur ini menunjukkan bahwa hubungan kerja formal dan informal dikembangkan sebagai budaya organisasi berdasarkan nilai – nilai kemanusiaan. Di dalam budaya organisasi pendidikan, setiap SDM sebagai individu dan anggota organisasi terwujud hubungan formal dan hubungan informal antar personil yang harmonis sesuai dengan posisi, wewenang dan tanggung jawab masing – masing di dalam dan di luar jam kerja.

7) Etika dan Tanggung Jawab Sosial
Tolok ukur ini menunjukkan bahwa dalam bekerja terlaksana dan dikembangkan etika dan tanggung jawab sosial yang tinggi, dengan selalu mendahulukan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan/atau organisasi.( Siswanto:2006:68)
E. Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Manajemen Strategik
Manajemen strategik sangat dianjurkan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, karena manajemen strategik merupakan usaha, pemikiran atau penetapan pola yang strategi dalam merancang aktifitas manajemen pengelolaan pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Aktifitas pegelolaan manajemen meliputi manajemen strategi dan strategi operasional.
Untuk menetapkan manajemen strategi menggunakan analisis yang biasa digunakan untuk mendiagnosis suatu kegiatan yang akan dikembangkan kemudian diwujudkan menjadi strategi yang diperlukan digunakan pendekatan SWOT dalam rangka mencapai mutu kompetitif pada tiga langkah utama yang dilakukan lembaga jasa atau pendidikan yaitu:


1. Analisis Lingkungan
Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dan memahami lingkungan, pelanggan,  dan pesaing
2.Menetapkan Misi lembaga
Menetapkan alasan keberadaan lembaga dan mengidentifikasi nilai produk atau peserta didik yang akan dihasilkan oleh lembaga.
3. Membentuk Strategi
Membangun keunggulan bersaing seperti biaya yang sesuai, fleksibilitas rancangan atau isi, mutu, hasil yang baik, aksese yang cepat, pelayanan yang memuaskan dsb (Sihombing:2000:23)
Dalam usaha usaha peningkatan mutu pendidikan, perlu adanya pengembangan stretegi pelaksanaan berupa stretegi operasional. Untuk mengembangkan stretegi operasional, harus menggunakan metode yang sama yaitu mempelajari suatu analisis kekuatan dan kelemahan, peluang dan tantangan (SWOT ) yang ada dalam mengoperasionalisasikan kebijakan yang datang dari hirarki yang lebih tinggi. Kembangkan dulu berbagai strategi baru pilih dan putuskan mana yang paling sesuai. Berbagai strategi yang mungkin digunakan antara lain:
1. Konsentrasi pelaksanaan program belajar. Hal ini berarti menghindari pemerataan dan penjatahan yang membuat program tidak berhasil dan berdaya guna, pemerataan cenderung asal ada.
2. Mendorong tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk mewujudkan pusat-pusat kegiatan belajar masyarakat. Memanfaatkan sarana-sarana yang ada di masyarakat yang memungkinkan digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Memberikan pengertian kepada masyarakat, sehingga mereka menjadikan pendidikan merupakan suatu kebutuhan.
3. Membuat peta situasi dimana program akan dilakukan, hal seperti ini dapat dilakukan dengan analisis lingkungan. Apa potensi yang belum disentuh dan mungkin untuk dimanfaatkan.
4. Mendorong tumbuhnya lembaga belajar atau organisasi kemasyarakatan yamg bergerak pada jalur pendidikan, dan mendorong mereka menjadi pengelola pusat kegiatan belajar masyarakat tersebut, dengan harapan lembaga ini lebih cepat tumbuh di masyarakat dan menyerap aspirasi yang tumbuh di masyarakat tersebut.
5. Melatih pengelola pusat kegiatan belajar masyarakat, keberhasilan pendidikan masyarakat akan banyak ditentukan oleh kemampuan mengelola program yang dilaksanakan oleh masyarakat. Karena itu perlu dilengkapi dengan seperangkat pengetahuan operasonal, sebagaimana layaknya tentara yang akan bertempur dan menginginkan kemenangan mereka perlu dilengkapi dengan peralatan militer yang memadai.
6. Membentuk jaringan informasi dan pemasaran, hal ini erat kaitannya dengan penyalur hasil-hasil dari program belajar di masyarakat.(sihombing:2000: 40)
F. Kesimpulan
Dari pembahasan bab terdahulu tentang manajemen startegik dan peningkatn mutu pendidikan,  Penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Manajemen adalah suatu aktifitas yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pembiayaan dan pengawasan yang melibatkan sumber daya manusia dan prosedur untuk mencapai tujuan suatu organisasi.
2. Manajemen strategik merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak ke arah yang sama pula. Komponen pertama adalah Perencanaan Strategik dengan unsur – unsurnya yang terdiri dari Visi, Misi, Tujuan Strategik organisasi. Sedang komponen kedua adalah Perencanaan Operasional Sasaran atau Tujuan Operasional, Pelaksanaan Fungsi – fungsi manajemen berupa fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan situasional, jaringan kerja Internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan balik.
3. Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan atau kompotensi, baik kompetensi akademik maupun kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi personal dan sosial, serta nilai-nilai akhlak mulia, yang keseluruhannya merupakan kecakapan hidup
4. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, penerapan manajemen strategi meliputi kegiatan manajemen stategi dan strategi operasional.

G. Saran-saran
1. Sebaiknya terapkan manajemen strategik dalam rangkan meningkatkan mutu pendidikan.
2. Karya tulis ini dapat dijadikan rujukan, sebagai konstribusi keilmuan bagi peneliti muda dalam mengembangkan wawasan dan pola pikir ilmiah.
3. Karya tulis ini hendaknya dapat djadikan sebagai bahan masukan bagi pejabat-pejabat di lingkungan pendidikan
4. Penulis yakin dan percaya bahwa hasil laporan karya tulis ini masih banyak kekurangannya, kami mohon masukan dan kritikan yang sifatnya konstruktif bagi pembaca yang budiman demi kesempurnaan karya ilmiah ini dimasa-masa yang akan datang.

H. Daftar Pustaka
Arifin abdulrachman ( 2006 ). Kerangka Pokok- Pokok Managemen, Jakarta:Renka Cipta.
David, Fret R. (2003). Manajemen Stratejiks; Konsep-Konsep.New Jersey: Prentice Hall, Upper Sadle River.
Gunawan Imam (2009) manajemen Strategi dalam Pendidikan.Tersedia: http://masimamgun.blogspot.com. Diakses tanggal 15 oktober 2011
Hadari Nawawi (2005).Manajemen Strategik, Gadjah Mada Pers : Yogyakarta
Husaini Usman, Landasan Teori Ekonomi dan Manjemen tersedia: http://wwwdunianita.blogspot.com/2010/06/landasan-teori-ekonomi-dan-manajemen.html . Diakses tanggal  15 oktober 2011
------------------(2006), Manajemen Teori, Praktek Dan Riset Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara.
Johanes,manajemen strategis. Tersedia: http://johannessimatupang.wordpresscom. diakses tanggal 15 oktober 2011
Komariah, Aan dan Cepi Tiratna (2005), Visionary Leadership, Menuju Sekolah Efektif.Jakarta: Bumi Aksara, 2005
Nanang Fattah ( 2002 ). Landasan Manjemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya

Salusu. J, (2003), Pengambilan keputusan Stratejik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi non profit, Rasindo, Jakarta.
Siagian P. Sondang (2004), Manajemen Stratejik, Bumi Aksara, Jakarta
Sihombing,U. (2000), Pendidikan Luar Sekolah,Manajemen Strategi, Konsep,Kiat dan Pelaksanaan. Penerbit: P.D. Mahkota,Jakarta
Siswanto H.B (2006). Pengantar Manajemen. Jakarta; Bumi Aksara.
Suderadjat, Hari (2005),Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Implementasi KBK, Bandung : Cipta Lekas Garafika.
Undang -undang Sistem pendidian Nasional Nomor 20 tahun 2003  Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1 dan 2





No comments:

Post a Comment